BAB 47 : Sebuah Pilihan

2.8K 326 34
                                    

─── ・ 。゚☆:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

─── ・ 。゚☆: .☽ . :☆゚. ───

ZAN?

Alvin kini rebahan dengan nyaman di atas sofa ruang OSIS sementara Arzan tengah dipusingkan oleh beberapa dokumen-dokumen organisasi Bina Bangsa yang belum rampung dibaca semua. Laki-laki berlesung pipi itu menyahut, “Hmm?”

“Tadi gue ngeliat Jessica ngebentak Rosa di lapangan, lho,” beritahunya santai seraya menatap langit-langit ruangan. “Kayaknya mereka berantem, deh.”

Arzan sontak memfokuskan diri pada pemuda sinting itu dengan sarat khawatir di wajah. “Terus? Dia main tangan sama Rosa?”

Lawan bicaranya justru terkekeh-kekeh menanggapi kekhawatiran sang sepupu. Alvin menangkap bundaran oranye yang ia lambungkan tinggi dan menyahut geli. “Mustahil banget dia main tangan sama sahabatnya sendiri yang dia jagain pake nyawaㅡkecuali lagi bercanda. Don't give me a damn joke, bastard!

“Cuma khawatir. Jessica 'kan gampang kesulut emosinya. Apa-apa langsung main otot. Korbannya udah banyak di opname, Vin.”

“Gue nggak peduli sama korbannya, sih. Bodo amat. Mereka yang salah nyari perkara sama Jessica. Udah tau anaknya gampang meledak emosinya malah dipancing-pancing. Jangan salahin dialah,” tukas Alvin, entah mengapa keki sendiri.

Arzan menukikkan bibirnya sebal dan merotasikan matanya jengah. “Bulol lo makin menjadi-jadi. Abis lo nyatain perasaan lewat siaran komunikasi sekolah abis ini apa?”

“Gue perkosa kali.”

“HEH!”

Alvin terbahak-bahak. “Bercanda, elah. Lo lupa dia monster?”

“Nyaris.”

Di balik meja Arzan memandang sepupunya yang kalem sekali hari ini. Dia tidak menemukan tanda-tanda bahwa Alvin akan mengajaknya perang saraf ataupun membuatnya jengkel ditengah pekerjaan yang menumpuk begini. Arzan tidak bisa menutup mata walau sang sepupu acapkali menarik tuas kekesalannyaㅡuntuk perkara membuat orang kesal adalah job utama pemuda itu. Si empu menghela napas berat, melepas kacamatanya lalu mengusap wajahnya sebelum menatap Alvin.

“Jessica keras kepala dan dia bener-bener nolak lo, Vin. Mau nyerah nggak lo? Gue tawarin nih?”

Bila saja mudah bagi Alvin untuk melupakan bagaimana hatinya jatuh tanpa diduga-duga pada gadis barbar, kasar dan sumbu emosi teramat pendek tersebut. Alvin mungkin akan memilih mengencani perempuan lain dan membuat ia lupa akan presensi Jessica di dunia ini. Tetapi tidak bisa semudah itu.

The Princess TroublemakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang