BAB 25 : Esmeralda

7.5K 635 31
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


*:・゚✧*:・゚

BISAKAH waktu berjalan lebih cepat dari apa yang tengah Jessica rasakan sekarang? Rasanya terlalu malas menghabiskan sisa sore cerah ini melangkah beriringan dengan Angello. Gadis berponi itu berharap yang datang hanyalah Demian akan tetapi malah si sulung yang datang. Walaupun sang kakak tiba bersama seraut wajah khawatir bukan main Jessica takkan luluh semudah itu.

“Sica, kamu nggak papa?” adalah pertanyaan pertama Angello setelah beberapa menit dibungkam hening sepanjang perjalanan menuju kamar inap.

“Aku nggak terlalu butuh Jello sama sekali, kenapa dateng?” tukas Jessica sinis.

Angello menarik napas panjang, gusar sekaligus getir di saat yang bersamaan mendengar sepenggal kalimat penolakan tersebut. “Sica, kamu masih marah?”

Pertanyaan konyol macam apa itu?! Tentu, tentu saja Jessica masih berang dengan keputusan sang kakak yang mendadak meninggalkan rumah setahun lewat tanpa memberikan penjelasan jelas selain, “Ayo pergi bareng Kakak, Sica.” yang mana terdengar lebih menyebalkan lagi di telinganya. Hei! Di sini Jessica yang ditinggalkan jadi wajar baginya untuk marah bukan?

“Pergi! Aku nggak butuh Jello!” usirnya kasar, nyaris menyeru lantang.

Sang kakak jelas saja tidak akan menurut semudah itu dan melangkah lebar guna berhadapan dengan adiknya. “Karena itu Kakak ngajak kamu tinggal bareng Kakak, Sica. Kakak nggak ninggalin kamu tapi kamu yang nggak mau pergi bareng Kakak,” ucapnya, tersirat kerisauan di sananya.

Jessica mendengus tidak percaya, lihatlah siapa yang bicara begitu menyebalkan di depannya sekarang? Si gadis lantas menepis sepasang tangan Angello yang bertengger pada bahu. Tatapan mata bulat itu menajam bukan main seolah ingin menguliti sang kakak saat itu juga. “Lo duluan, bangsat!” makinya frustasi. Lo duluan yang ngelanggar janji! Lupa sama janji kalian sendiri?! Jello dan Ano sendiri yang bilang kalau kita bakal balikin keluarga kita yang dulu. Keluarga utuh yang gue butuhin! Tapi apa?! Kalian pergi dari rumah tanpa penjelasan. Sialan! Malah sekarang protes, sinting! Pergi! Gue nggak butuh kalimat-kalimat semu kayak gitu! PERGI!”

Yang lebih tua tertegun, terdiam sejenak guna mencerna setiap rangkaian kata yang dilontarkan padanya. Kalimat sekasar itu belum sebarapa dengan apa yang dia dan Alano lakukan pada bungsu manis mereka. Angello memang sudah menerka kalau kemarahan Jessica takkan semudah itu dipadamkan. Namun ia tidak punya pilihan lain selain bungkam sampai datang waktu yang tepat. Dijilatnya kilat bibir bawahnya dan mengangguk kaku. “Kakak ngerti kamu marah, Sica. I know it, kamu kecewa tapi … kamu seharusnya sadar kita emang nggak bisa wujudin impian kamu. I can't, Kakak nggak mampu buat itu, Sweetheart. I'm sorry, really sorry.

The Princess TroublemakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang