Suara pintu yang dibuka terlalu keras menarik perhatian Jeno yang sedang mempelajari kasus. Dia meletakan laptop dan sebuah bendel kertas diatas meja saat melihat siapa pelaku yang memaksa pintu apartemennya terbuka, dan membiarkan kacamata baca masih bertenger di hidung mancungnya. Alis Jeno menyatu, menemukan Nela yang tergesa membuka kaitan heels yang terlihat rumit- karena Nela seperti kesulitan membukanya- berwarna nude.
"Ada apa? Kok buru-buru gi-" ucapan Jeno tidak selesai saat bibir Nela mendarat di bibirnya. Mencium dengan lumatan putus asa.
Kedua mata Jeno mengerjap, menarik kewarasanya. Dia berusaha untuk mendorong bahu Nela selembut mungkin, agar menghentikan ciuman yang tidak diwaktu yang tepat karena-
"Sorry nih. Kita bisa keluar dulu nggak dari sini?" pundak Jeno meluruh mendengar kalimat sok sopan berbalut nada pamitan yang sangat menjengkelkan keluar dari si tengil Kenan McAdams.
Jeno merasakan tubuh Nela mematung dan bergegas mendorong tubuh jangkung Jeno. Wajahnya pias dan kaku. Kerjapan matanya semakin cepat, saat sosok Ken dan Gea yang berdiri kikuk di perbatasan ruang tamu dan dapur. Ekspresi mereka sama- sebuah senyuman penuh arti berbalut rasa kikuk tingkat dewa.
"Sepertinya Lo udah siap menyusul gue, bro. Mau di bantu bilang ke Om Han nggak?" ledek Ken sok perhatian. Gea menyenggol tubuh Ken, merasa sikap Ken terlalu ngawur.
"Ha-hai.. Kita pamit dulu ya? Kapan-kapan Kita bisa janjian lagi Jeno. Mari Nela, Kita duluan." Gea buru-buru menarik tangan Ken yang tenggelam di saku hoodie untuk keluar dari apartemen Jeno.
Tawa Ken meledak saat mereka sudah masuk ke dalam lift. Lenganya memegangi perutnya yang terasa mengencang karena tertawa. "Lihat muka Jeno nggak? Baru kali ini Aku lihat Dia kaya gitu."
Gea bersandar di dinding lift. Menatap Ken yang masih tertawa, Ken bahkan sampai berjongkok. "Kamu nggak cemburu atau gimana gitu? Lihat Nela nyium Jeno."
"Ini pertanyaan batman bukan?" Ken berdiri. Menyandarkan tubuh sisi kiri untuk mengurung Gea yang bersandar di sudut.
"Apa tuh pertanyaan Batman?"
"Like jebakan batman. Aku plesetin aja itu."
Gea terkekeh. "Nggak, kali ini pertanyaan asli pengen tahu. Kepo Aku itu."
Bahu Ken mengendik pelan. "Dari awal Aku nggak pernah tertarik dengan Nela untuk sebuah hubungan romantisme like you and me. So, Aku biasa aja sampai sekarang." Ken mengubah posisi bersandar. Menyandarkan punggungnya, merasakan dingin tembok besi lift. "Aku udah tahu lama Jeno suka sama Nela, dan bagaimana mereka dekat selama di Aussie."
"Really?"
"Yes, mam." Ken menoleh pada Gea. "Maka dari itu Aku sangat kesal saat Nela balik-balik ke Indo malah ngejar Aku. Yang pertama karena Aku takut kehilangan Kamu, dan yang kedua I don't loving her and Jeno loves her so much."
Nafas Gea terhenti saat mendengar Ken mengatakan takut kehilangan Dia. Bukan kali pertama, tapi melihat gestur santai Ken mengatakanya membuat Gea sadar bahwa Dia mendapatkan seseorang yang mencintainya bukan karena kebutuhan, tapi karena Dia sudah menjadi bagian dari hidup Ken.
"And I love you so much." bisik Gea.
©©©
Tangan Oji meremas rambutnya dengan frustasi. Kedua matanya memejam erat, berusaha mengurangi denyutan yang merajai kepalanya. Dua hari setelah kedatangan perempuan bernama Tasya, Ia kesulitan memejamkan mata saat malam dan kehilangan nafsu makan. Bad habbit yang sangat Oji benci.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, You! Again? (TAMAT)
Ficção Geral"Yaya." Kepala Gea mendongak, berusaha menghalau air mata yang merebak di sepanjang lengkungan kelopak matanya. "Lo adalah pemicu mimpi buruk gue Ken." Gea mengusap kasar air mata yang mengalir di sebelah pipinya. "Gimana gue bisa hidup dengan tena...