XXVI

1.1K 129 5
                                        

Gea mengerjap saat merasakan sengatan cahaya yang menyilaukan kedua matanya. Tubuhnya terasa panas dan sesak. Dia melengguh saat sengatan cahaya matahari menerjang kedua iris matanya.

Dia memiringkan tubuhnya, membelakangi cahaya matahari yang menelusup ke dalam ruangan. Tapi sepasang mata Gea mendapat kejutan saat menemukan tubuh Ken yang memeluknya dengan erat-sumber rasa sesak yang Ia rasakan- tengah memejamkan mata dengan erat di sampingnya.

Mata Gea terbuka lebar saat melihat bahu telanjang Ken. Buru-buru Ia membuka selimut yang membelit tubuhnya. "KENAN!!!"

"Kenapa.. Kenapa kenapa?" tanya Ken kelabakan. Dia memegang belakang kepalanya karena terasa sakit. "Ada apa, Ya? Kenapa teriak-teriak gitu?" tanya Ken setelah rasa sakitnya reda.

"Gue yang seharusnya tanya, kenapa elo disini dan telanjang kaya gini?" geram Gea. Dia memukul Ken dengan sebuah guling.

Ken memegang guling erat. "Aku masih pake celana, Ya. Kamu tadi malam demam, tubuh Kamu menggigil." jelas Ken lembut. "Kamu juga masih pake hot pans, Aku berani sumpah nggak apa-apain Kamu meski pengen- aww..." erang Ken saat Gea memukul bibirnya sebal. "Sakit, Ya. Coba pake bibir aja pukulnya biar sama-sama enak."

"Gimana gue bisa percaya coba kalo otak lo aja mesum gitu." geram Gea.

Ken tersenyum melihat wajah Gea yang memerah. Tanganya terulur dan menyentuh dahi Gea lembut. "Sepertinya demam Kamu sudah turun." Gea menepis tangan Ken keras.

"Jangan cari-cari kesempatan Ken. I warn you!"

Ken memajukan tubuhnya. Memenjarakan Gea diantara kepala ranjang dan kedua lenganya. "Kenapa Aku yang jadi pihak yang cari kesempatan Ya?"

"Karena lo peluk-peluk gue saat gue sakit. Cari kesempatan banget." Gea meletakan tanganya di dada Ken.

Sial, maki Gea.

Jelas itu kesalahan besar. Gea tidak ingin memancing Ken dengan keadaan tanpa baju seperti ini. Bahkan tangan Gea mulai gemetar saat merasakan hangat tubuh Ken.

"Atau Kamu sengaja minta dibawa ke rumahku biar Kita bisa seperti ini?" balik Ken. Wajahnya hanya berjarak beberapa senti dari wajahnya. Gea menelan ludah. Mengutuk kebodohanya semalam.

Kedua mata Gea melebar saat Ken menempelkan bibirnya pada bibir Gea yang masih tertutup rapat. Dengan perlahan Ken melumat bibir Gea lembut. Ciuman Ken seakan bercerita. Gea bisa merasakan desakan rasa rindu yang Ken coba salurkan. Perasaan bersalah dan putus asa sampai rasa cinta yang menggebu-gebu.

Perlahan Gea memejamkan mata. Terlena oleh rasa yang Ken hadirkan di setiap lumatanya. Tanpa Gea sadari Dia mulai membuka mulutnya dan membalas pagutan Ken. Seakan tahu apa yang harus dilakukan, kedua lengan Gea terulur mengalung pada leher Ken. Merasakan respon tak terduga dari Gea, Ken mulai memagut lebih dalam. Tanganya menekan tengguk Gea dan menekanya lembut.

Tubuh Ken perlahan meluruh, menenakan tubuh Gea sampai gadis itu berbaring sepenuhnya di atas bantal yang semalam Ia gunakan.

Ken menarik ciumanya. Memberikan Gea kesempatan menarik nafas. "May I?" pinta Ken dengan tangan yang ada di bawah tubuhnya. Menyentuh satu-satunya kain yang membungkus tubuh bagian atasnya.

"Ken." panggil Gea. "I hate you." sebelum kedua lenganya menarik Ken mendekat dan melanjutkan kegiatan mereka yang tertunda dan kembali berbagi kehangatan.

©©©

Suara langkah Ken memecah keheningan rumahnya yang diselimuti kegelapan. Dia mengabaikanya dan memilih membawa Gea memasuki kamarnya. "Tahan, Ya. Aku ambil kompres sebentar."

Hi, You! Again? (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang