"Janji nanti siang makan bareng?" Ken masih menyender di jendela mobil miliknya yang akan dibawa Gea pergi ke butik Mommy.
"Ya ampun Ken! Aku berasa antar anak sekolah di hari pertamanya." Gea memutar mata sebal. Ini sudah menit ke sepuluh dan Ken dengan sifat kekanakanya masih rewel tidak mau ditinggal. "Sana kerja, Kamu udah izin hampir sebulan." sembur Gea mendorong dahi Ken dengan telunjuknya. Sebal bukan main.
Ken tertawa. "Aku jadi males kerja deh kelamaan nganggur. Aku ikut Kamu aja ya? Lagian Daddy juga aneh, Aku seharusnya masuk hari senin. Ini kan masih jumat." gerutu Ken. Meski sering bertingkah seperti pria dewasa, Ken juga sering bermanja-manja kepada Gea dengan kalimat konyol yang menggemaskan juga menyebalkan disaat yang bersamaan.
Ken memutuskan untuk kembali bekerja di Adams Corp meski Ia terkesan tidak profesional karena datang dan pergi seenaknya. Beruntung, Daddy sudah meminta tolong pada asistenya untuk menghandle pekerjaan Ken selama Dia ngambek. Setidaknya, Dia masih di anggap kompeten karena tetap menyelesaikan pekerjaanya meski tidak masuk kantor.
"Ogah Aku nikah sama pemalas. Sana ah, Om Ben pasti mau bicara penting makanya nyuruh Kamu berangkat sekarang. Inget, kredibilitas Kamu harus dipertahankan." Gea memoyor kepala Ken lagi, kali ini lebih keras karena tingkat sebalnya hampir jebol, kemudian menginjak gas agar terbebas dari Ken. Ia malu menjadi tontonan karyawan Adams Corp yang tengah masuk ke gedung. Nana pasti akan segera tahu hal ini mengingat sepupunya itu juga bekerja di gedung ini.
©©©
Kernyitan membentang didahi Nela saat mendengar suara benda jatuh dari tas tanganya. Dia melepas sepatu dan mendekati sebuah amplop coklat yang ada di lantai. Amplop titipan Jeno. Dia belum sempat memberikan kepada Papanya karena terlalu sibuk di kantor. Nela juga tidak berani memberikan alamat baru Hadi Armani karena satu bulan lalu, Om Hadi mengalami teror. Sebab itulah Dia memilih pindah rumah.
"Apa gue buka dulu ya?" bisik Nela penuh keraguan. Satu sisi Dia ingin bersikap amanah karena Jeno memperingatkan Dia untuk tidak membukanya dan langsung memberikan amplop ini kepada Papanya. Sisi lain, Dia penasaran. Ada hubungan apa Oji Purba Diantoro mengirimi amplop untuk Om Hadi.
"Bodo amat. Jeno nggak tahu juga." putusnya. "Tuhan, jangan kasih tahu Jeno Aku buka amplop ini dulu."
Ada amplop lain didalamnya. Nela membuka amplop yang cukup tebal. Berisi beberapa lembar foto yang ditangkap secara diam-diam. Bahkan ada yang berasal dari tangkapan layar CCTV.
"Emh, Om Hadi?" seru Nela keheranan. Disana, Ada beberapa foto yang menampilkan Om Hadi dan perempuan yang bukan tante Tasya- istrinya.
Perasaanya mulai memburuk saat selesai memindai semua foto. Nela menatap amplop satunya, yang Ia yakin ditujukan untuk Papanya. Amplop itu berisi sebuah surat.
Tangan Nela semakin gemetar saat membaca isi surat tersebut. Wajahnya tampak pias. Nafasnya mulai terasa berat saat Ia selesai membaca tiga lembar kertas yang berisi tulisan tentang seseorang yang dikenalnya.
"Siapa Sarah?"
©©©
Setelah dipersilakan masuk oleh asisten Daddy, Ken melangkah masuk tanpa kembali mengetuk pintu. Pintu terbuka, menampakan dua laki-laki paruh baya yang tengah menghentikan percakapan yang terlihat serius. Ken membuang nafas malas. Ia tidak ingin membahas tentang kelanjutan hubungan Dia dengan Nela. Bahkan mereka tidak pernah ada hubungan selain teman sekelas.
"Daddy tahu, ini masih jumat. Aku sudah janji mau temani Gea ke butik mommy." sapa Ken setelah duduk di sofa dekat Ben.
"Ini nggak akan lama." Ben menepuk bahu Ken pelan. "Om Dana yang ingin bertemu Kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, You! Again? (TAMAT)
General Fiction"Yaya." Kepala Gea mendongak, berusaha menghalau air mata yang merebak di sepanjang lengkungan kelopak matanya. "Lo adalah pemicu mimpi buruk gue Ken." Gea mengusap kasar air mata yang mengalir di sebelah pipinya. "Gimana gue bisa hidup dengan tena...