─── ・ 。゚☆: .☽ . :☆゚. ───
JESSICA serius saat berkata ia akan menolong Alvin mencarikan donor ginjal bagi adiknya. Ketika sudah berjanji, Jessica adalah tipikal gadis yang akan menepati apapun yang dia katakan. Tanggungjawab harga dirinya di nilai dari sana. Namun mengingat betul dia tidak bisa bekerja sendirian dalam mendapatkan organ penting manusia tersebut. Jessica terpaksa mengunjungi Universitas Bina Bangsa dalam memenuhi misi membantu Alvin. Masih berbalut seragam sekolah yang jelas akan mencolok di depan ratusan mahasiswa. Jessica mendongak memandang deretan huruf keterangan tempat di mana ia berada di sana.
Sesungguhnya Jessica tidak mengerti benar mengapa ia ingin membantu Alvin yang notabenenya telah menganggu kedamaian hidupnya selama dua tahun kurang terakhirㅡbahkan mengantarkan laki-laki itu pulang dengan selamat sampai rumah guna mencapai ketenangan setelah keselamatan pemuda itu terjamin. Dan jikalau ditelaah lebih dalam lagi, ia menemukan bahwa Alvin merupakan manifestasi dirinya di masa lalu. Di mana ia tidak dapat menyelamatkan Haical meski telah menggunakan seluruh usahanya. Dan barangkali dengan uluran tangannya yang satu ini dapat menebus rasa bersalahnya pada pemuda sehangat mentari tersebut.
Jessica menghela napas berat dan mencoba tersenyum. “Oke. Haical suka gue berbuat baik jadi mari lakukan iniㅡmeskipun demi apapun gue mau muntah saking muaknya karena ngelewatin satu-satunya jalur untuk mencapai tujuan. Ck! Sialan! Semesta bercandanya nggak lucu, bajing! Nggak pernah lucu! Kalau nggak bisa ngelawak tuh nggak usah ngelawak! Garing, bangsat!”
“FIX! ALVIN HARUS SUNGKEM SAMA GUE TUJUH HARI TUJUH MALAM! HARUS! HORAS!”
Bila si puan mendapatkan tatapan aneh dari orang-orang sekitar, sekiranya justru lebih aneh lagi bagi si pelaku yang cuek meski dikomentari gila sekalipun dan memilih masuk ke dalam. Mencari-cari fakultas ekonomi dan bisnis berbekal secuil ingatan saat berkunjung kemari dalam rangka acara formal kelulusan Angello beberapa tahun lalu.
Oh, ayolah! Alano benar-benar satu-satunya jalan keluar yang Jessica butuhkan di waktu mendesak ini. Kesehatan sang kakek tengah memburuk dan dia tidak ingin membebani Demian dengan permintaannya yang pasti dipenuhi, dengan cara apapun. Angello? Lewat sekretarisnya Jessica tahu bahwa si sulung tengah melakukan rapat divisi yang jumlah totalnya ada 4 rapat. Sesibuk itulah Angello dan Jessica masih tahu diri untuk tidak menganggu meski tahu sang kakak akan meluangkan waktu menyambut kedatangannya secara suka rela.
Dan tinggal Alano. Benar-benar Alano seorang di dunia ini yang bisa ia mintai bantuan. Albert? Cuih! Jangan harap Jessica akan datang pada sang ayah bila tidak ingin menonton berita kebakaran perusahaan utama Atriyadinata.
Jessica mengacak rambutnya, merasa frustasi bahkan sebelum bertemu Alano. Tahu sendiri pertemuan terakhir mereka adalah ketika si nomor dua menamparnya yang mana ia balas dan dimaki-makiㅡintinya tidak berjalan baik. Sang puan menyeret langkah menyusui koridor yang cukup banyak di isi manusia yang kini menjadikan Jessica pusat perhatian.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Princess Troublemaker
Teen FictionBagi Bina Bangsa, Jessica merupakan perwujudan nyata dari sebuah ketidakwarasan abadi sekaligus sinting dengan akal minim. Tidak mengherankan lagi menemukan gadis berponi berbingkai wajah serupa boneka tersebut melakukan hal "lucu" berbalut kengeria...