Acara pentas penilaian yang ditunggu-tunggu murid tingkat akhir jurusan Bahasa akhirnya tiba. Waktu diadakannya pada hari Sabtu, seperti penilaian-penilaian sebelumnya. Kelas 12 Bahasa 3 baru dipanggil setelah Bu Hana selesai menilai dua kelas lain, yaitu Bahasa 1 dan Bahasa 2. Setiap kelasnya memakan waktu satu setengah jam dalam penilaian. Jadi ditambah waktu istirahat, kelompok dari 12 Bahasa 3 mulai tampil pukul 11 siang.
"Nggak usah bandingin kelompok kita sama penampilan kelas lain. Dari tema yang dikasih aja udah beda, jadi jelas aja kesannya lain," ujar Dylan waktu teman-teman sekelasnya tampak gelisah.
Kelas 12 Bahasa 1 mengusung tema musim panas, membuat kebanyakan kelompok menampilkan lagu-lagu ceria, menyemangatkan suasana aula. Sedangkan kelas 12 Bahasa 2 ditugasi Bu Hana dengan tema malam. Berbagai kreasi dari anak-anak kelas itu mampu membuat ketar-ketir penghuni Bahasa 3. Mereka khawatir terlihat kurang menarik jika dibandingkan penampilan-penampilan sebelumnya yang kebanyakan terlihat sempurna.
"Duh, tapi gue jadi deg-degan," bisik Lian. Ia duduk di barisan bangku-bangku penonton deretan tengah, berdekatan dengan Tomo dan Choki. Saat ini kelompok Satu sedang di atas panggung pentas.
"Lo harus tetap tenang, Li," Disty yang duduk sebelahan dengan Naira di belakang anak itu menanggapi. "Tuh, liat ke belakang. Bima udah datang khusus lo buat ngasih dukungan. Lian sayaang, semangat ya! Daku menunggu penampilan terbaikmu!" kelakar Disty membuat Lian yang gugup tertawa.
Lagu lawas milik Gun N Roses berjudul November Rain yang dibawakan kelompok Satu sudah hampir selesai. Mereka mengaransemen lagu itu menjadi musik jazz tempo sedang, cukup memanjakan telinga penonton. Bu Hana memang suka memberikan lagu-lagu lama sebagai pilihan, supaya bisa melihat sejauh mana para murid bisa mengeksplorasi kreativitas mereka.
Naira ikut tegang waktu kelompok Dua dipanggil. "Semangat, Li. Lo pasti bisa," ucapnya pada Lian yang bangkit mengikuti dua rekan sekelompoknya.
"Doain ya, Nai," cewek itu menepuk-nepuk kedua pipinya lantas beranjak dari barisan penonton. Choki juga menoleh sedikit dan Naira tersenyum menyemangatinya.
"Aku selalu bahagia saat hujan turun
Karena aku dapat mengenangmu
untukku sendiri...."Suara Lian yang tinggi ternyata bisa cocok menyanyikan lagu Hujan milik band Utopia. Choki dan Tomo tak memberikan banyak aransemen pada lagu itu. Hanya mengubah melodi dan memberi nuansa lebih pop kekinian yang menyenangkan. Lian yang dasarnya ceria sangat pas membawakan lagu itu.
"Untung aja kemarin kita cepet pilih lagu lain," Disty berbisik di tengah-tengah penampilan mereka.
"Yah," Naira mengangguk. "Kalau aja maksa, kayaknya bakalan nggak jauh beda."
Libra di sisi lain Naira mencebik. Walau pada latihan kemarin mereka membuat lagu itu sedikit rock dan diberi unsur EDM seperti saran Zaki, tapi tetap saja jatuhnya hampir sama.
Kelompok Tiga yang diketuai Dylan maju berikutnya. Husni yang menjadi vokal sekaligus main gitar cukup apik membawakan sebuah lagu band indie. Ia duet dengan Salsa yang menabuh cajon. Lagu akustik itu terdengar laras, membuat semua orang menikmatinya. Apalagi ditambah dentuman bass Dylan yang berirama kencang, musik pun menjadi lebih menghanyutkan.
"Kelompok Empat 12 Bahasa 3, dipersilakan segera menaiki panggung."
Suara Bu Hana dari tempat duduknya yang mirip mimbar melonjakkan Naira. Ia tak menyangka jika gilirannya maju telah tiba. Rasanya kelompok Tiga baru saja memulai lagunya. Sambil menghirup udara berkali-kali dan meniup lewat mulut Naira melihat seisi aula. Biarpun sudah tak terhitung berapa kali ia pentas di atas panggung tapi tetap saja ia masih merasa gugup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess Pink's Boyfriend
Teen Fiction[SELESAI] Padahal jelas-jelas Naira sudah punya pacar. Pacarnya pun cakep, perhatian, dan personil band terkenal. Mereka juga saling sayang. Tetapi, kakaknya malah menjodoh-jodohkan Naira dengan seorang cowok judes yang merupakan teman sekelasnya. M...