XXVIII

1.1K 126 4
                                        

Kirana mengusap punggung tangan Gea dengan lembut. Menenangkan kegelisahan yang Gea rasakan. "Tidak apa-apa."

Gea menarik nafas dan mengikuti tarikan tangan Kirana. Setelah lima hari berlalu, Dia kembali ke rumah Kenan. Gea memang meminta waktu pada Kirana untuk merahasiakan keberadaanya dari Ken dan berjanji akan menghubunginya setelah siap berbicara dengan Ken.

Dan hari ini akhirnya tiba. Tiga hari Gea memikirkanya. Menyiapkan diri untuk kembali terluka atas kemungkinan dari penolakan Ken nanti. Memantapkan hatinya untuk kembali mengorek luka lama. Menyemangati diri bahwa setelah ini Dia akan siap- benar-benar siap untuk membereskan sisa kekuatanya untuk memulai masa depanya.

"Ken sebenarnya sedikit demam. Dia.. Ketiduran di bathup semalaman." Kirana terkekeh saat melihat ujung bibir Gea berkedut. "Dia bukan laki-laki lemah kok, Ge. Kamu tahu itu kan?"

Tidak sempat Gea menjawab, Kirana sudah mendorong pintu kamar Ken. Pipi Gea memanas saat melihat ranjang besar yang terlihat sedikit berantakan. Ingatanya dipenuhi rasa malu karena ke- gap Kirana lima hari yang lalu.

Ibu tinggal, ya. Ucap Kirana tanpa suara.

Tanpa menunggu persetujuan Gea, Kirana berbalik dan meninggalkan Gea kembali berduaan dengan Kenan. Gea kebingungan harus bagaimana memulainya. Tarikan nafas Ken tampak teratur. Laki-laki itu tampak lelap tidurnya.

"Ken."

Tidak ada jawaban. Ken tetap lelap tanpa ada gerakan atau tanda-tanda Ia terbangun. "Kenan." kali ini Gea menggoncangkan kaki Ken dengan sedikit keras.

"Ken ini Gea." ucapnya lagi. Kali ini bersama dengan tepukan di bahu Ken.

Sepertinya berhasil.

Kelopak mata Ken mulai bergerak pelan. Terbuka sedikit sebelum kembali terpejam disertai ringisan. Tanganya menekan kedua pelipisnya.

"Are you okay?" tanya Gea setelah mendudukan pantatnya di ranjang dekat sisi perut Ken.

Kedua mata Ken terbuka sebelum kembali mengerang karena silau lampu utama yang menyala terang. Kirana memang memilih menghidupkan lampu utama saat membuka kamar Ken.

"Kamu beneran Gea?" tanya Ken dengan suara seraknya. Kepalanya bergerak sebelum mendarat di pangkuan Gea. Posisinya tampak aneh kali ini.

"Aku mau bicara."

©©©

Ken bergeser dan meraih kedua pipi Gea. Dia memagut bibir Gea yang sudah tertutup rapat. Mencairkan kebekuan setelah Gea berhasil mengungkapkan semuanya- semua yang disembunyikan dari Ken. Air mata Gea yang belum sepenuhnya mengering kembali berjatuhan saat merasakan pagutan Ken, putus asa. Menyalurkan banyak rasa dan kata yang tak mampu di ungkapkan lagi dengan lisan.

"Kamu... adalah wanita yang luar biasa, Ya. Ingat itu." Ken mendaratkan ciuman di dahi Gea dalam. Sebelum menarik Gea untuk masuk ke dalam rengkuhanya.

Merasakan kelegaan luar biasa, Gea membalas pelukan Ken- sama eratnya. Menebus segala rindu dan kesakitan yang Ia lalui sendirian. Menghirup aroma Ken yang selalu berhasil meredam rasa cemasnya.

"I love you, Yaya. Deeply, madly-" ucapan Ken terpotong karena Gea mendaratkan bibirnya di sudut bibir Ken. Senyum Ken terbit begitu tampanya.

"Geser dikit dong kalo cium." goda Ken. Jarinya menjawil hidung Gea gemas.

Gea tersenyum lebar. Tampak menggemaskan dengan mata sembab dan memerah yang begitu kontras dengan senyuman bahagianya. "Disini?" tanya Gea setelah mendaratkan kecupan di pipi kiri Kenan.

Hi, You! Again? (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang