BAB 46 : Oksigen

2.9K 333 13
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


─── ・ 。゚☆: .☽ . :☆゚. ───

SICA, lo begadang, ya?”

Rosa yang baru saja datang dari kantin dengan segelas es kopi latte duduk di samping sang sahabat yang selesai bertanding basket dan tentunya menangㅡJessica boleh diadu kalau masalah olahraga ataupun otot, takkan kalah tanding. Gadis chipmunk tersebut menyodorkan segelas es jeruk pada lawan bicaranya dan satu pack medium tisu. “Lingkaran mata lo samar-samar keliatan sama gue.”

“Itu tandanya lo seringkali ngeliat kesalahan orang dibandingkan seratus kebaikan yang mereka buat,” balasnya entah kenapa sok bijak sembari menenggak minuman segar tersebut.

Rosa mendecak dan menyilangkan kaki di tangga penghubung dengan lapangan utama Bina Bangsa. “Gue lagi mode peduli sama lo ya, bangsat. Hargain, kek!”

“Berapa?”

“Hah?”

“Katanya hargain, berapa? Gue bayar lunas, nih!”

Dengan penuh kasih sayang Rosa melepas sepatunya dan memukul pundak Jessica bertubi-tubi sementara gadis berponi itu tidak beranjak kabur, cuma menerima dengan sumpah serapah yang dilayangkan gratis untuk sahabat tercintanya. “Sombong lo, anjing! Mentang-mentang kaya raya malah nggak terdidik tuh mulut.”

“Kayak gue dididik aja di rumah, sistaaa!” sahut Jessica cuek dan terkekeh-kekeh kemudian lalu sibuk minum lagi.

Lawan bicaranya manggut-manggut, sepenuhnya setuju dengan ucapan Jessica kali ini. “Lo bener juga, gue setuju. Kita blangsak begini 'kan karena nggak pernah terdidik,” ujarnya, Jessica menjentikkan jari sebagai respon dan Rosa mengibaskan rambut panjangnya nan lurus dengan sarat pongah. “Untung terlahir cantik yang tak manusiawi, berbakat dan multitaㅡ”

“ㅡlonte.”

“Mulut lo lama-lama gue cabein ya, anjing?! Makin nggak berpendidikan. Padahal kita sekolah di sekolah swasta termahal, terelit dan terbagus seindonesia.” Si gadis chipmunk lantas menoyor kepala Jessica yang masih bersikap acuh tak acuh dengan omelan sahabatnya dan kemudian bersedekap tangan. “Yang penting gue menawan, cantik dan sangat-sangat disayangkan diabaikan oleh dunia.”

“Kata orang yang berkali-kali nyoba bundir,” komentar Jessica, meraih bola basket yang terlempar ke arahnya dan melemparkan bundaran oranye tersebut kepada pemain di tengah lapangan.

“Anjing!”

Enggan melanjutkan perang saraf Rosa memilih menetralkan kejengkelannya dengan menghembuskan napas perlahan. Meluruskan kaki sembari disilangkan lalu melipat tangan di depan perut. Netranya meniru Jessica yang tengah menonton pertandingan basket yang berjalan ributㅡrata-rata diisi anak buah sang sahabat. Rosa sesungguhnya tahu bahwa Jessica tengah memikirkan sesuatu. Gadis barbar tersebut jauh lebih kalem hari ini, berbeda dengan hari-hari sebelumnya yang masih semangat memaki Alvin bila bersua.

The Princess TroublemakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang