Update pagi-pagi biar tumben. Kali aja ada yang udah liburan. Kutunggu selalu bintang dan komentarnya. Thankyou
------------------------
"Ehem, yang barusan berangkat bareng Arzaki.... Jadi balikan nih, buk?" goda Disty sewaktu Naira meletakkan ransel ke mejanya.
"Apa sih?"
"Eh, mukanya blushing ciyeee. Abis ngapain tadi hayo? Kok baru aja sampai kelas? Kita masuk gerbangnya bareng, lho."
"Dis, udah deh. Jangan godain Nai terus, dong. Entar pipinya jadi matang gimana?" Salsa yang sudah nongkrong di dekat meja Lian menyahut.
"Kalian ini nggak usah berlebihan, deh. Nggak ada kejadian khusus antara gue sama Arzaki. Kami cuma ngobrol," Naira mengibas-ngibaskan tangan, meminta teman-temannya agar berhenti menggoda.
"Siapa yang berlebihan? Muka lo emang merah kok, Nai. Coba aja ngaca," Lian menyodorkan cermin yang baru ia ambil dari laci meja. "Biarpun cuma ngobrol tapi Arzaki bikin lo deg-degan, ya?"
"Terserah kalian aja deh," jawab Naira, menyerah menghadapi tingkah teman-temannya.
"Betewe, kayaknya ada yang galau berat tuh di pojokan," Disty menunjuk diam-diam tempat duduk Libra dengan pensil yang dipegangnya. "Dia pasti liat Naira sama Arzaki berangkat berdua barusan. Ah, kasian, kasian, kasian. Kenapa harus ada hati yang terluka di saat dua hati hendak bersatu kembali dalam bahagia? Apakah kebahagiaan seseorang harus mengorbankan kebahagiaan lainnya?"
Salsa terpingkal-pingkal mendengar Disty mendadak berpujangga. "Bisa banget lo, Dis. Nggak salah emang lo masuk jurusan Bahasa," candanya yang segera disahut tawa oleh Lian.
Naira mencoba tak mempedulikan gurauan tiga anak itu. Ia lebih memilih melirik ke arah Libra. Agaknya cowok itu memang tampak lebih jutek daripada biasanya. Bahkan Naira tak ingat kapan terakhir ia melihat Libra memasang raut seketus itu. Namun daripada percaya dugaan Disty, Naira justru teringat kejadian kemarin sebelum ia menghampiri Zaki.
***Another Way To Be Boyfriend***
“Mau ke mana lo?" seru Libra saat melihat Naira perlahan berjalan menjauhinya.
"Ehm, kayaknya gue mau pulang sendiri aja, Lib. Lo nggak perlu nganterin gue," sahut Naira, sedikit menyerongkan badan. Baru saja ia menyaksikan Zaki tak jadi pulang dan malah menyeberang ke taman depan Holly. Padahal Libra sudah bersiap menancapkan kunci motornya yang ia parkir tak jauh dari mobil ayahnya.
"Nggak, lo pulang sama gue," Libra menunda menghidupkan motornya dan menatap Naira tajam. Agaknya ia juga melihat jika Zaki tak pergi ke arah seharusnya. "Buruan naik!"
"Nanti gue bakal bilang sama Bunda kalau gue sendiri yang nggak mau lo anterin," tolak Naira sehalus mungkin. "Mbak Kelly juga bakal gue kasih tahu kalau lo udah tanggung jawab soal kepulangan gue."
Libra mendengus marah. "Lo mau ngapain?" katanya, melirik arah taman dengan tak suka. "Nggak usah ke mana-mana. Pokoknya lo mesti pulang sama gue sekarang juga."
Naira bergeming walau Libra mulai menyalakan motor. Wajahnya saja yang kelihatan semakin gelisah.
"Buruan!" seru Libra galak. Ia bahkan sudah memutar arah kemudi motornya agar Naira cepat naik. "Apa lo lebih milih nyamperin dia daripada pulang sama gue?"
Disudutkan begitu Naira yang sempat tertunduk akhirnya mendongak. Sejenak ia menoleh ke taman seberang Holly sebelum dengan berat melangkahkan kaki mendekati motor Libra. Naira hampir saja mengambil helm yang cowok itu sodorkan saat tiba-tiba kakinya mundur dengan sendirinya. "Lib, gue minta maaf," ucapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess Pink's Boyfriend
Teen Fiction[SELESAI] Padahal jelas-jelas Naira sudah punya pacar. Pacarnya pun cakep, perhatian, dan personil band terkenal. Mereka juga saling sayang. Tetapi, kakaknya malah menjodoh-jodohkan Naira dengan seorang cowok judes yang merupakan teman sekelasnya. M...