"Gue masih penasaran sebenarnya siapa yang nyebarin gosip nggak mutu itu," keluh Dylan. Siang di jam istirahat ke dua, ia mengajak Zaki dan Choki serta Naira mengobrol di taman belakang perpustakaan yang sepi. "Bukannya yang tahu lo berdua sempat berantem cuma gue sama Lukas, ya?"
"Gue, gue juga sebenarnya ada di sana waktu itu. Gue lagi sama Libra," Naira mengaku. "Tapi gue nggak pernah ceritain soal itu ke siapa-siapa."
"Apa jangan-jangan Libra, ya?" ucap Choki sambil menendang sekelompok rumput kering di dekat sepatunya. Naira duduk di bangku panjang yang sama dengan Dylan, sementara ia dan Zaki berdiri di depan keduanya. "Beberapa hari lalu kan dia sempat nyeletuk Ludyzacho bubar waktu anak sekelas pada nanya-nanya. Lo sendiri juga denger kan, Dyl?"
"Gue yakin bukan Libra," sela Naira sebelum Dylan mengangguk. "Kayaknya terlalu kurang kerjaan aja nyebarin gosip buat orang kayak dia. Pasti bukan Libra."
Zaki melirik dan memasang tampang manyun tahu Naira membela Libra, tapi ia tak berkata apa-apa.
"Ya emang bukan Libra yang nulis gosip itu, tapi siapa tahu anak sekelas ada yang kepo setelah denger celetukannya. Terus dia ngasih tahu orang lain buat nyari tahu lewat cctv kek, atau apa. Kan kejadiannya ada di depan studio bokapnya," timpal Choki.
"Bisa jadi sih," Dylan menanggapi. "Tapi masa iya Libra atau orang bokapnya ngijinin orang lain meriksa cctv mereka? Lagian kapan dan jam berapa lo sama Zaki berantem kan nggak ada yang tahu selain kita-kita. Kecuali ada dari kita berempat yang ngasih tahu orang luar."
"Tentu aja nggak lah. Ngapain juga hal kayak gitu diceritain ke orang lain? Gue kalau ada apa-apa ngomongnya cuma sama lo-lo aja," jawab Choki yang diangguki Zaki.
"Gue juga nggak cerita ke siapapun, kok. Sama Salsa aja nggak," ujar Naira begitu ditatap oleh tiga cowok di sekitarnya. "Lukas gimana?"
"Lukas sih udah jelas bukan penyebarnya. Dia paling males nyinggung soal Choki yang mau keluar atau bahas insiden sore itu. Kak Sari aja sampai nggak tahu apa-apa," Zaki menjelaskan. Sesekali ia memutar kepalanya seperti sedang pegal.
"Lo sendiri gimana, Zak? Lo nggak cerita sama orang lain juga, kan?" tanya Dylan tiba-tiba.
"Ya nggak lah. Malem itu gue cuma ngobrol sama Princess. Tanya aja sama orangnya."
Naira yang disebut-sebut langsung menatap Zaki. "Kalau sama Kimmy, cerita juga nggak?" ucapnya walau terdengar ragu.
Serta merta Zaki melebarkan mata. "Oh, iya. Waktu itu pagi-pagi di kelas, gue sempat curhat sama dia. Ya biarpun nggak semuanya, sih."
"Nah, ketemu!" sontak Choki berseru. "Kimmy kan kayaknya ada hati sama lo, Zak. Kali aja dia nggak suka lo sama Princess Pink balikan. Jadi udah pasti dia yang nyebarin gosip itu ke media sosial."
"Gue rasa itu lebih masuk akal," tanggap Dylan. "Apalagi, belakangan ini lo kayaknya juga agak jaga jarak sama dia, kan?"
"Dan baru aja nolak perasaannya," sambung Naira dalam hati.
"Iya sih," sambil merenung Zaki tak menyangkal. "Tapi setahu gue Kimmy bukan tipe orang yang kayak gitu, deh. Oke, gue ngomong gini bukan buat belain karena gimanapun dia temen gue. Tapi menurut gue, Kimmy jenis orang yang bakal ngomong langsung sama sosok yang bersangkutan daripada ngomongin di belakang kayak gitu. Gue rasa bukan dia pelakunya."
Naira yang sempat merasa tak suka Zaki membicarakan Kimmy seperti begitu mengenalnya mau tak mau membenarkan dalam hati. Jika dipikir lagi karakter Kimmy memang begitu. Sejak dulu sebelum jadian dengan Zaki, jika merasa terganggu Kimmy akan memilih mengajak Naira bicara empat mata lalu mengatakan kemauannya daripada menjelek-jelekkan di belakang seperti yang cewek-cewek lain lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess Pink's Boyfriend
Teen Fiction[SELESAI] Padahal jelas-jelas Naira sudah punya pacar. Pacarnya pun cakep, perhatian, dan personil band terkenal. Mereka juga saling sayang. Tetapi, kakaknya malah menjodoh-jodohkan Naira dengan seorang cowok judes yang merupakan teman sekelasnya. M...