BAB 11 : Toko Bunga

5K 531 31
                                    

-------- ≪ °✾° ≫ --------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-------- ≪ °✾° ≫ --------

BISA BANGSA akan selalu dan wajib gempar dengan segala macam ulah yang Jessica lakukan. Termasuk salah satu korbannya yang nyaris patah tulang kalau-kalau Chelsie tidak datang menenangkan si gadis siang ini. Tengah ramai diperbincangkan di twitter pada Bina Bangsa base  dan ribuan komentar pun agaknya terisi penuh. Mempertanyakan alasan gadis berponi tersebut mengamuk demikian?

Jenna geleng-geleng kepala melihat isi komentarnya, terlalu banyak orang sinting berkedok 'baik hati' dan malah memaki secara online begini. Ck! Inilah salah satu alasan mengapa Jenna lebih menyukai Jessica yang blak-blakan. Sahabatnya yang satu itu tipe-tipe orang yang berterus terang, ogah menye-menye apalagi berbasa-basi kalau tidak diperlukan. Sekali terusik, yaa, langsung dihantam. Meskipun tahu benar bahwa kekerasan tidak dapat dibenarkan dalam bentuk apapun, tetapi Jessica mana peduli peraturan konyol, katanya itu.

Kini si gadis berponi sibuk menelan es krimnya, terhitung sudah kotak ke ketiga yang ditandaskan dan Jessica belum mau berhenti mengunyah. Chelsie mengembuskan napas pendek, mengusap-usap pundak sempit sang sahabat dan membiarkan gadis itu melepas emosinya dengan cara ini daripada harus mematahkan tangan seseorang. Err! Mengerikan!

“Sekalipun gue nggak pernah bawa-bawa masalah keluarga orang setiap berantem. Yang salahkan dia jadi yang harus dibantai dia bukan family backgroundnya.” Jessica menyendok kasar es krim rasa stoberi ke mulut, memukul telapak tangan Rosa yang ingin satu sendok dan bergerak mundur menjauh guna menyelamatkan es krimnya. Rosa mendelik, Jessica melotot sebelum melanjutkan. “Orang-orang kehabisan bahan gosip apa gimana, sih? Keluarga orang mulu yang dibahas. Setan emang!”

Rosa mengibaskan tangan kemudian meniupi kuku-kukunya yang dicat putih serta dihiasi oleh bunga-bunga. “Biasalah. Orang bego kehabisan cara buat menang pasti bahas-bahas masalah sensitif kayak gitu. Nggak classy, ew!” komentarnya.

“Lo trending lagi base sekolah,” timpal Jenna dan mengambil tempat di sebelah Chelsie. Tampaknya makan es krim di bawah tudung food court outdoor panas-panas begini memang menggiurkan. Jenna lantas mengambil satu sendok milik Jessica kemudian menyambung, “Jangan coba-coba lo ngeburu orang yang ngomen negatif,” peringat si gadis kucing.

Jessica mendecih, “Iya-iya, kalau inget.”

“Sica?”

“Iya, Esie. Enggak lagi. Enggak.” Jessica buru-buru meyakinkan kala Chelsie memanggil namanya penuh peringatan. Sangat-sangat tidak mengenakan lagi kalau harus mendengar berbagai macam petuah sang sahabat sementara kondisi hatinya memburuk begini. Tidak, deh! Jessica masih ingin mengakhiri hari dengan gelak tawa, sekurang-kurangnya senyuman.

Gadis tersebut melirik layar ponselnya yang menyala. Tertera alarm kalender pada tanggal 28 Juli. Senyuman Jessica lantas tersungging manis sebelum mematikan gawai dan meletakkan sendok. Akhirnya hari ini datang juga. Mari buang jauh-jauh mengenai hari buruknya yang membuat si Poni nyaris melupakan hari penting begini. Jessica segera bangkit, meraih almamaternya dan menatap ketiga sahabatnya bergantian.

The Princess TroublemakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang