XXIV

1.1K 136 1
                                        

Suasana Rumah sakit siang ini tampak sepi. Memang selalu seperti ini. Dirumah sakit ini memang sangat ketat untuk selalu menjaga suasana ketenangan yang kental. Tidak ada keributan atau suasana ramai karena pasien gawat darurat yang datang ke unit gawat darurat.

Gedung ini terbagi menjadi tiga bagian. Gedung utama adalah tempat dimana para medis bekerja. Berjarak sepuluh meter dengan sekat sebuah halaman luas dengan aneka tanaman di kanan kirinya. Gedung kedua adalah ruang umum. Biasnya pasien akan di beri waktu untuk menikmati suasana di luar kamarnya ketika keadaanya sedang tenang. Dan gedung ketiga ada di antara dua gedung dengan posisi sedikit ke belakang. Disana berisi deretan kamar untuk pasien.

Gea dan Nana saat ini sedang menunggu dokter Rico yang sedang visit. Mereka duduk di ruangan yang mulai asing untuk Gea karena sudah dua tahun Ia tak pernah mengunjungi tempat ini.

Derit pintu berbunyi, menampakan sosok dokter pertengahan tiga puluhan yang tampan. Senyumnya yang tenang dengan kerutan di sebelah matanya menambah poin yanh menunjang karismanya.

"Halo adek-adek cantik. Tumben mau mampir ke sini." sapa dokter Rico setelah melepas snelli yang membungkus tubuh atletisnya.

"Dua hari yang lalu kita ketemu loh, hon." sindir Nana. FYI, dokter Rico adalah pacar Nana. Umur mereka terpaut enam tahun.

Tawa renyah Rico memenuhi ruangan serba putih itu. Laki-laki ini memang memiliki tawa yang unik. "Ngambek." Rico mencolek hidung Nana gemas. "You know what, Ge. Nana itu ngambek dari dua hari lalu karena kita ke gap Mama ciuman."

Gea seketika tertawa melihat muka masam Nana. Rico adalah pria dengan selera humor aneh. Tapi Gea bahagia melihat hubungan Nana dan Rico yang adem ayem selama berpacaran 4 tahun ini. "Aaa.. jadi si mbak Nana dua hari lalu ngomel-ngomel sendiri karena ke gap tante Dania." Gea mulai meledek.

"Ini pembahasaan orang dewasa. Bayi harap diam."

Gea tersenyum miring. "Kalo lo lupa, gue ini seorang Ibu loh Na."

©©©

"Aku masih marah karena Ken tidak membiarkan Aku menjelaskan terlebih dahulu. Aku kecewa karena Dia tidak menganggapku lebih penting dari urusan pekerjaanya." cerita Gea dengan mata terpejam. Kalimatnya di ucapkan lambat-lambat, menyiratkan rasa sakit saat kejadian itu terjadi.

"I know, ini berlebihan. Tidak sepantasnya Aku menuntut Ken untuk kesialan yang Aku alami, tapi..." Gea menelan tangisnya bulat-bulat. Ia tidak bisa melanjutkan kalimatnya. "..Aku tetaplah wanita biasa yang mengharapkan perhatianya terutama saat Aku di posisi paling rendah dalam hidupku. Aku kecewa karena di titik terendah dan tersakit dalam hidupku... Ken tidak pernah ada."

"Apa Aku terlalu berlebihan membenci dan juga kecewa dengan Ken terlalu dalam? Ken bahkan tidak seharusnya menerima kebencian dan kecewaku bukan? Bukan salahnya kalau Aku harus di gilir dua laki-laki dan Dia tidak bisa menolongku saat itu."

Gea diam karena Rico tidak memberikan jawaban. "Setelah itu Aku selalu bertanya-tanya apakah Ken hanya memanfaatkan tubuhku untuk memenuhi kebutuhan biologisnya?" Gea tersenyum pahit. "Bahkan Orang-orang itu menyebutku Perek si Kenan. Wow." suara Gea mulai tercekat.

"Lalu bagaimana jika Kenan serius ingin Kamu kembali? Ingin kalian kembali bersama." tanya Rico.

"Aku akan menolaknya. Secinta apapun Aku pada Ken, Aku tetap kecewa padanya." Gea berucap mantap. "Lagi pula itu masa lalu. Terlalu menyakitkan untuk Aku kenang. Tidak adil rasanya Aku membiarkan bagian menyakitkan itu akan mengisi masa depanku. Aku yakin saat itu terjadi Aku akan kembali menghuni bangsal 305." Gea terseyum kecut saat menyebut bangsal yang sudah di huninya selama satu tahun tiga bulan.

Hi, You! Again? (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang