Zaki pun benar-benar pergi, meninggalkan Naira dalam linangan air mata. Hati keduanya sama-sama terluka.
Zaki mengemudikan motornya secepat angin, tak mempedulikan bunyi klakson dari kendaraan lain karena ia menyalip serampangan."Aarrggghh!" teriak Zaki dari dalam helm, meluapkan kekecewaannya. "Aaarrggghh!" ia melajukan semakin kencang motornya tanpa peduli arah.
Zaki sangat tak menyangka hari ini akan menjadi hari di mana ia putus dengan Naira. Bahkan tak pernah terlintas sedikitpun hubungan mereka akan berakhir secepat ini. Zaki sangat menyayangi Naira. Hanya ia cewek yang mengisi segala penjuru hatinya. Tapi kenapa mereka harus selesai karena meributkan hal seperti ini?
***
Bermenit-menit Naira tak bergerak dari tempatnya terakhir bertengkar dengan Zaki. Air matanya masih saja menetes meski sudah susah payah ia coba menghentikannya. Libra yang kini telah kembali bersandar di pagar toko sebelumnya, sedari tadi juga tak mengucap apa-apa. Ia termenung.
Melihat Naira dalam kondisi seperti itu Libra jadi teringat mendiang ibunya. Dahulu kala waktu Libra masih anak-anak, ia juga pernah menyaksikan kedua orangtuanya bertengkar. Tidak hanya sekali dua kali malah. Ayah dan ibunya sering memperdebatkan berbagai hal sehari-hari. Hingga akhirnya sang ibu memutuskan untuk berpisah, membawanya turut serta.
"Apakah hubungan percintaan harus selalu rumit begitu?" Libra yang tumbuh sampai remaja hanya dengan ibu sering kali bertanya-tanya. Pengalaman masa kecil membuatnya jadi enggan berurusan dengan lawan jenis dan perasaan. Bahkan untuk sekedar berteman. Setidaknya sampai kemudian ia bertemu Naira dan kakaknya.
Selama ini Libra tak pernah sungguh-sungguh menginginkan Naira. Libra senang mengganggu dan mendekatinya karena ia pikir cewek itu sangat cocok diajaknya bermain musik. Libra menyukai bakat Naira yang disembunyikan, hingga timbul kejailan supaya mereka bisa sering main bersama.
Sementara soal Kelly, memang benar ada ketertarikan di hati Libra kepadanya. Bagaimanapun ia juga seorang cowok yang tak bisa mengelak dirinya bisa menyukai seorang wanita. Namun perasaan Libra hanyalah sekedar kagum. Menurutnya, berhubungan dengan cewek judes ahli bela diri yang tampak tak tertarik pada lawan jenis seperti Kelly tak akan menimbulkan banyak masalah. Toh, Kelly yang lebih dewasa juga tak pernah menyikapinya serius.
Mereka berpacaran hanyalah status, walau kadang timbul penasaran dan iseng pada Libra untuk sekedar menyentuh atau menciumnya. Lagipula syarat utama Kelly mau jadian dengan Libra bersangkutan dengan Naira. Bukannya tak tahu sama sekali, Libra sendiri sadar jika sejak masa pendekatan Kelly justru ingin menjodohkan ia dengan adiknya.
Libra yang tak mau peduli hubungan asmara sengaja menurut saja. Lagipula dengan menjadikan Naira sebagai pacar berarti tak akan ada yang keberatan jika Naira sering-sering menemaninya bermain musik. Itulah yang sejauh ini ia pikirkan.
"Nai!"
Sebuah seruan beserta derap langkah kaki cepat membangunkan Libra dari renungannya. Ia menengok ke asal suara, mendapati Keira baru saja menyeberang jalan setengah berlarian. Tangan kanannya membawa kantong kresek putih, berlogo sebuah nama apotek.
"Sori ya lama. Barusan gue ngobatin Zein dulu soalnya," ujar Keira seraya menaiki trotoar, sejenak melirik Libra yang kedapatan memperhatikannya. "Lo juga udah gue beliin plester sekalian, Nai. Kayaknya lutut lo lecet, deh. Pasti gara-gara jatuh pas hampir ketabrak tadi."
Naira yang sedang tak sanggup bicara cuma mengangguk, berusaha tak menampakkan wajah pada sang sepupu.
"Lo kenapa?" melihat sikap ganjil anak itu tentu saja Keira jadi curiga. Keira pun mendekat, mencoba meraih bahunya. "Nai, lo... lo nangis?" katanya kaget.
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess Pink's Boyfriend
Teen Fiction[SELESAI] Padahal jelas-jelas Naira sudah punya pacar. Pacarnya pun cakep, perhatian, dan personil band terkenal. Mereka juga saling sayang. Tetapi, kakaknya malah menjodoh-jodohkan Naira dengan seorang cowok judes yang merupakan teman sekelasnya. M...