XXXIX

1K 137 2
                                    

"Did I hurts him so bad?" tanya Ben tiba-tiba memecah kehambaran hubunganya dengan Kirana. Percakapan terakhirnya adalah pertikaian satu minggu yang lalu.

"Honestly, worst." Kirana menatap Ben lewat pantulan kaca. Dia sedang mengoleskan krim malam.

Kedua tangan Ben meraup wajahnya yang menua. Kelelahan dengan keadaan keluarganya. Ken bahkan tidak pulang dan tidak datang ke kantor untuk bekerja satu minggu ini. Anak itu benar-benar pergi, dan Ben merasa kesakitan saat mendapati meja makan yang dingin disetiap waktunya. Tidak ada kehangatan keluarga saat Ia membuka pintu rumah.

"Mau bercerita sekarang?" Kirana meletakan sisir yang baru Ia gunakan. Bahunya mengendik pelan. "Mungkin Aku bisa membantu membujuk Kenan, tapi dengan syarat jangan pernah menentang hubunganya dengan Gea lagi. Percayalah, Gea anak yang luar biasa hebat."

"Seorang wanita mendatangi kantor beberapa bulan yang lalu. Dia mengaku sebagai istri dari laki-laki yang menjadikan ibu Gea selingkuhan. Namanya Sarah."

"Dia menceritakan asal usul Geanna yang lahir dari perselingkuhan. Gea yang sempat menggugurkan janin dalam kandunganya akibat pergaulan bebasnya. Wanita itu juga mengatakan, 'bukankah sudah jelas kalau bibit itu mempengaruhi keturunanya kelak'. Jujur Aku tidak langsung mempercayai setiap kata yang keluar dari mulut wanita itu." Ben menatap Kirana yang mengusap dahinya. "Maaf kalau ini menyakiti Kamu, darl. Tapi sebagai seorang Ayah, Aku tidak ingin ada orang yang menghakimi Kenan karena tahu Dia bukan anak kandungku."

"Tapi Kamu menghakimi Gea, Ben. Penghakimanmu terlalu prematur."

Ben menangguk. "Sepertinya... alih-alih melindungi Ken, Aku justru menghancurkan hatinya so bad. No, worst. Like you said before."

Hati Kirana terenyuh melihat raut wajah Ben yang begitu merana. "Apa suatu saat Ken masih mau memanggilku Daddy? Apa anak itu masih bisa memaafkan Aku kelak?" Setetes air mata lolos dari kedua mata Ben.

"Lalu mengapa tidak cerita dari awal? Kamu bahkan melibatkan Nela dan keluarga Armani disini."

Ben menarik nafas dalam-dalam. "Aku takut ini semua akan menyinggung perasaan Kamu, darl. Dan kebetulan Armani Grup menawarkan marger kalau Nela dan Kenan menikah. Yang Aku pikirkan disini, Ken akan tetap menjadi orang hebat dengan pendamping yang bisa membawa imej baik untuknya. Bukankah seperti kebetulan? Aku bisa menjauhkan Ken dari Geanna dan Dia akan tetap menjadi seseorang yang terhormat kelak."

"Kenan tidak membutuhkan itu."

"Aku tahu." balas Ben dengan nada melamun. "Aku tahu, kesalahanku sangat buruk saat Ken memutuskan keluar dengan kalimat yang begitu menyakitnya. Aku Ayah yang buruk."

©©©

Dengan wajah mengantuk Ken membuka pintu utama. Dia mendengus sebal saat Gea datang dan membawa beberapa plastik dari sebuah supermarket yang ada didekat komplek perumahanya.

"Kenapa pakai tekan bel? Kamu tahu password rumah ini darl." Ken memang merubah kunci rumahnya dengan password. Dia tidak ingin di ribetkan dengan membagi kunci rumah sementara Dia sering ceroboh menghilangkanya.

"Tanganku kan sibuk sayang." ucap Gea sambil membawa belanjaanya kedapur milik Ken. Dia beruntung laki-laki satu ini melengkapi dapurnya meski jarang menggunakanya. "Aku dengar Kamu belum kerja sama sekali?"

"Masih belum pengin." jawab Ken cuek. Dia meneguk air yang Gea sodorkan.

Gea mencibir dengan sebal. "Terus Kamu berniat kasih Aku makan apa nanti kalau kerja aja males."

Hi, You! Again? (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang