X

1.4K 150 2
                                    

Dahi Gea dipenuhi keringat ditengah ruangan dengan AC yang disetel dengan suhu rendah. Tidurnya mulai bergerak gelisah. Sesekali ringisan akan keluar dari bibirnya.

"Ma.. " bisiknya pilu.

"Mama... " kedua mata coklat madu itu terbuka lebar sebelum kembali menutup karena hantaman sakit kepala menerpanya.

"Aw.."

"Ge? Lo kenapa?" Nana berlari menuju ranjang. Ia baru saja dari kamar mandi.

"Kepala gue sakit banget, Na." Akunya. Meski tak semua Gea akui, terutama mimpi buruknya.

"Minum dulu." Gea segera menandaskan segelas air yanh disodorkan Nana. Ia haus dan lelah. "Mandi gih, gue siapin makan malam buat lo." Gea menggumam ucapan terimakasih tanpa suara.

Kedua kaki Gea terpaku didepan wastafel. Sepasang mata coklat madu miliknya memandang pantulan dirinya yang terlihat mengerikan- rambut berantakan, mata sayu dan berkantung tebal, bibir kering dan wajah yang sangat pucat. Ia tak mengira kali ini akan tinggal di rumah sakit satu minggu penuh!Selama 27 tahun Ia hidup, hanya beberapa kali Ia masuk rumah sakit. Rekor terlamanya hanya 3 hari.

"Gimana? Sudah mendingan?" tanya Oji yang baru pulang. Ia mencuci tangan dan bergabung bersama Nana dan Gea di meja makan.

"Lumayan." sahut Gea, kembali menyuapkan sup ayam yang masih mengepul dengan ogah-ogahan. "Thanks ya bang mau nampung gue disini. Sebenarnya gue bisa kok cari kos lain yang deket studio."

"Kita sudah sepakat tentang ini dan gue nggak suka perubahan, oke?" Oji mengetuk meja dua kali sebelum meninggalkan meja makan dan naik ke lantai dua dimana kamarnya berada.

©©©

Kepala Ken celingukan menyisir halaman Fakultas Seni Rupa. Mencari sosok yang sudah dua minggu tak Ia temui. Ken hanya ingin melihat keadaan Gea, tidak lebih. Ia tak akan memaksakan diri untuk datang dan meminta waktu Gea untuk berbicara. Nanti, bukan sekarang.

Perlahan, setelah meyakinkan diri Ken mengayunkan langkah menuju koridor yang mulai sepi saat sebuah kelas dimulai. Kakinya perlahan menyusuri lantai koridor. Langkah ini seperti berjudi, Ia berjudi pada takdir akankah menang dengan nilai kemenangan melihat sosok Gea atau kalah karena tidak mendapatkan hasil apapun.

Sayangnya, Ken memang tidak seberuntung itu untuk menang dengan melihat sosok yanhg dua minggu ini kembali menghilang dari jangkauanya- lagi. Tapi, takdir tidak sekejam itu. Ken menemukan ruang tata usaha.

"Permisi, Saya mau tanya ada mahasiswi bernama Geanna Maheswari jurusan DKV?" Ken sedikit mengutuk otaknya. Man, pertanyaan macem apa itu?

"Kalau boleh tahu Anda siapa ya?" tanya penjanga ruang tata usaha.

"Saya teman Gea semasa sekolah. Maaf Saya kehilangan kontak dan ada keperluan dengan Gea."

Si penjaga ruang tata usaha menggumamkan kata O dan membuka komputernya. Ken menghela nafas lega. "Maaf Kami tidak bisa memberikan kontak dan informasi pribadi mahasiswa Kami kepada sembarang orang. Geanna Maheswari baru saja mendaftarkan diri untuk sidang dua minggu kemudian. Kalau Anda beruntung, Dia masih ada diparkiran sekarang."

Kedua mata Ken terbuka lebar. Lonjakan di dadanya sedikit menyentak nafasnya. Mengucap terimakasih dengan terburu-buru, Ken juga memburu langkahnya. Kembali berayun pada halaman parkir dekat gedung ini.

Ia kembali mengedarkan pandangan untuk memindai lahan parkir penuh kendaraan beroda dua. Mencari sosok berambut coklat yang kemungkinan- Ken harap- masih berusaha mengeluarkan skuter matic-nya dari deretan motor lain.

Hi, You! Again? (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang