35. Mempermainkan

482 78 25
                                    

Makasih buat ucapan dan bonekanya.
Moga acaranya sukses.

Senyum lebar langsung terkembang di wajah Zaki. Meskipun isinya singkat dan sederhana, tapi pesan itu rupanya mampu membuat hatinya lebih dari sekedar berbunga. Ia merasa senang sekaligus lega Naira mau menerima pemberiannya. Zaki sudah sempat khawatir semalaman. Semoga saja setelah hari ini mereka bisa kembali dekat seperti sebelumnya.

Iya, sama-sama. Panjang umur dan sehat selalu, ya.

Dylan dan Choki yang duduk di kursi tengah, berkali-kali menengok karena mendengar Zaki cekikikan di jok paling belakang. Angela yang berada di depan menemani Bu Hana menyetir juga begitu.

"Lo lagi apa sih, Zak?" akhirnya Choki tak tahan untuk bertanya. "Lagak lo serem banget. Kayak orang gila, tau nggak? Senyum-senyum mulu dari tadi. Sekarang tambah ketawa-ketiwi kayak monyet digelitikin."

"Monyet-monyet apaan sih? Sirik aja lo," Zaki menyuruh Choki mengabaikannya dengan gerakan tangan. Ia justru terkikik lagi karena ada balasan yang datang.

"Gue tahu. Pasti ini ada hubungannya sama Naira," tebak Dylan, menatap Zaki walau tak berharap akan dipedulikan. "Kalian udah mulai chattingan lagi, nih?"

Zaki langsung terkekeh. "Doa restunya aja, Dyl," sahutnya tanpa berpaling dari ponsel. Mendengarnya Choki mencibir sedangkan Dylan tertawa.

"Selamat kalau gitu. Moga perjalanan asmara lo diberi kemudahan. Syukur-syukur awet sampai pelaminan," ucap Dylan yang segera diamini oleh Angela.

"Ada kantong kresek nggak, sih? Kayaknya bentar lagi gue mau muntah-muntah. Mabok lihat kelebayan Zaki," ledek Choki membuat Dylan dan Angela spontan tergelak.

"Kalian ini jangan bercanda terus, dong," Bu Hana yang merasa mobilnya menjadi ramai meminta mereka untuk diam. "Fokus saya menyetir jadi keganggu kalau kalian ribut begitu."

"Tuh, dengerin baik-baik apa kata Bu Hana, Zak," sambut Choki segera. "Jangan berisik!"

"Lah, kok gue? Lo kali yang pertama bikin ribut. Bener nggak, Bu?" Zaki menimpali.

"Ssstttt...," tengah Angela hingga mereka akhirnya tak bersuara lagi.

Sementara itu di SMA Bendera jam istirahat pertama telah tiba. Naira menolak waktu diajak teman-temannya pergi ke kantin. Ia harus mengembalikan buku ke perpustakaan karena sudah mencapai batas tanggal peminjaman. Ia hampir saja lupa jika Salsa tak mengingatkannya soal itu. Beruntung buku tersebut sudah ia taruh di laci sejak kemarin. Kalau saja tidak, Naira pasti akan didenda dan sementara tak boleh meminjam buku lagi.

"Terus, akhirnya Zaki ngasih apa buat dia?"

Suara berbisik itu terdengar ketika Naira menulis tanda tangan di buku pengembalian sesuai permintaan penjaga.

"Mana gue tahu," suara lain menjawab. Naira mengenali suara itu sebagai suara Kimmy. "Gue bilang nggak bisa waktu Zaki minta bantuan gue nyariin kado buat dia."

"Ah, payah. Harusnya lo sanggupin aja, Kim. Terus lo bungkusin deh sebuah kado spesial buat dia. Boneka Chucky, kek. Atau Annabelle," kelakar seorang yang saat Naira tengok rupanya Cacha. Ia dan Kimmy duduk di depan meja panjang tak jauh dari tempatnya berdiri.

"Canda lo, Cha?" sahut Kimmy seraya menyandarkan punggung. Agaknya mereka tak merasa bahwa perbincangan bisik-bisik mereka terdengar sampai telinga Naira. "Zaki bisa marah besar kalau sampai tahu gue kayak gitu."

"Ah, tapi Zaki nggak bakalan ngerti lah. Misal lo beliin sesuatu buat Naira terus lo bilangnya lain ke Zaki, gue yakin dia bakal percaya," ujar Cacha. "Kemarin Zaki pulangnya sampai malem, kan? Terus berangkatnya tadi juga pagi-pagi banget. Dia nggak punya waktu buat ngasih langsung kadonya ke Naira. Pasti pakai jasa kurir. Jadi lo nggak bakal ketahuan. Kecuali Zaki sendiri yang rela ke rumahnya tengah malem atau subuh-subuh. Tapi masa iya Zaki seniat itu cuma buat cewek kayak dia?"

Princess Pink's BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang