─── ・ 。゚☆: .☽ . :☆゚. ───
SELAKU guru mata pelajaran paling galak seantero Bina Bangsa. Baru pertama kali dalam sejarah sang guru telah melewati usai 50-an tersebut tersenyum cerahㅡserupa orang sombong yang baru saja memenangkan lotre berhadiah miliaran rupiah. Pak Damar merupakan guru kimia berwajah menyeramkan seolah ingin memakan anak-anak muridnya namun hari ini suasana hati sang guru tampak cerah sekali. Apalagi kalau bukan karena Jessica yang selama satu semester baru sekali mengikuti kelas kimia.
Di grup chat guru-guru Pak Damar menyombong berkata, “Anaknya belajar giat di mata pelajaran saya, lho.”
Rosa menyenggol lengan Jessica yang risih ditatap sedemikian rupa oleh guru bidang studi. “Nyet, gue yakin abis ini lo jadi anak kesayangan guru-guru melampaui Chelsie. Gue yakin sampai ke sanubari.”
“Sumsum tulang belakang lo gue cabut, mati apa nggak napas aja lo?” balas Jessica berbisik tanpa menatap sang sahabat. Si gadis sibuk mencatat seharian ini untuk hasilnya diserahkan kepada Yang Mulia Raja Alano yang jelas takkan percaya begitu saja. Harus ada bukti.
Jujur saja, pukul satu siang begini harusnya Jessica tengah menikmati es krim tiga rasa segar di kantin bersama beberapa lembar roti tawar. Maka nikmat Tuhan mana lagi yang engkau dustakan, wahai manusia-manusia serakah?! Tidak ada! Dan sialnya hal-hal menyegarkan demikian tak dapat ia kais lagi sebab terpaksa mengikuti semua mata pelajaran bila keinginannya ingin dikabulkan. Memang, sih. Ada harga, ada barang. Akan tetapi tidak dengan menyuruhnya kerja rodi begini! Rasa-rasanya sang puan mendidih sehingga kepala mengeluarkan asap mengepul tebal luar biasa.
Ekspresi menahan amarah Jessica ketika mencatat PPT dari Pak Damar rupanya menjadi alternatif hiburan guru baya itu. Jessica mencatat penuh tenaga sampai mengganggu murid lainnya namun ia enggan peduliㅡdan mana pernah mau repot-repot peduli.
Arzan melirik ke samping guna mendapati Rosa terkikik lucu menertawai wajah penuh amarah sang sahabat. Diam-diam dia terkekeh geli, mengambil post it sewarna langit siang dan menuliskan beberapa kata cheesy untuk gadis mawar tersebut. Ketika baru saja menyenggol lengan gadis berponi, satu kelas tersentak dengan Jessica yang menggebrak meja seraya berdiri.
Ah, ternyata si gadis sudah mencapai limit kesabaran rupanya.
“Pak!”
“Ampun, Jes.” Arzan mencicit. “Belum juga minta tolong.”
Sang gadis menarik napas dalam guna dikeluarkan perlahan-lahan dan memasang senyuman paling manis. “Semua yang ada di dunia ini ada batasannya, Pak. Yang nggak ada batasannya itu hanyalah Tuhan, Tuhan bebas melakukan apa-apa saja tanpa ada kata mustahil. Benar tidak, Pak?”
KAMU SEDANG MEMBACA
The Princess Troublemaker
Teen FictionBagi Bina Bangsa, Jessica merupakan perwujudan nyata dari sebuah ketidakwarasan abadi sekaligus sinting dengan akal minim. Tidak mengherankan lagi menemukan gadis berponi berbingkai wajah serupa boneka tersebut melakukan hal "lucu" berbalut kengeria...