Gea kembali melepas kunci motornya yang siap diputar dan meraih ponselnya saat mendapatkan sebuah panggilan masuk.
"Halo, Bell?"
"Kak Gea, bisa minta tolong?"
"Kenapa?"
"Jemput Bell dong di Europe Quantum. Sore ini nggak ada yang jemput."
"Pak Norman juga nggak bisa jemput?" Gea menyebut nama sopir keluarga McAdams.
"Lagi anter mommy ke rumah Om Han."
Gea menghela nafas pelan. "Kakak masih di Kampus. Mungkin akan lama sampai situ nggak papa?" Gea bukan bermaksud malas menjemput Bella. Hanya saja hari ini adalah hari berat untuknya.
Sedikit berbeda dari biasnya, Gea menaikan kecepatan berkendaranya. Ia hanya ingin segera bertemu dengan kasur dan tidur sampai siang untuk besok. Ia harus menikmati masa tidurnya tanpa bantuan obat atau Ia akan kembali ke tempat yang tak ingin Ia kunjungi lagi untuk selamanya.
Pukul 18.15 Gea menghentikan motornya di depan halte Europe Quantum. Ia meminta Bella menunggunya disana.
"Kak Gea." sapa Bella dengan riang. Anak itu, hidupnya terlalu penuh warna-warni pelangi. Bagaimana Ia tidak seceria itu tiap harinya.
"Maaf ya Kak. Bell ngerepotin Kakak lagi." Bella menerima uluran helm Gea. "Sebenarnya Bell mau naik transjak tapi dompet Bell ketinggalan di loker sekolah. Bell nggak punya uang sepeser pun."
"Iya nggak papa." sahut Gea pelan. Kali ini Ia benar-benar sangat lelah.
"Kak Gea baik-baik aja kan?" tanya Bell memastikan. Ia sadar bahwa Gea terlihat sangat tak bersemangat dan lesu hari ini.
"Ayo pulang. Keburu malam nanti."
©©©
Kedua matanya terasa sangat berat untuk terbuka. Gea merasakan kepalanya seperti dihantam benda keras. Badanya terasa lemas dan Ia merasa tak nyaman dengan keringat yang membanjiri tubuhnya.
Sebuah usapan Gea rasakan di dahi dan lehernya. Sebuah handuk basah yang terasa hangat. Dahi Gea mengernyit. Siapa yang mengusapkan handuk itu? Pikir Gea.
Gea memaksa kedua matanya untuk terbuka. Sebuah langit-langit bergambar awan dan langit biru menyambutnya. Dinding berwarna segelap langit malam dengan wallpaper taburan bintang memenuhi setiap sudut. Kernyitan Gea semakin dalam saat menemukan Kirana-Bosnya sedang tersenyum lega menatapnya.
"Kamu semalam pingsan setelah menjemput Bell."
Gea kembali memejamkan kedua matanya. Ia menggali ingatanya. Menemukan bahwa dirinya merasa pening. Pandanganya sedikit mengabur saat motornya sampai di plang perumahan tempat Bella tinggal. Setelahnya, ingatan Gea sampai pada saat Ia berhasil memarkir motor di depan gerbang tinggi rumah Bella dan setelah itu gelap.
"Kamu makan dulu ya? Semalaman Kamu belum makan." ujar Kirana saat menatap Gea masih memejamkan mata.
"Saya harus pulang, Bu." Gea menyibak selimut pelan. Sebuah ringisan Ia tahan saat kepalanya terasa berputar. Ia juga merasakan punggung tanganya terasa nyeri.
"Pelan-pelan Ge, tangan Kamu di infus." cegah Kirana lembut. "Nanti Saya antar. Kamu makan dulu ya? Habis itu minum obat baru pulang." bujuk Kirana. Kali ini wanita itu langsung mendekatkan mangkuk yang masih mengepulkan asap. "Mau Ibu suapin?" tawar Kirana.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, You! Again? (TAMAT)
General Fiction"Yaya." Kepala Gea mendongak, berusaha menghalau air mata yang merebak di sepanjang lengkungan kelopak matanya. "Lo adalah pemicu mimpi buruk gue Ken." Gea mengusap kasar air mata yang mengalir di sebelah pipinya. "Gimana gue bisa hidup dengan tena...