VII

1.7K 157 2
                                        

Lambaian tangan Gea menyambut kedatangan Ken saat laki-laki itu mengedarkan pandangan untuk mencarinya. Langkahnya mendekat saat Gea memberinya tanda untuk mendekati posisi Gea berdiri.

"Belum selesai?" tanya Ken saat melihat Gea masih membidikan kameranya ke beberapa sudut.

Tangan Gea membenarkan letak topi baseball yang dikenakan. "Gue mau lihat sunset di ujung gang sana. Ayo."

Orang lain akan melihat apa yang Ken lakukan membosankan. Menunggu Gea memburu foto, dengan Ia yang mengikuti setiap gerakan Gea. Tapi bagi Ken, ini terasa menyenangkan. Gea adalah gadis yang mendapat karunia banyak bakat. Dia mudah menyerap setiap pelajaran, ahli disetiap kesenian, saat SMP dulu Gea bahkan menjuarai lomba tari daerah tingkat nasional sebelum memutuskan pindah dari sekolah.

Saat ini Ken kembali terkesan saat dengan semangat Gea menunjukan hasil fotonya. "Lihat, warna merahnya benar-benar indah."

Sepasang mata Ken menatap hasil foto milik Gea. Hanya tiga detik, sebelum sepasang matanya menemukan jejak keringat di dahi dan pelipis Gea.

"Kamu nggak kepanasan?" Ken mengusap butiran keringat di dahi Gea dengan lengan kemejanya.

Gea terkejut mendapat perlakuan manis Ken. "Kemeja lo kotor entar" Gea memundurkan tubuhnya.

Ken tersenyum lebar. "Habis ini kan bisa ganti baju."

Gerakan Ken membuka kacamata tampak seperti adegan slow motion yang begitu sempurna. Nafas Gea seakan terenggut secara paksa. "Pulang sekarang?"

Gea hanya mengangguk dan ikut beranjak mengikuti tarikan tangan Ken. Dengan santai Ken membukakan pintu mobilnya. Memasangkan seatbealt dan mengusap rambutnya halus.

"Tadi kesini naik apa?" tanya Ken saat Gea hanya diam di kursinya.

Kesadaran Gea terkumpul. Ia tertawa lebar. Ken menyipitkan mata saat tawa Gea berupa tawa menyebalkan yang sangat Ia kenali. "Naik ojek. Motor gue masuk bengkel."

Ken mendengus keras. "Pantesan Aku boleh jemput."

Tawa Gea kembali memenuhi mobil Ken. Dengan santai gadis itu menekuk kaki dan menghadap Ken. "Makasih ya Mas Kenan. Baik banget mau jemput Aku disini." ledek Gea.

"Ini nggak gratis ya." balas Ken.

"Ken, lo udah kaya tujuh turunan loh. Masih kurang duit?" decak Gea. "Sori minta minum." tanpa menunggu persetujuan Ken, Gea meneguk air mineral banyak-banyak.

"Bayaranya makan malam sama Aku dan Aku yang bayar. Tenang aja." Gea terbatuk. Ken melebarkan senyum. "Ditambah cium juga boleh."

Mata coklat madu Gea melebar. "Dasar Ken mesum!"

©©©


Wajah bete Gea terbit saat Ken membawanya ke Amuz. Gea bahkan sudah berniat kabur saat Ken dengan cerdiknya merangkul bahunya erat agar tak melarikan diri darinya.

"Ken gur bakal di usir sama pelayan disana dengan pakaian seperti ini." Gea mencoba menahan langkah Ken.

Sejenak Ken menatap penampilan Gea. Celana jeans berwarna hitam dengan robekan di kedua lututnya, tank top hitam yang menyatu dengan ujung celana. Gea menutup penampilanya dengan sebuah kemeja flanel kotak-kotak. Jangan lupakan sepatu buntutnya yang lupa kapan terakhir Gea cuci.

"Not bad. Masih kelihatan cantik kok."  puji Ken. Gea sukses menganga.

"Kalo lo maksa gue masuk, gue nggak mau ketemu lo lagi." ancam Gea sengit.

Hi, You! Again? (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang