32. Cemas

554 103 19
                                    

"Kelly juga cerita gitu sama gue," ujar Lukas, malam setelah Ludyzacho tampil di sebuah kafe. "Katanya Naira suka pulang telat gitu. Terus malem kalau udah di rumah, dia jadi jarang keluar kamar. Sibuk main HP."

"Maksudnya Naira asik chattingan sama orang gitu?" tanya Dylan dan Lukas mengiyakan. "Mungkin Naira sedang ada pada masa baru jadian. Jadi lagi hangat-hangatnya gitu."

"Tapi Princess Pink bilang nggak pacaran sama anak Pahlawan itu, kok," kata Choki. Sebentar ia meneguk soda dari botol kaleng di tangannya. Mereka masih duduk-duduk di sekitar kafe Biru Laut, tempat mereka manggung tadi. "Dia bilang mereka cuma temenan."

"Temenan kalau sampai tiap hari dijemput dan jalan bareng kan dipikir gimanapun nggak wajar," balas Dylan. "Apalagi muka Naira bahagia banget belakangan. Persis kayak orang lagi kasmaran. Jadi gue yakin kalau mereka nggak pacaran, minimal mereka lagi pendekatan."

"Menurut gue itu lebih masuk akal," Lukas menanggapi seraya melempar kaleng sodanya yang kosong ke tempat sampah di dekat pot tanaman. "Lo sih, Zak, nggak buruan minta maaf terus ngajak balikan."

Zaki yang dipojokkan cuma mendesah. Ia sudah lelah harus mencari alasan untuk membela diri.

"Tapi gue kasihan sama nyokapnya sih," ujar Lukas lagi. "Kayaknya dia khawatir banget Naira jadi kayak gitu. Gue nggak tahu gimana reaksinya kalau tahu Naira sebenernya bukan belajar kelompok tapi malah keluyuran. Nyokap Kelly kan protektif banget sama Naira. Kalian nggak lupa kan kalau dulu dia keluar dari latian band kita juga karena ibunya?"

Zaki dan yang lain mengangguk. Mereka ingat benar bahwa Hani sebenarnya tak suka Naira bergaul dengan cowok-cowok. Awalnya Hani membiarkan saja waktu Naira pergi dengan Lukas yang notabenenya teman baik Kelly. Sampai kemudian ia memergoki bahwa dalam latihan band itu Naira adalah cewek sendiri.

"Sebelumnya Kelly ngira Naira suka pergi sama lo, Zak. Tapi pas gue bilang lo aja rutin latihan dan adiknya nggak sama lo, baru deh dia mikir macam-macam."

Choki tertawa mendengar ucapan Lukas. "Boro-boro pergi sama Zaki, Kas. Orang mau papasan di koridor sekolah aja Naira ngindarinnya udah setengah mati."

Zaki yang diejek mendecak kesal. "Mendingan lo diam aja deh, Chok."

"Tapi menurut gue Naira nggak sebenci itu kok sama Zaki," kata Dylan dengan tenang. "Kalau dia emang udah nggak ada perasaan sama Zaki, harusnya dia biasa aja dong misal papasan atau mau diajak ngobrol. Bukannya malah menghindar gitu."

"Kalau udah terlanjur males gimana?" celetuk Choki, dan Zaki langsung melempar kacang kulit yang sedang mereka santap ke arahnya.

"Lo sebenernya temen gue bukan sih?" gerutu anak itu. "Dari tadi ngomong lo bikin orang down melulu."

"Hehehe," Choki meringis. "Gue kan cuma mengungkapkan kejujuran soal kemungkinan fakta," jawabnya, membela diri.

"Saran gue sih lo coba ajak ngobrol Naira sekali lagi, Zak," tengah Dylan, tak mempedulikan dua temannya yang kini berakhir lempar-lemparan kulit kacang. "Itung-itung lo bisa bantuin ibunya juga."

"Menurut gue juga baiknya gitu," sambung Lukas setuju. "Gimanapun lo ini orang yang pernah deket banget sama Naira. Nyokapnya aja kayaknya lebih suka sama lo dibanding Libra atau cowok lainnya. Jadi kesempatan lo buat balikan sama dia jelas masih ada."

Maka berkat bujukan teman-teman, keesokan harinya Zaki benar-benar menghampiri Naira. Namun seperti yang sudah diperhitungkan, cewek itu tak mau bertemu dengannya. Baru melihat Zaki datang ke kelas Bahasa 3 saja Naira sudah membuang muka. Bahkan waktu Zaki mendekat hendak bicara, ia langsung mengajak Lian keluar kelas. Entah menuju kantin atau toilet sebagai alasannya.

Princess Pink's BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang