Suara ketukan sepatu Kenan menambah ketegangan diruang kerja Ben. Menarik fokus Kirana dan Ben yang sejak tadi sibuk berdebat.
"Dad, is that you? Really you?" Tanya Ken setelah berhenti di tengah ruangan dengan menyembunyikan kepalan tanganya di saku celana.
"Apa ada sesuatu yang Daddy sembunyikan dari Aku? Sampai Daddy benar-benar ngotot ingin Aku menikah dengan Nela." rahang Ken mengetat.
Ben memijat pelipisnya pelan. Pandanganya naik, menatap Ken tepat di manik matanya yang mulai memerah karena di kuasai emosi. "Karena Nela adalah yang terbaik Ken. Dia sempurna dan Akan banyak memberimu sorotan baik saat Kamu berhasil memimpin Adams Corp."
"Daddy, are you insane?"
"Kenan, jaga ucapanmu." tegur Ben.
Ken tersenyum pedih menatap Ayahnya. "Dad, What's wrong?" Ken menelan ludah pelan. "Aku bahkan kesulitan mengenali Daddy... Seseorang yang Aku temui bertahun-tahun lalu."
Ben memijat pelipisnya. "Kamu anak Daddy, sudah seharusnya Kamu memegang tanggung jawab memimpin Adams Corp. Menikah dengan Nela akan-"
"Kalau begitu, bisakah Aku memilih untuk menjadi Kenan Laza saja? Agar Aku bisa memilih dan mempertahankan kebahagiaanku dengan seseorang yang Aku cintai?"
"Cinta itu akan datang saat Kamu hidup bersama Nela. Perkara hati tidak perlu Kamu besar-besarkan." Ben menghempaskan tubuh di sandaran kursi. "Hati itu mudah goyah. Kamu akan jatuh cinta dengan Nela saat hidup bersamanya. Perasaanmu dengan perempuan itu tidak seberarti itu untuk Kamu perjuangkan sampai melawan Daddy.. Orang yang membawamu berada di titik ini."
Bukan hanya Kenan, Kirana juga merasakan hantaman keras mendengar kalimat Ben yang begitu menyakitkan.
Suara tawa sinis mencuat dari bibir Kenan. Kedua matanya semakin memerah. "That's poin. Hati ini bukan perkara semudah Daddy ucapkan. Tidak ada pertimbangan yang melibatkan pangkat didalamnya." Ken memejamkan mata erat. Menekan emosinya yang begitu berdesakan ingin meluapkan lahar panas. "Namanya Geanna, dan maaf Dad.. Gea sangat berarti-sangat berarti untukku."
"Kenan! I warn you!" suara Ben naik satu oktaf.
"Apa Aku harus meninggalkan nama McAdams yang terhormat? Ah atau sudah sepantasnya Aku harus sadar diri bahwa Aku memang bukan bagian McAdams dari awal."
Tangisan Kirana meluruh mendengar kalimat dari anak sulungnya. "Ken, stop it." bisiknya di sela isak tangisnya.
"Jaga ucapanmu Ken. Seakan nama McAdams sangat mengerikan sampai Kamu begitu melecehkan saat menyebut namanya. Ingat, dari nama itu Kamu hidup dengan nyaman selama ini." peringat Ben yang sukses menusuk hati Ken yang paling dalam.
Satu tetes air mata meluruh dari matanya. Dia menghapusnya kasar sebelum menyemburkan tawa yang penuh kesakitan. "So, let me go." Ken mengeluarkan kedua kepalan tanganya. "Biarkan Aku pergi dari bagian McAdams. Terimakasih atas kehidupan yang Anda berikan."
Kirana berdiri dan mengejar Kenan yang sudah mencapai pintu. Memohon untuk tetap disini. Ken memang berhenti dan meraih tangan Kirana. Dia menatap kedua mata yang tak hentinya mengeluarkan air mata.
"Ah salah, dari awal Saya memang bukan McAdams. Sudah seharusnya tempat Saya bukan disini." Ken mengusap air mata Kirana yang semakin meluruh.
"Karna Saya memang seorang Regrant. Ada yang ingin Mom sampaikan dengan Daddyku? Dia berjanji akan datang saat Aku menikahi wanita yang Aku cintai."
©©©
Deru mobil berhenti tepat di jalanan depan rumah. Gea menaikan sebelah alis karena heran. Pasalnya dua mobil milik Oji dan Nana sudah terparkir rapi di carport dan garasi sejak pukul 9 setelah si pemilik mobil selesai berkencan dengan pasangan masing-masing.
![](https://img.wattpad.com/cover/194249893-288-k180555.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, You! Again? (TAMAT)
General Fiction"Yaya." Kepala Gea mendongak, berusaha menghalau air mata yang merebak di sepanjang lengkungan kelopak matanya. "Lo adalah pemicu mimpi buruk gue Ken." Gea mengusap kasar air mata yang mengalir di sebelah pipinya. "Gimana gue bisa hidup dengan tena...