BAB 70 : Kepergian Jessica

2.1K 267 136
                                    

─── ・ 。゚☆ :

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

─── ・ 。゚☆ : .☽☽☽. : ☆゚• ───


JESSICA benar-benar lenyap begitu saja. 

Bagaikan di telan bumi dan terdampai di dunia antah berantah.

Tidak dapat terdeteksi. Tidak dapat di telusuri. Tidak dapat di temukan. Kabar menghilangnya cucu bungsu dari keluarga konglomerat Atriyadinata memang tidak di beritakan pada surat kabar, berita di TV atau pun pada seluruh platform media sosial. Namun satu hal pasti, ketidakhadiran puan tersebut secara mendadak jelas-jelas menggemparkan seisi sekolah. Entah itu murid-muridnya, guru berserta staff dan sekaligus pedagang di kantin. Ketiadaan eksistensi Jessica sungguh-sungguh menjadi topik hangat bahkan usai genap seminggu sang penguasa sekolah tersebut menghilang tanpa kabar. Beberapa dari mereka berusaha menggali informasi dari sumber pasti, tentu itu adalah tiga sahabat sang topik utama Bina Bangsa, akan tetapi seperti yang telah di terka-terka, mereka sempurna dalam kebungkaman. 

Lebih tepatnya mereka sama sekali tidak tahu-menahu mengenai keberadaan Jessica sekarang. Hembusan napas kasar mengudara, rasa lelah telak menyerang jiwa dan raga di iringi denyutan pada kepala yang tidak kunjung menghilang akibat aksi kabur Jessica kini. Rosa berdecak untuk ke sekian kalinya, menyugar rambut cepat dan menatap sebal pada dua gadis lain di sana. "Ini serius, nih? Itu anak beneran nggak mau ngabarin mereka sama sekali? Udah pas seminggu anjir? Bangsat emang tuh cewek."

Pada hari-hari biasanya barangkali Jenna akan berusaha mengerti semua tindak-tanduk absurd Jessica dalam menjalani kehidupan. Akan tetapi kali ini dia benar-benar di buat gondok setengah mati. "Gue ngerti kalau dia shock berat, dia patah hati dan mau nenangin diri dulu. Tapi yang bener aja dong, masa dia langsung kabur begitu tanpa bilang-bilang sedikit pun. Minimal ninggalin surat, kek! Apa, kek! Teknologi udah canggih gini. Zaman udah maju begini. Kuno banget cara berpikir temen lo itu. Makin di pikirin makin kesel gue. Tailah!"

"Yakan?!" Amarah gadis chipmunk tersebut semakin berapi-api, dia menukikkan bibirnya tajam kemudian. "Apa salahnya ngasih kabar bentar gitu. Ninggalin satu clue atau apa gitu. Ini enggak, main pergi gitu aja. Ck! Kalau ketemu lagi, gue jambak sampai botak kepala tuh manusia bar-bar. Sialan! Semoga lo keselek abis ini, rasain!"

"Kalau bisa langsung koid! Apaan dah! Kabur-kaburan nggak jelas! Norak!" Jenna menimpali dengan semangat.

Setelahnya, rangkaian kalimat sendu datang dari Chelsie. Gadis itu menarik napas dan berkata pelan, "Kita kangen Sica rupanya, ya."

Satu sekon berikutnya, keheningan menelan mereka. Tidak peduli dengan hujan deras di luar gedung olahraga serta petir yang menyala-nyala. Nyatanya hal tersebut bahkan tidak cukup praktis untuk menetralisir berisiknya kepala mereka masing-masing. Sekelumit suram menghantui hari-hari mereka usai kepergian Jessica yang tiba-tiba dan tanpa berpamitan tersebut. Kekhawatiran terus-menerus berkecamuk dalam lubuk hati, bertanya-tanya apakah gadis berisik yang satu itu sudah baik-baik saja sekarang? Bagaimana dengan kondisinya? Bagaimana dengan tidurnya? Apa sudah makan dengan teratur hari ini?

The Princess TroublemakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang