⋘ ──── ∗ ⋅◈⋅ ∗ ──── ⋙
BINA BANGSA memang rajanya bangunan sekolah lantaran memiliki lorong dan tikungan yang banyak. Sehingga disediakan papan penunjuk jalan bagi pendatang baru yang bahkan penghuni aslinya sendiri masih ada yang rentan tersesat. Mengerti benar bahwa petunjuk jalan merupakan suatu hal yang penting dan nyaris seluruh orang membutuhkannya. Apalagi di hari-hari penting seperti hari ini, contohnya.
Bina Bangsa kedatangan tamu penting yaitu kunjungan tahunan dari para ketua OSIS dari sekolah-sekolah lain.
Nah, karena Jessica adalah murid yang paling baik hati dan ingin mereka mendapat sambutan terbaik dalam sejarah pertemanan antar sekolah. Maka dari itu si gadis tersenyum manis di gerbang dan melambaikan tangan pada sang ketua OSIS Bina Bangsa, yaitu Arzan. Dan menemukan Jessica lengkap dengan seluruh atribut sekolah merupakan hal terjanggal yang pernah ia lihat sebelumnya.
"Lo ... ngapain, Jes?" tanya Arzan kelewat ragu dan betulan aneh.
Gadis berponi tersebut berdeham sejenak sebelum tersenyum penuh arti melirik Dhani yang merinding. Tatapan laki-laki itu seolah berkata, "Nggak usah liat-liat gue, setan!" Tajam sekali, soalnya.
Jessica menyerahkan paper bag sewarna putih pada Arzan. "Burger buat kalian orang-orang berjasa di Bina Bangsa. Gue harap kalian suka, belinya pake hati lo." Kala Arzan menelaah benar makanan bawaannya, si gadis menambahkan. "Yang warna merah muda dihias langsung sama Rosa, lho, Zan. Hope you like it. Gue dapet tugas dari Bu Inda kalau gue ngedampingin kalian nyambut tamu-tamu penting kita."
Dhani mengerutkan keningnya. Total menolak dengan sekuat tenaga, jelas saja. Ia tidak pernah sekalipun akur dengan cucu pemilik sekolah itu. "Dalam rangka apaan? Kita nggak dapet kabar apapun, tuh. Mau bikin ulah 'kan lo? Ketebak banget anㅡ"
"Ssssttt! Babe, jangan marah-marah. Nanti lo suka sama gue lagi, 'kan gue nggak bisa bales perasaan lo. Benci jadi cinta, lho," sela Jessica usai meletakkan jari telunjuknya di bibir Dhani kemudian ia menariknya dan mengendus jarinya sendiri. "Bau juga jigong lo, Dhan," komentarnya.
Dhani gumoh. Ingin sekali melahap Jessica hidup-hidup tetapi mengetahui benar bahwa tenaga si gadis tak bisa dianggap main-main, maka pemuda tersebut mendengus kesal dan memilih menjaga jarak.
"Jadi lo beneran di utus Bu Inda?"
"Telepon sendiri kalau enggak percaya," sahut Jessica, jelas sekali menantang.
Sepersekian detik berikutnya Jessica tersenyum kala melihat beberapa orang yang mengenakan almamater berbedaㅡperwakilan setiap sekolah. Gadis itu lantas mengeluarkan ponselnya saat Arzan menyambut mereka dengan senyum hangat di pagar.
"Selamat datang. Perjalanannya lancar?" tanya Arzan ramah.
Ben mengangguk dan matanya mengedar guna mengagumi pahatan gerbang masuk yang benar-benar menyegarkan mata. Terlebih-lebih lagi yang bisa masuk ke dalam sekolah betulan orang-orang yang memiliki kartu ID Bina Bangsa selainnya harus membawa surat rujukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Princess Troublemaker
Teen FictionBagi Bina Bangsa, Jessica merupakan perwujudan nyata dari sebuah ketidakwarasan abadi sekaligus sinting dengan akal minim. Tidak mengherankan lagi menemukan gadis berponi berbingkai wajah serupa boneka tersebut melakukan hal "lucu" berbalut kengeria...