Senyum Ken tak pernah surut saat Ia tengah bermain dengan adik bungsunya yang berusia dua tahun. Ia sangat gemas melihat bokong berisi Key-adik perempuanya-karna pempers yang dikenakan.
"Come on baby girl." serunya saat Key mulai berjalan perlahan mendekatinya. Tawa Key pecah saat Ia berhasil mencapai pelukan Ken. Kakak lelakinya.
"Ken, ayo makan siang dulu. Mainya nanti lagi sayang." seru Kirana dari arah ruang makan.
"Iya, mom." balasnya. Dia meraih Key kedalam gendongan dan berjalan menyusul Mommy nya yang masih sibuk menyiapkan makan siang Key.
"Key mau perkedel?" tanya Ken saat tangan mungil Key berusaha meraih perkedel daging yang Ia makan.
"Jangan Ken. Belum saatnya Key makan itu." cegah Mommy-nya. "Sini Key sama Mom, biar Kakak makan siang dulu."
Ken mengucap terimakasih saat menerima uluran sepiring nasi yang masih mengepul dari mommy- nya. Mengambil beberapa lauk dan mulai menyuap.
"Bell belum pulang, mom?"
"Bell ada ekstrakurikuler hari ini. Dia ikut klub renang."
Ken ber-Oh pelan dan kembali melanjutkan menyantap masakan mommy-nya. Kunyahanya terhenti saat lidahnya merasakan bumbu rempah dalam perkedel daging yang Ia suap.
Hebat.
Sudah delapan tahun berlalu dan Ia kembali teringat hanya karena sesuap perkedel daging.
©©©
Kedua sudut bibir Ken terangkat membentuk lengkung senyum lebar saat melihat Bella berlari ke arahnya. Gadis remaja itu langsung memeluknya erat. Ada tawa lebar saat Ia berhasil memeluk Ken.
"Abang kapan sampai rumah?" tanya Bella dengan senyum jailnya. Ken hanya mendengus mendengar sebutan Abang yang tak pernah Bella ganti.
"Tadi pagi jam 9." jawabnya sambil merangkul Bella menuju pintu sisi kiri.
"Tumben di panggil Abang pasrah." goda Bella lagi. Ken hanya menatap Bella sebal sebelum memasukan gigi dan melajukan mobilnya yang sudah lama tak Ia kendarai.
"Lama-lama Abang capek ingetin Kamu. So, as long as you like it, i'm fine."
Tawa Bella kembali pecah. Alasan mengapa Bella sangat menyukai Kakak lelakinya ini. Ken sangat perhatian dan akan melakukan apapun untuknya selama Ken mampu.
"Love you, Abang. Dari dulu Bell itu suka panggil Abang. Jadi biar Key aja ya yang panggil Kakak." Ken hanya membalas dengan deheman.
"Duh Kamu ini, sudah gadis kok masih pecicilan aja sih."
Tiga puluh menit berikutnya mereka sampai di ruko tiga tingkat dengan plang Europe Quantum. Tempat Bella akan ikut kursus beberapa bahasa. Ia ingin belajar bahasa prancis untuk bisa sekolah design di sana.
"Kenapa nggak fokus dulu sama ujian kamu? Bukanya tinggal beberapa bulan lagi kenaikan kelas?" tanya Ken saat menemani Bella mengisi formulir.
"Bell sementara ambil kelas setiap jumat dan sabtu Abang, jadi Bell tetep fokus sama sekolah."
"Nggak ikut bimbel aja?" tanya Ken lagi.
"Kan ada Abang. Nanti Bell belajar sama Abang aja. Lebih terjamin dan pinternya sudah terbukti, eh salah. Jeniusnya." Bella tertawa renyah. Ken hanya menggeleng dan ikut tertawa.
Kedua orangtuanya memang tak meminta Bella untuk ikut program akselerasi seperti dirinya meski sebenarnya Bella mampu. Bahkan Ia yang pernah merasakanya tak ingin Bella juga mengalaminya. Karna Ia tidak ingin Bella melewatkan masa tumbuh secara normal. Dan dengan kisah yang normal. Batin Ken masam.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, You! Again? (TAMAT)
Aktuelle Literatur"Yaya." Kepala Gea mendongak, berusaha menghalau air mata yang merebak di sepanjang lengkungan kelopak matanya. "Lo adalah pemicu mimpi buruk gue Ken." Gea mengusap kasar air mata yang mengalir di sebelah pipinya. "Gimana gue bisa hidup dengan tena...