26. Sabar, Nai

551 92 19
                                    

— video spesial Nai-Zaki di atas menggunakan lagu yang kemarin dinyanyikan Naira dan kelompoknya pada saat pentas. ditonton dulu, kuy


***Another Way To Be Boyfriend***


Acara beres-beres di aula membuat anak-anak senior jurusan Bahasa pulang lebih sore hari ini. Jam telah menunjukkan pukul setengah lima waktu Naira dan yang lain meninggalkan gerbang. Namun hari tampak sudah gelap karena mendung. Akhir-akhir ini agaknya cuaca memang telah memasuki musim hujan.

"Eh, bus gue udah datang!" seru Salsa setelah 5 menit berdiri bersama Naira dan Lian di antara keramaian halte. "Duluan ya, Nai!"

"Oke," Naira mengangguk.

"Sampai besok!" Lian yang juga akan naik bus yang ditumpangi Salsa melambaikan tangan. Rumah mereka memang satu jalur meskipun beda kawasan. Sedang Naira masih harus menunggu bus jurusan yang biasa lewat berikutnya.

Halte menjadi sepi karena kebanyakan anak sudah naik bus tadi. Hanya tinggal Naira dan dua cewek dari kelas lain yang masih tertinggal. Naira tampak gelisah. Awan-awan gelap di langit menggantung semakin rendah. Sepertinya hujan deras akan mengguyur tak lama lagi. Semoga saja busnya segera datang karena ia tak membawa payung.

Sambil mulai duduk bersandar di bangku halte pikiran Naira melayang ke kejadian siang tadi. Tepatnya saat Mario mengajaknya kenalan dan bertukar kontak. Mungkin ia tak terlalu heran jika Libra bersikap galak karena memang sudah biasanya ia bersikap begitu. Namun kemunculan Zaki yang mendadak, ditambah sikapnya yang menjadi ketus seperti itu mau tak mau membuat Naira bertanya-tanya dalam hati.

Apakah mungkin Zaki cemburu memergokinya diajak kenalan cowok lain? pikirnya tak yakin. Saat itu setelah melihat Mario pergi Zaki juga kemudian berlalu. Ia meninggalkan Naira bingung termangu dengan sikap cueknya yang selalu ia tunjukkan sejak putus.

Saat kembali memasuki gedung, Naira melihat Zaki sudah mengobrol dengan Choki di salah satu deretan kursi penonton. Ia tak meliriknya sama sekali. Sementara Libra telah duduk di sebelah Disty lagi walau perhatiannya kadang tertuju padanya. Bagaimanapun tak ada perilaku aneh yang lain dari mereka berdua setelah kejadian itu.

Deru motor dari jalan arah sekolah menyentakkan Naira dari renungan. Deru yang selalu ia hafal walau dengar dari kejauhan.Tapi tak mungkin kan Zaki baru saja meninggalkan sekolah pada jam sesore ini? pikirnya sembari menoleh ke asal suara.

Dalam seketika Naira langsung menyesali tindakannya. Benar ia memang melihat Zaki melesat kencang dari arah sekolah, namun keberadaan Kimmy yang memboncengnya, juga memeluk erat pinggangnya sukses mengeruhkan suasana hatinya. Naira cepat melengos. Harusnya ia pura-pura tak melihat saja sejak dengar suara itu. Hari ini kan Sabtu. Mungkin saja mereka berdua mau bermalam minggu, pikirnya muram.

Beruntung hanya sekejap motor itu melewati halte. Naira sendiri tak yakin jika Zaki sempat melihatnya. Ia terlalu kencang mengemudikan motor. Mungkin sedang menghindari hujan juga.

"Duh, busnya mana sih?" Naira melirik jam yang melingkar di tangan dengan tak sabar. Jarum penunjuk sudah menunjukkan hampir pukul lima. Suasana pun semakin gelap saking mendungnya. Dua cewek lain di ujung sana juga tampak sama bosannya dengan Naira. Namun paling tidak mereka masih punya teman untuk mengobrol.

Saat hendak mencari ponsel di ransel, tiba-tiba Naira mendengar deru motor itu lagi. Kali ini dari arah berbeda. Ia merutuki dirinya yang lagi-lagi harus menoleh karena suara yang sama. Mungkin lain kali ia harus memaksa lehernya agar berpaling ke arah lain jika mendengar motor Zaki.

Princess Pink's BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang