"Setahu gue. Ini rumah lo." dengus Gea sebal. Ia membanting pintu mobil Lexus Ken.
Mendengar gebrakan pintu mobilnya, Ken meringis ngilu. Bukan. Bukan takut ada kerusakan pada mobil. Ken bahkan tidak peduli kalau mobilnya rusak. Ia lebih ngilu saat membayangkan rasa kaku di lengan kurus Gea setelah membanting pintu.
"Kamu kan nggak kasih Aku alamat rumah Kamu. Ya udah Aku ajak aja pulang ke sini." Ken meraih pergelangan tangan Gea. "Ayo masuk."
"Kalo lo nggak niat anter, turunin gue di depan sana. Males banget sih jalan dari sini. Jauh tau nggak. Lepas!" omel Gea panjang lebar. Tanganya yang bebas menggepuk tangan Ken.
"Jangan. Bahaya naik angkutan umum malem-malem."
Senyum sinis Gea mencuat. "Gue lebih takut deket lo anyway."
"Kenapa?" tanya Ken. Mereka berhenti di depan pintu. Ken sengaja masih mencengkram tangan Gea dan membuka pintu dengan satu tangan. "Banyak loh Ge kasus pelecehan di taksi."
"Gue tetep takut disini cuma berdua sama lo. Titik." Gea ngotot.
"Alasanya?"
Dengusan Gea keluar. "Lo pikir gue bisa tenang gitu di rumah cuma berdua sama lo? Yang ada besok pagi gue udah telanjang dan tidur di ranjang lo." ucap Gea frontal.
"So what? Kita memang pernah tidur bareng kan? Oh God! Sorry, Ya. I don't think-"
"You did, Ken." Gea melepas tangan Ken. "Iya. Gue dulu semurahan itu karena mau-mau aja tidur bareng lo. And now-" Gea menekan kata-katanya. Mencegah Ken memotong kalimatnya. "-so what kalo gue di lecehin? Gue juga udah nggak perawan juga kan?"
"Ya. Yaya, berhenti. Aku nggak bermaksud gitu. Maaf, okay. Yaya!" Ken berteriak saat Gea langsung menghentikan taksi yang kebetulan melewati gerbang rumahnya.
"Sial." umpat Ken. "Mulut lo kenapa bego banget sih, Ken!" rutuk Ken.
Dia berlari masuk dan kembali mengeluarkan mobilnya. Kali ini Dia harus mendapatkan alamat rumah Gea. Tekad Ken.
The River. Blok D. Batin Ken mengingat perumahan yang Gea lalui malam itu. Kali ini Dia hanya perlu mengecek satu persatu rumah di sana.
©©©
"Kok pulang, Ge?" sambut Nana yang baru saja membukakan pintu. Kepalanya celingukan mencari mobil yang mengantar Gea.
"Lo naik taksi?" tanya Nana yang menutup pintu dengan asal. Perumahan di The River memang tidak berpagar. Memudahkan Nana untuk mencari kendaraan yang mengantar Gea.
Gea menegak cola dari botolnya. Nana hanya berdecak melihat tingkah sepupunya. Ia tau Gea sedang kesal. Anak itu akan bertingkah aneh saat sedang kesal. Salah satunya ini, meminum soda dari botol langsung.
Ini botol yang kemasan 1,5 Liter ya bep.
"Lain kali, Na. Gue beneran dorong lo di danau kalo sodorin gue ke Kenan lagi." ancam Gea. Dia kembali meneguk soda itu sampai setengah botol.
"Woi, itu soda. Kalo mau mabok tuh bang Oji nyimpen si Jack sama Wine di kabinet atas." Nana tidak menggubris ancaman Gea yang sepenuhnya hanya ungkapan kekesalan saja.
"Gue nggak mau mabok. Gue cuma haus."
"Ada apa lagi sih para bocah? Udah malem juga brisik aja." omel Oji dengan muka bantalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, You! Again? (TAMAT)
Ficção Geral"Yaya." Kepala Gea mendongak, berusaha menghalau air mata yang merebak di sepanjang lengkungan kelopak matanya. "Lo adalah pemicu mimpi buruk gue Ken." Gea mengusap kasar air mata yang mengalir di sebelah pipinya. "Gimana gue bisa hidup dengan tena...