XXXIII

1K 128 0
                                        

Suara deru mobil berhenti tepat di samping mobil Nana yang di kendarai Gea. Sendirian. Ia tidak ingin melibatkan siapa pun malam ini.

Pintu mobil terbuka, menampakan sosok pria yang tak lagi muda tapi masih terlihat tampan dan gagah. Pria itu tersenyum hangat berjalan mendekati Gea yang duduk di atas kap mobil Nana yang masih hangat.

"Saya terkejut mendapatkan kabar secepat ini."

Gea mengendik. "Hanya ingin menyelesaikan ini secepatnya. Saya benar-benar ingin berdamai dengan masa lalu."

Ganesha menatap sendu pada Gea. Kilat kesakitan berkilat di sepasang mata coklat madu yang sama persis dengan Gea. "Ayo masuk. Pakai access card Kamu atau punya Om?"

Ya, setidak konsisten itu mereka menyebutkan diri masing-masing.

"Aku nggak bawa."

Ganesha terkekeh melihat sikap santai Gea yang begitu persis dengan gestur Mamanya. Dara.

"Om sedikit terkejut melihat perubahan travel ini saat terakhir berkenjung tiga hari lalu." Ganesha mengedarkan pandangan. "Sudah makin besar ya."

"Om tidak dapat laporan tentang kemajuan travel ini?"

"Dapat. Tapi tidak pernah membaca sedetail apa. Om sudah cukup saat tahu travel ini baik-baik saja. Ayo."

Mereka sampai di ruangan Mama Gea yang juga beberapa kali Gea kunjungi. Gea heran saat tahu tujuan mereka ke ruangan ini. Ia beberapa kali membuka berkas yang ada di lemari dan sebuah brankas di pintu lemari paling bawah. Hanya berisi surat kepemilikan travel ini.

"Sepertinya Kamu sering kemari." tanya Ganesha yang bersandar di sisi lemari yang berdekatan dengan lukisan. Ada sebuah guci di sudut ruangan. Gea tampak aneh melihat penataan guci dan lukisan yang terlalu rapat di sudut sana.

"3407, Kamu ingat angka itu kan? Itu passwordnya."

Gea mengernyit heran saat angka 'bersejarah' lain disebut. 3407 menjadi kata Love saat dibalik. Tubuhnya menegak saat ada suara bip setelah Ganesha menempelkan jempolnya di sisi kiri paling ujung pada lukisan. Dinding itu bergeser dan memperlihatkan sebuah ruangan berukuran 2x2. Berisi dua buah bean bag dan sebuah meja kaca kotak, persis menghadap kebelakang gedung.

"Ini tempat rahasia Dara dan Om." Ganesha menyentuh kedua sisi meja sebelum mengangkatnya. Ada sebuah brangkas yang lebih kecil disana.

"Are you ready for the truth."

©©©

"Saat itu kami kembali bertemu setelah sekian lama. Terakhir Saya tahu kabarnya adalah saat Kami menyelesaikan pendidikan. Saya kembali jatuh cinta pada Dara dalam versi dewasa." Ganesha tersenyum lembut mengenangnya.

"Saya bercerita bahwa Saya pernah menikah dan bercerai belum lama dan memiliki seorang putra berusia sepuluh tahun." Ganesha menoleh pada Gea yang diam mematung menatap lembaran-lembaran di genggamanya. "Kamu tahu, Mamamu benar-benar malaikat. Dia tidak keberatan menjalin hubungan dengan Saya yang berstatus duda anak satu."

"Saya mengenalkanya pada orang tua Saya. Dan mereka memberikan restu dengan mudah saat tahu Dia Dara yang pernah Saya ceritakan." jari telunjuk Ganesha mengusap foto Dara bersama denganya saat muda. "Makanya Kami menikah di gereja lebih dahulu. Kami belum sempat mengurus administrasi pernikahan Kami karena kesibukan masing-masing." Ada senyum penuh kerinduan pada wajah Ganesha.

Dia menoleh menatap Gea yang masih bungkam. "Dibulan kedua saat Saya kembali dari Papua, Dara mengandung Kamu. Saat itu Kami sudah sah menikah di mata agama dan negara."

Hi, You! Again? (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang