XLVIII

965 141 12
                                    

Kedua lengan Gea mengalung di leher Ken. Menahan setiap gerakan Ken yang berusaha menghindari tatapan matanya. Usai makan malam, Ken pamit untuk mengantarkan Gea pulang. Alih-alih pulang ke rumah Oji, Gea minta di antar ke D&G Travel. Mengajak Ken masuk ke ruang rahasia yang beberapa kali menjadi markas baru Gea.

"Kamu ada apa sebenarnya?" tanya Gea serius, menatap tepat di kedua matanya. Kali ini Dia tidak membiarkan Ken mengalihkan tatapan lagi seperti beberapa menit yang lalu saat Dia meminta kejelasan mengapa Ken melamarnya, meminta mereka memajukan pernikahan dari waktu yang sudah disepakati. Meski belum jelas kapan waktunya, tapi Ken berjanji akan memberikan waktu untuk Gea.

Kedua mata Ken terpejam karena tidak bisa mengalihkan tatapan saat Gea menahanya terus menerus. Dia menunduk, menumpukan dahinya pada dahi Gea. Berbagi rasa hangat yang begitu disukai olehnya dan secara ajaib memberikan ketenangan untuk dirinya yang dilanda gelisah.

"I'm sorry. Really sorry, hon." bisik Ken. Hidung mereka bersinggungan ringan, seringan bulu.

"Why sorry to me?"

Kali ini Ken membuka mata, berbalik merangkum wajah cantik Gea yang tampak sendu. Pancaran mata Gea terlihat gusar. Jemarinya bergerak mengurut kerutan halus di dahi Gea. Turun dan mengusap tulang pipi Gea yang begitu indah. Mencari jejak lekukan saat Gea tersenyum.

"Karena berpikiran buruk tentang Kamu."

"What.. do you mean?" tanya Gea bingung. Dia meluruhkan lengan dari pundak Ken dengan tubuh yang sedikit bergetar. Ken segera menahan lengan Gea dan meletakanya di pinggang.

"Saat Om Dana membicarakan tentang Kamu, Aku memotongnya." mulai Ken. "Aku menghentikan apapun yang akan Dia katakan  tentang Kamu. Karena Dia lancang menyelidiki latar belakang Kamu."

"Om Dana mengalahkan Aku dengan telak saat Aku tidak memiliki argumen untuk menjawab pertanyaanya. Dia bilang, kalau Aku secara tidak langsung juga berfikir buruk tentang Kamu karena menghentikan kalimatnya yang Aku pikir itu berisi sesuatu yang buruk tentang Kamu." jelas Ken sedikit terbata.

Ken menarik Gea kedalam pelukanya. "Aku takut Kamu akan pergi dari Aku kalau benar Om Dana akan melakukan sesuatu yang nggak baik sama Kamu. That's why Aku lamar Kamu lagi dan ingin secepatnya menikah."

"Tapi setelah Kamu keluar dari rumah dengan gestur yang kaku... Aku tahu Aku salah karena terlalu tergesa-gesa dengan semua ini." Ken mengusap rambut belakang Gea. "Seharusnya Aku dengerin dulu apa yang Om Dana pikirkan tentang Kamu, dan Aku membenarkan apa yang salah dengan pemahaman Dia tentang Kamu. Kalau perlu Aku harusnya membela Kamu habis-habisan didepanya."

Gea mendorong tubuh Ken lembut. Menatap wajah Ken yang tampak menelas. "Bukan bermaksud tidak percaya atau ragu sama Kamu, tapi Ya.. Aku sakit hati saat orang lain salah memahami seperti apa Kamu. Aku nggak rela orang mengatakan hal buruk tentang Kamu. Aku marah saat orang-orang.. menganggap remeh siapa Kamu. Dan.. "Ken menelan ludah, tercekat oleh gumpalan yang begitu menyesakan dada dan pikiranya. "Aku marah sama diriku sendiri karena Aku juga sempat berpikiran buruk tentang Kamu."

Ken menaikan sepasang matanya yang mulai basah. "Maaf, Maafin Aku Yaya."

Sebelah mata Gea gagal menahan bendungan air mata. Meluruhkan genangan kecil menuruni pipinya. Dia mengusapnya pelan sebelum mengulurkan jarinya dan mengusap aliran air mata yang juga membasahi pipi Ken.

Kedua sudut bibirnya tertarik pelan, membentang sebuah senyuman haru. "Terimaksih sudah mencintai Aku seindah ini." bisik Gea dengan suara bergetar. Dia memejamkan mata, menjernihkan tatapanya untuk menatap wajah Kenan. "I love you so much. I really do, deeply."

Hi, You! Again? (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang