"Boleh duduk di samping Kamu? Bangku yang lain sudah penuh."
Ken mendongak dari bukunya saat ada yang mengetuk mejanya. Seorang gadis dengan rambut hitam legam sepanjang bahu masih memasang senyum diwajahnya. Menunggu persetujuan dari Ken yang sudah lebih dulu duduk di bangku.
"Boleh."
"Makasih." Gadis itu langsung duduk dan mengeluarkan buku-bukunya dari dalam tas. Tanganya mulai mencoret -coret soal matematika langsung di buku paketnya.
Bukan pemandangan aneh. Semua dikelas akselerasi bilingual memang tak pernah menyia-nyiakan waktu hanya untuk bertukar kabar atau memamerkan barang lucu dikelas. Mereka akan lebih memilih untuk memahami dan mengerjakan soal-soal yang belum di ajarkan.
Satu-satunya ajang pamer yang mereka lakukan adalah saat pengumuman nilai ulangan dibagikan. Hal yang wajar saat mereka kadang tak tahu nama seluruh teman sekelas.
"Bisa bantu ngerjain soal ini?"
Ken kembali menoleh. "Aku Geanna, kamu?"
"Kenan."
"Ah Kenan, boleh kan minta tolong?"
Ken mulai mengerjakan soal yang belum bisa Gea kerjakan. Dia sudah selesai mengerjakanya dua hari yang lalu. Sebelum kelas di mulai.
"Sepertinya Aku akan kesulitan mengikuti kelas ini." Gea menumpukan kepala di meja. "Aku baru ini ikut kelas akselerasi. Kamu?"
"Sejak kelas tiga SD."
Kedua mata coklat madu itu melebar. Tatapan kagumnya tak ditutupi sama sekali. Ken baru menemukan respon tulus selama ikut di kelas akselerasi. "Keren." Gea mengacungkan dua jempolnya untuk Ken.
©©©
Badan Gea terasa menggigil saat Ia terbangun dengan posisinya yang berbaring di lantai. Kepalanya kembali berputar saat memaksa tubuhnya bangun. Ada suara ketukan di pintu kosnya.
"Gea, lo baik-baik aja kan?"
Tangan kananya berusaha menggapai kunci yang masih menempel di lubangnya. Setelah dua kali putaran Ia bergeser ke samping kiri dan membiarkan si pengetuk pintu mendorongnya.
"Ya ampun, Gea. Lo kenapa?"
"Gue cuma demam, Na." jawab Gea pelan. Suaranya serak dan sangat kentara tenggorokan Gea begitu kering.
Nana adalah anak dari Kakak Mama yang masih peduli dengan Gea. Lebih tepatnya hanya keluarga Nana yang masih peduli.Gadis itu baru saja pulang liburan di Malang. Wajahnya diliputi raut cemas melihat betapa pucatnya wajah Geanna. Sedikit kewalahan, Nana memapah Gea untuk berbaring di atas kasur.
"Kita ke rumah sakit ya?"
Gea menggeleng. Dia menunjuk sebuah plastik berisi obat yang diberikan dokter keluarga Kenan. Dada Gea terasa nyeri mengingat Kenan.
"Gue udah ke dokter."
"Minum dulu. Gue ngilu denger suara serak lo." Nana menyodorkan segelas air putih. Tanganya meraih kantong plastik yang berisi obat setelah Gea menerima gelas darinya.
"Jauh amat ke rumah sakitnya." ujar Nana saat mendapati logo sebuah rumah sakit yang jauh dari indekos Gea.
"Ada yang elo sembunyikan dan nggak mau cerita?" Nana mengangguk paham. Bertahun-tahun berteman dan bersaudara dengan Gea membuat Nana paham Gea akan cerita ketika Ia mau dan menyimpan rahasia sampai mati saat Ia memang tidak mau.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, You! Again? (TAMAT)
Fiksi Umum"Yaya." Kepala Gea mendongak, berusaha menghalau air mata yang merebak di sepanjang lengkungan kelopak matanya. "Lo adalah pemicu mimpi buruk gue Ken." Gea mengusap kasar air mata yang mengalir di sebelah pipinya. "Gimana gue bisa hidup dengan tena...