"Apa?" Keira memekik kaget.
"Iya, itu Libra. Biarpun nggak bisa dibilang akur tapi gue cukup deket sama dia. Kita harus nolongin dia, Kei," sambil agak gemetar Naira menatap sepupunya.
"Tapi..." Keira menggigit bibir, kembali melihat kegaduhan di sisi seberang. "Lo yakin mau nolongin dia?"
Naira termenung beberapa saat. Memang benar Libra adalah cowok tak berperasaan yang senang mengganggunya. Namun tetap saja ia tak tega meninggalkannya dalam situasi seperti itu.
Beberapa bulan lalu usai latihan dengan Ludyzacho di Holly, Naira juga pernah memergoki Libra sedang dikeroyok Rafael dan geng SMA Global-nya. Waktu itu Lukas mengajak Zaki, Dylan serta Choki untuk membantu Libra, walau sebelumnya cowok itu baru saja berbuat kasar pada Naira. Bagaimanapun mereka selalu memperlakukan Libra layaknya teman.
"Kei, kita harus nolongin Libra," Naira memutuskan. Ia mengepalkan tangan sebagai pembulatan tekad.
"Tapi gimana cara kita nolong dia, Nai? Nggak mungkin kan kita nyamperin mereka gitu aja?" sahut Keira khawatir. "Rafael itu cowok brengsek. Nggak cuma biang rusuh, lihat cewek bening dikit aja dia langsung main bungkus. Parah banget pokoknya."
Naira tak mampu membalas. Ia sendiri tahu karena dirinya pernah dikejar-kejar cowok bule itu. Bahkan hampir diapa-apakan kalau saja ia tak diselamatkan seseorang.
"Libra jago berantem nggak, sih?" tanya Keira tiba-tiba.
Sedang diliputi hawa genting Naira nyaris tertawa. "Nggak semua cowok sejago cowok lo kali, Kei," ucapnya, mengingat bahwa Zein adalah preman terkenal di SMA Pahlawan.
Naira sendiri paling paham dibanding siapapun. Libra garang hanya auranya saja. Apabila Libra sudah jago berkelahi tak mungkin Kelly masih mengajarinya jurus-jurus bela diri seminggu dua kali. Libra memang cukup berkemampuan, apalagi ditunjang tubuhnya yang kuat. Namun Naira yakin dibandingkan Zaki saja Libra masih kalah hebat.
"Aduh, gimana ini, Kei? Libra bisa mati dihajar bareng-bareng gitu," Naira mencengkeram sebelah bahu Keira, mengamati Libra yang sedang dipegangi dua orang teman Rafael. Sementara dua orang lagi bergantian memukul dan menendang perutnya.
Libra sempat bergolak untuk melawan. Ia cukup tangguh karena bisa balik menendang seorang-dua orang dari mereka. Namun hanya berlangsung beberapa lama. Tetap saja ia kalah jumlah dibanding para lawannya. Tak heran ia mulai kehabisan tenaga.
"Kei, lo coba cari bantuan." Perlahan Naira melepas cengkeramannya. "Gue nggak tahan diam di sini lebih lama."
"Loh, Nai! Tunggu! Lo mau ke mana?" Keira panik sebab sang sepupu tiba-tiba turun dari trotoar lantas berlari hendak menyeberang jalan. "Nai, jangan! Aduh, plis, Nai! Jangan ke sana!"
Sekeras apapun Keira meneriaki Naira tapi tetap saja diabaikan. Anak itu terlanjur menyusuri jalan. Keira menghela napas dalam-dalam untuk menenangkan kepanikannya. Memang susah memiliki jiwa suka menolong dan tak tegaan seperti sepupunya. Dari dulu selalu saja anak itu bertindak kebaikan tanpa memikirkan keselamatan dirinya.
Tak ada banyak pilihan. Demi saudara sepupunya yang berharga Keira berusaha melupakan rasa gengsinya. Dalam situasi gawat seperti ini hanya Zein yang bisa ia andalkan. Tak ada orang lain yang lebih cocok dibawa ke dalam situasi mencekam ini selain dia. Persetan dengan pertengkaran mereka sebelumnya.
Begitu berhasil menyeberangi jalan, kalang kabut Naira mencari orang yang bisa dimintai pertolongan. Ia harus mendapatkan cara untuk memisahkan Libra dari para anak SMA Global itu. Sayangnya sepanjang pandangan Naira hanya melihat tukang sate dan pedagang asongan di tepi trotoar. Itupun agak jauh dari lokasi perkelahian. Tak mungkin Naira meminta tolong pada bapak-bapak tua seperti mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess Pink's Boyfriend
Teen Fiction[SELESAI] Padahal jelas-jelas Naira sudah punya pacar. Pacarnya pun cakep, perhatian, dan personil band terkenal. Mereka juga saling sayang. Tetapi, kakaknya malah menjodoh-jodohkan Naira dengan seorang cowok judes yang merupakan teman sekelasnya. M...