*・゚゚・*:.。..。.:*゚:*:✼✿
HEMBUSAN angin tertiup cukup lembut dari jendela bersama cahaya yang menembus masuk namun hangatnya mentari enggan untuk menyatu di ruang UKS tersebut. Terlelapnya Jessica pada ranjang tepat di bawah jendela adalah sebuah tanda bahwa keadaan terbilang stabil di luar sana. Manik bulat tersebut terkatup rapat dengan memar di tulang pipi, sepasang telapak tangannya dihias oleh perban, plester berkarakter pun tak mau ikut ketinggalan guna menjadi aksesoris baru di wajah si gadis.
Jessica betulan babak belur dalam pertandingan pagi ini.
Usai Alvin membuat si gadis pingsan sebagai satu-satunya cara agar Jessica berhenti melepas tantrum, pemuda kelinci tersebut langsung membawa Jessica dalam gendongan menuju ruang kesehatan dan ketiga sahabat si empu yang mengejar dari belakang. Alvin masih tetap di sana memperhatikan Chelsie merawat Jessica dengan sangat telaten sementara dia dibantu Jenna membersihkan luka-luka yang datang dari gadis berponi nan barbar tersebut.
“Jen?”
“Apa? Mau nuntut kompensasi setelah dibikin Sica babak belur?” sahutnya usai menekan-nekan lembut sudut bibir Alvin yang robek. “Lagian lo kenapa nawarin dia berantem sih? Udah tau Jessica sumbu emosinya pendek banget, yaa, diterimalah.”
Alvin terkekeh di sela-sela ringisan rasa sakit hadiah perkelahiannya ini. “Alternatif ini lebih baik dibandingkan temen kalian ngamuk lebih parah ke setiap orang yang dia temuin,” balasnya santai. “Gue rasa kalian lebih tau Jessica dibandingkan gue.”
Rosa mengernyit bingung seiring dahinya yang berlipat-lipat usai melepas sepatu Jessica. “Lo … seakan-akan lagi nyindir, Vin. Maksud lo apa?”
“Kemarin malam Jessica balapan ugal-ugalan di arena. Emosinya meledak-ledak pas gue sampe sana. Motornya dibanting gitu aja sampe masuk jurang sementara gue sama dia berantem.” Alvin memiringkan kepalanya, tersenyum penuh arti saat menatap lekat kepada gadis chipmunk tersebut. “Kalian pasti tau dong setiap alasan Jessica lepas kendali begini,” tambahnya.
Chelsie menahan napas, alisnya berdenyut beberapa kali. Ia menghela napas berat, “Jangan bilang … ”
“Iya, dia ngeliat bokapnya sama selingkuhannya kemarin malam di restoran pas gue mau nganterin dia pulang,” papar Alvin melanjutkan kalimat gadis itu yang menggantung. Masih sangat segar dalam ingatan bagaimana Jessica menghancurkan seisi restoran dengan teriakan frustasi nyaris putus asa tersebut. Alih-alih mengerikan Alvin malah menangkap sinyal kelelahan di sana. “Jessica ngamuk-ngamuk di restoran, semuanya dirusak dan bokapnya cuma ngeliat doangㅡmungkin terlalu syok.”
KAMU SEDANG MEMBACA
The Princess Troublemaker
Roman pour AdolescentsBagi Bina Bangsa, Jessica merupakan perwujudan nyata dari sebuah ketidakwarasan abadi sekaligus sinting dengan akal minim. Tidak mengherankan lagi menemukan gadis berponi berbingkai wajah serupa boneka tersebut melakukan hal "lucu" berbalut kengeria...