Gea dengan gerakan sepelan mungkin membuka perban yang membalut jemari Oji. Tadi, Ginar mengirimnya pesan untuk menggantikan perban Oji karena Dia ada operasi darurat. Meski keheranan, Ia mengiyakan permintaan Ginar. Pasalnya Gea tidak tahu tangan Oji terluka karena beberapa hari ini Ia menginap di rumah Ayahnya untuk membantu mengemas beberapa barang yang akan dipindahkan di rumah baru yang ada disatu komplek dengan Ken.
"Jujur deh. Abang berantem 'kan? Ini luka karena nonjok orang.. atau benda?" kejar Gea. Oji sejak tadi hanya memejamkan mata, sesekali mengernyit menahan perih.
"Aw.. sakit Ge." pekik Oji saat Gea mentotol terlalu keras saat membersihkan lukanya.
"Makanya jawab. Ditanya bukanya jawab malah sok tenang lo bang." gerutu Gea. Tangnya membalut luka Oji setelah selesai mengoleskan salep yang ditingkalkan Ginar dikotak P3K rumah.
Oji berdecak. "Kemarin gue ngejar copet, kesel kan gue. Ya udah gue gebukin aja."
Gea menggeleng kepala pelan. "Itu tindakan buruk. Main hakim sendiri itu tidak baik."
Oji tertawa pelan. "Gaya lo sok bijak. Udah belum ini? Gue laper. Ayah mana sih lama banget beli makan."
"Eh kualat lo sama Ayah. Bukanya makasih malah ngomel aja. Inget, lo udah mau punya anak." omel Gea, tanganya menoyor kepala Oji sebal.
Dalam hati Oji sangat bersyukur perhatian Gea teralihkan. Dia tidak mau sampai Gea tahu mengapa tanganya terluka. Anak itu akan kepikiran sepanjang malam, dan Oji tidak ingin mengusik ketenangan hidup yang sedang Gea nikmati. Kali ini, Ia ingin memastikan bahwa Gea benar-benar menjalani hidupnya dengan baik dan bahagia.
"Ayah, bang Oji tadi masa ngomel-ngomel karena Ayah lama beli makananya." lapor Gea yang sudah menggandeng lengan Ganesha yang baru saja masuk.
Ganesha terkekeh, Dia mengusap kepala Gea dengan sayang. "Bagaimana kalau jatah bang Oji Kita makan aja?" Ganesha dan Gea mulai membongkar makanan yang dibeli Ganesha dari sebuah restoran china terdekat.
"Ehm.. jangan deh. Kasihan, kemarin bang Oji baru keluar dari rumah sakit karena gizi buruk." Ganesha tertawa.
Oji mendengus mendengar percakapan Ayah dan Adiknya seolah Ia tidak ada. "Malnutrisi ya, bukan gizi buruk." koreksi Oji sebal.
"Halah sama aja intinya. Itu hanya bahasa halus supaya pasien nggak malu pas divonis. Makan nih, nanti Aku bagi deh tempura jatah Aku."
"Haruslah. Nggak lihat tuh perut mulai buncit, badan melar. Kasian Bu Kirana akan dapat review jelek pas lo pake gaun rancangan Dia."
"Ayah, mulut bang Oji jahat!"
©©©
"Mas sangat menyayangkan perceraian ini. Tapi sebagai Kakak, Mas juga tidak bisa memberikan pembelaan. Ini pelajaran keras untuk Hadi." ucap Dana Armani saat Tasya mengunjunginya untuk mengatakan perceraianya.
"Terimakasih atas pengertian Mas Dana dan Mbak Marina. Saya sebenarnya malu untuk menceritakan hal ini. Bagaimana pun juga, ini aib karena Saya tidak bisa menjaga rumah tangga Saya." Tasya menunduk. Menerima usapan lembut yang diberikan Marina.
"Kamu adalah wanita kuat. Jangan pernah malu. Mbak sudah menganggap Kamu sebagai adik sendiri. Jangan pernah sungkan untuk datang pada Mbak kalau ada masalah." Marina memeluk Tasya dengan mata yang memerah.
"Mas, untuk kerja sama antara Petro Premium dengan Armani Group, boleh Tasya minta agar tetap berjalan? Tasya takut itu akan berpengaruh buruk untuk kedua perusahaan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, You! Again? (TAMAT)
General Fiction"Yaya." Kepala Gea mendongak, berusaha menghalau air mata yang merebak di sepanjang lengkungan kelopak matanya. "Lo adalah pemicu mimpi buruk gue Ken." Gea mengusap kasar air mata yang mengalir di sebelah pipinya. "Gimana gue bisa hidup dengan tena...