Gea mengeratkan pelukan pada tubuh Mamanya. Dia menghirup aroma teh saat menghirup parfum favorit Mamanya. "I miss you so much, Ma." Gea menghujani ciuman berkali-kali di pipi Mamanya.
"Pantesan Mama nggak tahan buat booking tiket buat nengokin anak kesayangan Mama ini." Dara- Mama Gea mencolek hidung mungil Gea.
Tawa Gea mengudara. Dia merapatkan mantelnya karena angin musim dingin berhembus sedikit kencang. "Mama berapa hari disini?" tanya Gea setelah masuk kedalam taxi dan menyebutkan alamat flat tempatnya tinggal.
"Dua minggu mungkin?" Dara memeluk Gea sayang. "Mama akan merayakan tahun baru dan ulang tahun Kamu disini. Mama sedih karena tahun lalu hanya lewat video call buat ucapin tahun baru dan ulang tahun buat Kamu."
Gea menyurukan wajah di leher Mamanya. Dia tertawa pelan. "Gea sayang banget sama Mama." bisik Gea tepat di telinga Mamanya. "Gea tetep seneng kok meski lewat video call. Mama nggak perlu habisin tabungan Mama buat beli tiket ke sini."
"Hei D&G Travel sudah berkembang meski belum besar-besar banget, dan karir Mama di kejaksaan semakin cerah seperti masa depan Kamu." Gea tertawa setiap kali mengingat nama kantor travel milik Mamanya dan temanya. D&G adalah Dara dan Gea. Sebuah lambang usaha Mamanya untuk Gea.
"Aku akan rajin belajar biar bisa jadi jaksa hebat seperti Mama."
"Aih.. Calon sarjana hukum harvard pasti hebat."
Dengan kasar Gea mengusap lelehan air matanya. Hatinya sakit saat Ia gagal memenuhi impianya bersama Mamanya. Menjadi jaksa. Gea tersenyum pahit mengingatnya. Ia terlalu jauh untuk meraih impian mereka. Sangat jauh!
Sepasang mata coklat madu miliknya semakin memanas saat menatap plang besar bertulis D&G travel didepanya. Sebuah ruko berlantai dua yang lumayan lebar. "D&G travel semakin besar, Ma." bisik Gea pada dirinya sendiri. Sejak kepulanganya dari Amerika 6 tahun yang lalu, Gea begitu pahit menatap plang D&G. Ada arti lain dibalik Dara dan Gea. Dara dan Ganesha, nama Ayah biologisnya.
©©©
Pencarian Hari ke Sembilan
Semoga besok keberuntungan berpihak padaku.
Tulis Ken di note kecil yang sering Ia bawa akhir-akhir ini. Patah hati memang luar biasa. Hal tak berwujud itu bisa merubah hidup Ken jadi Se- mellow ini. Note? Bah! Itu hanya bahasa halus untuk mengganti kata diary. Karena buku kecil itu hanya berisi usahanya hari demi hari mencari Gea.
Setelah memohon pada pemilik minimarket dan di izinkan Ken dengan bersemangat mengekor pegawai minimarket ke ruang karyawan. Memeriksa rekaman cctv dari satu minggu sebelumnya. Karena terlalu banyak dan akan memakan waktu lama, Ken di izinkan mengcopy rekaman cctv dan memeriksanya di rumah.
Dengan semangat Ia menonton tiap detiknya. Tanpa skip!
Perjuanganya menonton menemukan titik terang saat rekaman hari ke lima dari tujuh hari yang Ia copy menampakan sosok Gea yang keluar dengan menenteng kantong plastik. Dua hari selanjutnya dari rekaman membuat Ken memaki dirinya keras-keras.
Sosok berhoodie kebesaran coklat pudar dengan soda dan chitato itu memang Gea! Gadis itu bahkan datang sebelum Ken dan keluar dari minimarket tanpa menenteng apapun setelah Ken masuk beberapa detik.
Ken menekan tombol pause saat melihat gadis sebaya dengan Gea datang membawa soda dan chitato. Mereka tampak bercakap-cakap dan tertawa sebelum si jaket kuning cerah itu kembali masuk. Ken ingat, ada gadis seumuran Gea dengan jaket kuning masuk saat Ia membawa belanjaanya ke kasir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, You! Again? (TAMAT)
General Fiction"Yaya." Kepala Gea mendongak, berusaha menghalau air mata yang merebak di sepanjang lengkungan kelopak matanya. "Lo adalah pemicu mimpi buruk gue Ken." Gea mengusap kasar air mata yang mengalir di sebelah pipinya. "Gimana gue bisa hidup dengan tena...