13. Kencan (Film Horor)

560 90 7
                                    

Hari ini sepulang sekolah Naira diajak kencan oleh Zaki. Kebetulan pada hari Sabtu, masing-masing jurusan tak memberikan pelajaran tambahan untuk para murid kelas 12. Maka keduanya memanfaatkan waktu untuk jalan bersama. Setelah berjanji tak akan lagi menyembunyikan sesuatu terutama yang ada hubungannya dengan Libra, Naira memang lebih banyak meluangkan waktu untuk pacarnya.

"Film baru?" Naira menatap lewat spion kala Zaki membelokkan motornya menuju salah satu bioskop terkemuka di ibu kota. "Film apaan?"

“Lah, masa nggak tahu sih?" Zaki sedikit berpaling dari pandangan lurusnya. "Ini film baru yang lagi rame-ramenya diomongin, lho. Pokoknya kita harus nonton. Nggak boleh sampai nggak."

"Pasti film horor," Naira langsung menebak. "Iya, kan?"

Zaki cuma nyengir hingga mereka tiba di tempat tujuan. Ia yang begitu menggemari jenis film misteri, thriller, juga horor memang selalu mengajak Naira nonton semenjak mereka berpacaran. Sebelumnya ia sering ditemani Dylan atau teman sekelasnya tiap pergi ke bioskop. Choki suka menolak karena ia takut dengan hal-hal berbau horor. Begitupun kadang Choki turut serta karena Zaki suka menyogoknya dengan cara mentraktir. Sementara Lukas biasanya mau-mau saja asal sedang tidak ada acara.

"Eh, itu bukannya Arzaki Ludyzacho, ya?"

"Mana?"

Bisik-bisik itu mampir ke telinga Naira waktu ia dan Zaki baru saja membeli popcorn dan minuman di counter dekat lobi.

"Itu lho!" seseorang menunjuk saat Naira tak sengaja menoleh. "Tapi Arzaki sama cewek."

"Pacarnya kali."

"Denger-denger personil Ludyzacho pada belum punya pacar," satu dari tiga cewek yang berjalan tak jauh di belakang Naira berkata.

"Masa iya cowok-cowok ganteng macem mereka jomblo?" sahut cewek yang dikucir ekor kuda, berbaju merah. "Gue pernah denger dari anak Harapan kalau Dylan sama Arzaki udah punya gandengan."

Untuk beberapa saat Naira tak mendengar suara mereka lagi karena kebisingan di lorong yang ia lewati. Ia hanya melihat tiga cewek itu ikut masuk ke theater yang sama dengannya dan Zaki. Cukup mengherankan cewek-cewek seperti mereka nonton film horor juga.

"Dia ngeliatin kita tuh," bisik si baju merah tadi. Padahal Naira menengok karena punggungnya tersenggol seseorang yang jalan tepat di belakangnya. Namun ia justru mendapati tiga cewek itu sedang mengamatinya dari ujung kaki hingga kepala. Diperkirakan mereka masih kelas 10 atau 11, sedikit lebih muda darinya.

"Pasti mau pamer bisa ngegaet Arzaki," sahut cewek yang pakai jaket biru tosca.

"Sok kecakepan banget!" anak yang rambutnya panjang dikepang menyamping menyambung sinis. "Mukanya lumayan sih, tapi gayanya nggak trendi."

"Jadi yang begitu selera Arzaki?"

Decak kecil keluar dari mulut Naira. Selalu saja, batinnya sembari tetap mengekori Zaki menuju di mana nomor kursi mereka. Hal seperti itu sudah biasa terjadi. Ke manapun Naira jalan dengan Zaki pasti ada saja cewek-cewek yang nyinyir terhadapnya. Kata Dylan, mungkin mereka cuma iri. Sebab Dylan juga sering dikomentari saat kepergok jalan bersama pacarnya.

"Princess, pegangin dong!" Zaki menyerahkan kotak popcorn di tangannya membuat Naira yang melamun terjaga. "Kamu ngapain deh bengong gitu? Filmnya bentar lagi mulai, lho."

"Nggak kok," jawab Naira sembari duduk. Seperti biasa, Zaki tak pernah mempedulikan obrolan di belakangnya. Entah memang tak mendengar atau telinganya ia sumpal dengan apa. Beda hal dengan Naira. Meskipun sudah berkali-kali menghadapi situasi serupa, kadang masih saja timbul rasa tersinggung di hatinya. Namun demi Zaki yang begitu peduli padanya, Naira akan selalu berusaha mengabaikan komentar-komentar buruk mereka. Mungkin mereka memang hanya iri kepadanya.

Princess Pink's BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang