27. Kami Nggak Pacaran

518 99 19
                                    

"Kemarin Sabtu udah hujan waktu gue turun dari bus. Untung aja gue ketemu tetangga yang bawa payung," cerita Lian sambil menunggu bel masuk tiba.

"Kalau di tempat gue baru mulai gerimis, sih. Jadi gue nggak sampai basah kuyup," Salsa, yang berdiri di jalan antara meja Naira dan meja Lian menyambung. "Lo sendiri gimana, Nai? Bus lo datang nggak lama setelah kami pergi, kan?"

"Sebaliknya, bus gue justru lama banget nggak lewat-lewat," jawab Naira sembari mengeluarkan buku tugas Matematika dari ranselnya.

"Wah, lo kehujanan dong."

"Nggak sih," sebentar Naira melirik Salsa yang menatapnya. "Gue udah sampai rumah beberapa menit sebelum turun hujan, kok."

"Kok bisa?" tanya Lian heran. "Busnya datang telat terus sopirnya ngebut apa gimana?"

"Karena nggak juga dapet bus, akhirnya gue dianterin orang," ujar Naira tanpa memandang siapa-siapa.

"Orang? Siapa?“ dari bangkunya Lian bertanya lagi. "Libra, ya?" tebaknya keras-keras hingga orang yang ia sebut menengok ke arah mereka.

"Bukan Libra. Kemarin kan kita semua lihat sendiri kalau Libra pulang duluan," sanggah Salsa.

"Iya juga. Terus siapa dong, Nai?" dengan raut tak sabar Lian memandang Naira, begitu pula Salsa.

"Arzaki," jawab Naira, amat sangat pelan. "Gue dianterin dia kemarin."

"APA?!" Lian berteriak kaget hingga seisi kelas menoleh padanya. "Lo dianterin Arz...."

"Sssttttt....!" Salsa langsung membekap anak itu agar tak memberitahu semua orang. "Lo jadi orang nggak ribut-ribut amat nggak bisa, ya?"

"Ugh, tapi ini kan berita heboh, Sa," Lian menepis tangan Salsa dari sekitar mulutnya, setelah itu ia melirik Naira dengan muka nyengir. "Ciyee... yang abis disamperin mantan. Uhuy, kayaknya ada yang kode mau balikan, nih."

"Apanya?" Naira berusaha tak termakan candaan Lian. "Ini nggak seperti yang lo bayangin kok, Li. Mungkin, kemarin dia cuma...."

"Khawatir lo kehujanan," potong Salsa, cengengesan.

"Nggak gitu. Maksudnya...."

"Nggak tega lihat lo pulang sendiri kesorean."

"Ih, Salsa...!" Naira menabok pelan punggung temannya karena malu digoda.

"Oke, oke, sori," Salsa tertawa sambil coba menghindar. "Tapi gimana ceritanya lo bisa dianterin dia?" katanya kemudian. Maka dengan senang hati Naira pun menceritakan kejadian Sabtu sore secara keseluruhan. Termasuk perihal Kimmy.

"Kan udah sering gue bilangin. Arzaki emang nganggep Kimmy cuma sebagai temennya. Yang dia sukai tetep aja lo, Nai," komentar Lian setelah Naira selesai bercerita.

"Tapi gue juga penasaran sih Kimmy diturunin di mana. Masa iya Arzaki setega itu ninggalin dia di tempat sembarangan?" ucap Salsa.

"Kalau kalian lagi ngomongin Kimmy, tadi pas berangkat gue nggak sengaja denger temennya yang pakai kacamata itu lagi ngomongin dia sama Erin," Disty yang semenjak tadi diam di bangkunya untuk menyalin PR Sejarah bersuara. Rupanya ia ikut menyimak pembicaraan teman-temannya.

"Ngomongin apa?" Naira langsung menoleh, seperti yang dua lainnya lakukan.

Menurut cerita Disty yang ia dengar dari si kacamata alias Cacha, kemarin Sabtu Zaki mengerjakan tugas kelompok di rumah salah satu anak yang tinggal tak jauh dari sekolah. Tepatnya di daerah komplek pertama dekat halte. Di tengah-tengah pengerjaan tugas, Zaki ingat bahwa ia meninggalkan jaketnya di kelas. Kimmy yang tahu Zaki akan pergi memaksa ikut untuk menemaninya.

Princess Pink's BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang