"Aku mengenalnya sebagai teman baik Mama. Om Ganesha Adiaksa." Mulai Gea. Ken memutuskan untuk mengajak Gea pergi ke salah satu hotel Adams yang tertinggi. Menikmati taburan bintang dilangit yang begitu indah. "Dia.. sangat baik." suara Gea sepelan hembusan angin malam.
Tangan Ken bergerak untuk mengangkat kepala Gea. Menjadikan sebelah lenganya sebagai bantal untuk Gea. Ken tersenyum saat Gea menggeser tubuhnya agar lebih merapat pada tubuh Ken.
"Meski tidak pernah mengetahui sosok Ayah, setidaknya Om Ganesha selalu memenuhi posisi itu." lanjut Gea.
"Di umur ke tujuh. Aku pikir Mama akan menikah dengan Om Ganesha karena kedekatan mereka seperti bayanganku tentang keluarga. Ada Ayah yang selalu melindungi, dan ada Ibu yang selalu memberi kasih sayang untuk Kami. Dan... ada Aku... Putri kecil yang begitu di cintai." Gea menarik kedua sudut bibirnya.
Sebelah tangan Gea menarik bandul kalung yang menjuntai kedalam bajunya karena rantainya yang panjang dan tipis. Berwarna silver yang semakin menyamarkan keberadaanya.
Sebuah bandul pipih persegi panjang menggantung di ujung rantai. Tidak ada yang special saat melihat sekilas. Hanya lempengan perak dengan ukiran rumit yang tidak Kenan pahami. Gea membaliknya dan ada sebuah ukiran yang mulai Kenan ketahui tapi belum Ia pahami.
434x224
Hanya rangkaian angka yang terukir dibaliknya. Kenan pikir akan ada ukiran nama atau inisial dari sebuah nama dibaliknya.
Gea melepas kalungnya. Menunjukan lebih jelas ukiran rumit itu adalah sebuah bunga- tumpukan bunga- mawar. "Angka ini adalah rangkaian inisial Kami. Ganesha Dara Geanna, 434." Gea menoleh pada ekspresi serius Ken. "Di keyborad ponsel jadul huruf-huruf itu ada di angka itu." jelas Gea saat Ken belum juga memahaminya. Ia terkekeh saat wajah Ken menunjukan pemahamanya.
"224, Kamu pasti tau kan?" Gea masih menatap wajah Ken dengan senyuman.
Alih-alih menjawab, Ken mengubah posisi berbaringnya menjadi setengah tengkurap dia samping Gea. "Tomorrow, together, forever." Ken meninggalkan kecupan di bibir Gea yang tersenyum lebar.
"Kalung ini pemberian Om Ganesha saat Aku menjadi peringkat satu di kenaikan kelas dua SD." Gea mengalungkan lenganya pada leher Kenan lembut. "Sama seperti Kamu, Aku juga tidak paham arti dari angka-angka ini saat itu, bahkan sampai Om Ganesha menghilang dari kehidupan Kami." suara Gea memelan.
"Aku kehilangan Dia saat itu, tapi memilih diam dan tidak bertanya apapun pada Mama yang jadi sering melamun. Sama seperti saat untuk pertama dan terakhir kali Aku bertanya keberaan Ayahku."
Ken kembali berbaring dan memeluk Gea erat. "You are a strong woman, really you."
Gea terkekeh dalam pelukanya. "Sampai di tahun keberangkatanku ke Boston, Aku baru mengetahui arti deretan angka ini ada disebuah kotak perhiasan Mama. Persis seperti ini." Gea menggenggam liontinya erat. "Dengan sebuah kertas yang berisi penjelasan deretan angka ini dan ungkapan cinta Om Ganesha."
Ken mengecup puncak kepala Gea. Menghirup aroma shampo Gea yang begitu menyegarkan. "You love Om Ganesha, right?"
Kekehan lembut keluar dari bibir Gea. "I love him so much. Here the reason why I so mad with him."
"Why?"
Gea memejamkan kedua mata, berusaha menghalau desakan air mata yang bersiap meluruh di kedua pipinya. "Karena Aku mengetahui sebuah kenyatan bahwa Aku anak kandung Om Ganesha dari sebuah perselingkuhan dengan Mama."
"Do you hate them?"
"Of course no! Aku hanya... kecewa."
Gea menelan isakanya sekuat tenaga. "Aku hanya merasa... kenapa harus dari perselingkuhan kalau mereka nyatanya saling mencintai dari awal? Aku yakin Mama adalah orang yang baik. Dia wanita baik-baik, tapi saat Mama di caci maki sebagai wanita murahan jelas membuatku marah Ken. Karna Mama tidak mungkin seperti itu." Gea kalah. Isakanya semakin keras. Melebur bersama desakan yang bergumul di dadanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, You! Again? (TAMAT)
Fiksi Umum"Yaya." Kepala Gea mendongak, berusaha menghalau air mata yang merebak di sepanjang lengkungan kelopak matanya. "Lo adalah pemicu mimpi buruk gue Ken." Gea mengusap kasar air mata yang mengalir di sebelah pipinya. "Gimana gue bisa hidup dengan tena...