─── ・ 。゚☆: .☽ . :☆゚. ───
SECERAH apapun langit biru menggantung seolah menantang, ditambah bentuk-bentuk cantik awan putih gemilang nan rupawan menjadi penghias. Tampaknya hal-hal indah yang semesta suguhkan secara percuma tidak cukup untuk membuat Jessica merasakan hal yang sama. Raut wajah masam, berlipat-lipat bersama tatapan tajam yang seakan mampu menghunus siapapun yang coba-coba mengganggu. Terlebih-lebih lagi penampilan baru sang gadis betulan menarik perhatian dan minat penghuni Bina Bangsa.
Kemeja rapi lengkap dengan lambang-lambang khusus sekolah serta angkatannya. Almamater melekat pas pada tubuhnya tanpa lipatan di tangan. Dari tersemat manis pada kerah kemeja ditambah rambut diikat kuda yang mana menampilkan leher jenjang si gadis. Intinya hari ini Jessica tampil manis, cantik nan mempesona selayaknya seorang murid pada umumnya.
Chelsie tidak bisa berkata apa-apa dengan mulut sedikit menganga, berduet bersama Jenna selagi Rosa terperangah setengah menghina.
Jessica berubah drastis dalam semalam!
“Nying?” Rosa bangkit dan memutari tubuh sang sahabat. Mencoba meyakinkan diri bila dia tidak salah lihat melihat Jessica senecis ini. “Lo kerasukan reog, ya?!”
Jessica merotasikan mata jengah sebelum membanting tasnya ke meja kanting lalu duduk di sebelah Chelsie yang kini tengah mengobrak-abrik tas si Poni. Chelsie memekik takjub. “TAKBIR! ALLAHUAKBAR! JESSICA BAWA BUKU MAPEL LENGKAP BERSAMA BUKU PAKET, YA ALLAH! ALLAHUAKBAR! ADA KOTAK PENSIL DAN SEGALA TETEK BENGEKNYA! MASYAALLAH!”
“Sumpah lo?!” Jenna menolak percaya, direbut paksa tas hitam mengkilap tersebut dari genggaman Chelsie. Iris kucingnua melebar seketika. Satu sekon kemudian dia mengguncang tubuh sang sahabat. “NJIR! SADAR, EIY! LO SIAPA?! LO BUKAN JESSICA, 'KAN? NGGAK MUNGKIN DIA MENDADAK BERUBAH DALAM SEHARI GINI, NJING!”
Tidak memperdulikan bagaimana tanggapan orang-orang akan seberapa kerasnya ketiga perempuan itu berisik. Jessica pasrah saja tatkala Rosa menarik kasar pundaknya. “Gue pernah masuk RS waktu SD dan cuma Jessica yang tau alasan gue jatoh karena gue malu buat cerita. Jawabannya?”
“Lo jatuh guling-guling dari jalanan menanjak pas lari saking malunya karena baru pertama kali ditembak bocah cowok ingusan pakai baju garis-garis biru dongker, celana jin selutut dan ngasih permen kaki murahan ke elo,” jawab Jessica, mengunyah nasi uduk milik Jenna.
Giliran Chelsie yang mengetuk bahu sang sahabat. Ia berdeham sejenak. “Waktu SMP gue pernah berantem sama bokap dan cuma Jessica yang tau tempat persembunyian gue. Di mana?”
KAMU SEDANG MEMBACA
The Princess Troublemaker
Novela JuvenilBagi Bina Bangsa, Jessica merupakan perwujudan nyata dari sebuah ketidakwarasan abadi sekaligus sinting dengan akal minim. Tidak mengherankan lagi menemukan gadis berponi berbingkai wajah serupa boneka tersebut melakukan hal "lucu" berbalut kengeria...