Gea menyesap teh hijau yang masih mengepulkan asap tipis. Dia membutuhkan ketenangan untuk meredam kegilaan yang telah Ia lakukan dua hari lalu. Kembali kucing-kucingan dengan Ken yang mulai mencarinya di rumah Oji dan merecoki Nana.
Natasha Kamila:
Lo ngumpet dmn, Ge? Bayi lo rewel tuh nyariin.
Isi pesan Nana untuk kesekian kalinya sejak Ia pergi dari rumah Ken. Gea memang tidak pulang ke rumah Oji. Dia membeli beberapa pakaian ganti dan tinggal di rumah milik Mamanya.
Rumah yang sudah bertahun-tahun tidak di tinggali dan memilih kos di berbagai tempat. Untuk kali ini, Gea kembali ke rumah yang penuh kenangan ini.
Tatapanya menyapu seisi rumah yang masih sama persis seperti dulu. Tidak ada perubahan apapun. Gea sengaja meminta seseorang untuk mengurus rumah ini tetap seperti sedi kala. Mempertahankan setiap kenangan yang Ia ukir bersama Mamanya.
"Gea pulang, Ma." bisiknya. "Mama sama Ell dimana? Kok sepi banget di rumah."
Lamunan Gea terusik saat suara deru mobil berhenti di halaman depan rumahnya. Komplek perumahan disini memang tidak berpagar tiap rumahnya. Antara rumah satu dan lainya hanya di batasi tembok setinggi satu meter.
Kernyitan Gea lenyap saat Ia berhasil menggali ingatan dan menemukan siapa pemilik mobil Audi hitam yang terparkir di carport. Meski jarang di pakai, tapi Gea tahu siapa yang mengendarai mobil dengan ciri khas huruf akhir di plat mobilnya. MA.
Tidak ada waktu untuk mematung, Gea menyeret kakinya keluar untuk menemukan wanita paruh baya yang masih tampak cantik.
"Hallo, Geanna." sapanya dengan senyum yang begitu lembut.
©©©
"Maaf, hanya ada teh disini." ucap Gea setelah menyeduh teh hijau untuk Kirana. Wanita yang mengendarai mobil Audi tadi.
"Tidak masalah. Saya suka teh hijau." tanganya meraih cangkir, menghirup aroma wangi teh dan mulai menyesapnya pelan.
Gea masih bertanya-tanya dari mana Kirana mendapatkan alamat rumah ini. Hanya keluarga Nana dan Oji yang mengetahui alamat rumah ini. Gea bahkan tidak pernah memasukan alamat rumah ini di data manapun. Bahkan di alamat KTP-nya adalah alamat rumah Om Januar.
"Saya minta maaf karena meminta bantuan seseorang untuk menemukan alamat rumah ini." mulai Kirana. Dia menjawab pertanyaan yang Gea pikirkan.
"Itu sedikit menakutkan untuk Saya sebenarnya. Apa memang itu gaya orang kaya? Maaf." Gea mengendikan bahu santai.
Kirana tersenyum mendengar pertanyaan Gea. "Apa ini terlalu kelewatan untuk Kamu? Saya sungguh minta maaf."
"Kelewatan atau tidak, ini tetap sudah terjadi. Saya harap ini terakhir kali dan hanya Anda yang tahu dan melakukanya."
Kali ini Kirana tertawa geli. "Bisa kita bicara seperti biasanya, Ge? Saya bukan merasa canggung, bahkan Saya merasa lucu mendengarnya."
Gea membalas senyum Kirana. "Apa kabar bu Kiki? Saya kangen Key."
"Baik, tentu saja Saya sangat baik. Dan Key, Dia pasti juga merindukan Gege kesayanganya." Kirana kembali menyesap tehnya.
"Kenapa berbohong, Gean?" tanya Kirana setelah jeda yang cukup panjang. "Saya tahu Kamu berbohong dua hari lalu."
"Ibu tidak perlu khawatir. Saya tidak akan memperpanjang masalah apapun dengan Kenan."
"Bukan itu yang Saya tanyakan. Dan tolong, Saya tidak sekolot itu Ge. Saya cukup terbuka untuk apa yang dilakukan dan di inginkan anak Saya selama Dia memang mau bertanggung jawab."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, You! Again? (TAMAT)
General Fiction"Yaya." Kepala Gea mendongak, berusaha menghalau air mata yang merebak di sepanjang lengkungan kelopak matanya. "Lo adalah pemicu mimpi buruk gue Ken." Gea mengusap kasar air mata yang mengalir di sebelah pipinya. "Gimana gue bisa hidup dengan tena...