XXII

1K 121 2
                                    

Kepala Gea terasa berputar saat berusaha menopang tubuhnya untuk berdiri. Dia harus pergi dari ruangan yang menguarkan aroma alkohol yang pekat. Sebuah lengan menarik pinggangnya untuk kembali duduk. Gea berusaha menepis lengan keras yang menyalurkan rasa nyeri di lingkar perutnya. Namun gagal saat tubuhnya kehilangan separuh kemampuan mengendalikan dirinya.

Gea kembali terduduk dan menimpa sesuatu yang keras dan panas. Ia yakin itu bukan sofa yang Ia duduki tadi. "Pick fucking up your hand, Sir." seru Gea dengan suara serak. Tenggorokanya terasa panas.

"Come on, Ge. Ini baru jam 11 malem." ucap seorang pria yang dengan lancar mengucapkan bahasa Indonesia.

Gea membuka kedua matanya lebar-lebar. Dengan Kaku menolehkan lehernya dan mendapati seorang laki-laki yang Ia kenal di Komunitas Mahasiswa dari Indonesia. Gea mencengkram tangan yang mulai kurang ajar dengan meremas payudaranya.

"Singkirkan tangan lo." sentak Gea. Dia mulai ketakutan karena tubuhnya terasa panas. Dia seperti kerasukan dan kehilangan pengendalian dirinya.

"Setelah gue mencari momen tepat dan gue lepasin lo gitu aja? Gue nggak sebegok itu, Ge." laki-laki itu membalik tubuh Gea dan menindihnya. Dengan tergesa tangan itu menarik rok yang Gea kenakan.

Gea meremas tangan itu sekuat yang Ia bisa. Kedua matanya terasa panas. "Tolong jangan-." mohon Gea. Suaranya terhenti saat bibir laki-laki itu membungkamnya.

"Tolong, tolong." Teriak Gea saat Ia berhasil mendorong tubuh yang menindihnya.

Sebuah tawa mencuat dari bibir Laki-laki yang mengendus lehernya. Dengan mudah Dia menyingkirkan tangan Gea yang berusaha menahan tangan laki-laki yang sedang menggerayangi tubuhnya untuk melepaskan celana dalamnya. "Fer, pegangin. Nanti lo bisa habis gue." Tubuh Gea kaku mengetahui ada orang lain di ruangan itu. Dia merasakan tangan lain menahan lenganya dan menyatukan di atas kepalanya.

"Tolong, tolong. Everybody help me, please!"

"Percuma lo teriak. Nggak akan ada yang denger begok." Teriaknya sebelum sebuah tamparan terasa memanas di pipinya. Gea semakin kehilangan kesadaranya.

"Biarin Dia pingsan. Gue nggak masalah nidurin cewek pingsan bahkan mati sekalipun asal si Gea yang gue tidurin."

©©©

Tubuh Gea tersentak berkali-kali. Ia juga merasakan tarikan kuat pada tanganya dan merasakan nyeri di kedua pahanya. Tubuhnya terasa menggigil. Gea tahu bahwa sekarang Ia tidak memakai apapun ditubuhnya yang tengkurap di atas sofa.

"Mau lagi nggak lo, Bis? Udah bangun tuh." ucap pria yang baru saja menidurinya setelah mendapatkan orgasmenya.

"Entar deh." sahut Bisma. "Gue kira masih perawan, nggak tahunya udah di pake juga. Perek si Kenan ternyata. Belagu, sok jual mahal."

"Bayaranya unit apartemen kenapa nolak." tawa mencemooh mengudara di antara kedua pria itu. Gea masih diam. Tubuhnya terasa remuk dengan beberapa bagian yang terasa perih.

Setelah beberapa menit keheningan melanda. Gea memberanikan diri menoleh dan mendapati kedua manusia bejat itu sudah memejamkan mata. Perlahan dengan menahan rasa nyeri di sekujur tubuhnya, Gea memakai bajunya tanpa pakaian dalam. Tidak ada waktu untuk mencari pakaian dalam itu.

Setelah berhasil keluar dari ruangan. Gea berlari secepat yang Dia bisa saat mendengar salah satu dari mereka menyadari dirinya yang kabur. Ia menyusuri sebuah koridor yang Gea yakini sebuah motel murahan di pinggiran kota.

Hi, You! Again? (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang