49. Pemilihan Lagu

559 81 26
                                    

Sore setiap pulang dari sekolah, Naira, Zaki, Libra, serta Dylan selalu menyempatkan latihan meski hanya satu jam. Dikarenakan mereka sudah kelas 12, adanya berbagai tugas juga jam tambahan belajar membuat kegiatan mereka menjadi lebih padat. Maka dari itu mereka tak bisa berlatih lama-lama agar tak sampai rumah kesorean.

Kadang-kadang jika ada kesempatan, Lukas datang untuk menonton mereka latihan. Sesekali ia memberi saran juga arahan pada Naira dan yang lain, mengutarakan pendapatnya supaya mereka bisa tampil maksimal. Mereka berlatih dengan serius demi menghadirkan pertunjukan yang tak mengecewakan banyak orang.

Di pihak lain, SMK Bunga Bangsa juga telah mulai sibuk menyiapkan acara. Hari H semakin dekat. Panggung besar sudah disediakan oleh pihak sekolah di lapangan outdoor Bunga Bangsa yang diketahui berukuran sangat luas. Saking luasnya, lapangan itu sering disewa lembaga luar yang membutuhkan tempat besar untuk suatu acara.

Kabar bahwa Naira akan maju menggantikan Ludyzacho sebagai bintang tamu telah dibicarakan banyak orang. Berbagai gosip bertebaran sehingga penggemar Ludyzacho dari sekolah lain banyak yang ingin datang untuk menyaksikan. Termasuk para murid SMA Global yang sebelumnya pernah menyaksikan Naira secara langsung di panggung sekolah mereka.

Murid-murid dari SMA Internasional itu mengatakan bahwa Naira sangat keren dan penampilannya patut dinantikan. Sampai-sampai video Naira bersama Libra dan Mozaik Day saat tampil di sana diunggah seorang anak Global ke youtube dan mendadak trending di kalangan pelajar. Tak heran orang-orang jadi semakin penasaran.

Di samping pujian, tak sedikit pula orang yang mencela penampilan Naira. Mereka justru menunggu pertunjukannya hanya untuk mengolok dan mencari kesalahan. Bahkan kabar burung mengatakan ada kelompok yang bersiap membawa botol-botol bekas dan sampah lain untuk dilemparkan ke Naira saat ia naik panggung nanti.

"Ah, kenapa harinya cepet banget sih?" Naira meletakkan kepalanya di meja dengan lunglai. Jam Matematika baru saja berakhir, sambil menunggu guru Bahasa Indonesia datang ia sedikit mengobrol dengan Lian di meja sebelah. Anak-anak 12 Bahasa 2 mengatakan guru Bahasa akan telat karena sedang keluar sekolah untuk suatu kepentingan mendesak. Kelas sebelah itu juga agak terbengkalai 20 menit sebelum pergantian pelajaran tadi.

"Gue bener-bener tegang. Rasanya gue mau melarikan diri dari kenyataan ini," kembali Naira berujar lemah.

"Ngapain tegang segala sih? Lo kan bisa, Nai. Besok juga bukan pertama kalinya lo tampil di hadapan umum," tanggap Lian santai. Ia tampak asyik memotong kuku tangannya yang memang sudah panjang. "Lagian lo tampil sama Arzaki. Nggak ada yang perlu dikuatirin."

"Tapi tetap aja ini menegangkan, Li," keluh Naira. "Beritanya... gue nggak tahu kenapa bisa timbul berita-berita berlebihan kayak gitu. Ekspektasi mereka buat gue kayaknya jadi terlalu tinggi. Gue ngeri ngebayangin gimana mesti tampil di hadapan anak-anak fanatik itu."

Tepat dari meja belakangnya Disty tertawa. "Harusnya lo malah bangga dong, Nai. Mendadak jadi kayak artis gini. Di mana-mana diomongin orang. Jalan ke mana dilihatin orang. Wahh, temen gue beneran beken nih sekarang. Boleh dong, dompleng dikit biar ikut tenar," kelakarnya lantas terpingkal.

"Huu Disty mah gitu," tegur Lian. "Tenang aja, Nai. Gue tahu lo bisa, kok. Pokoknya nggak boleh gugup apalagi tegang, oke? Gue sebagai temen lo bakal dukung habis-habisan. Lo mesti lebih percaya diri."

Naira kembali berpaling pada anak itu. "Mau dukung gimana maksud lo, Li?"

"Ya gue bakal datang ke Bunga Bangsa ngajak temen-temen sekelas lainnya. Temen segeng Bima gue ajak juga. Rumornya kan aneh-aneh, tuh. Jadi kalau nanti ada yang nyorakin lo, gue sama pasukan gue bakal bales nyorakin mereka. Sebagai fans garis keras Ludyzacho yang nggak gampang potek, gue bakal ngumpulin orang-orang yang sejiwa dan seirama."

Princess Pink's BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang