Tangis Gea semakin keras saat Ken memaksa tetap memeluknya meski Gea meronta-ronta dan memukuli dada Ken dengan sekuat tenaga. Menyalurkan rasa sakit yang Ia rasakan selama ini. Mengatakan bahwa Gea mati-matian menahan amarah saat bertemu Ken kembali. Dengan sayang Ken memeluk dan mengusap belakang kepalanya.
"Maaf, Ya. Maafin Aku." ucap Ken disela usapanya. Ken menghirup aroma shampo Gea dalam-dalam. "Maaf, tidak seharusnya Aku hidup baik-baik saja setelah kehilangan Kamu. Maaf, Ya."
"Kamu jahat Ken. Aku benci sama Kamu." ucap Gea di sela isakanya. Pukulanya memelan, menyisakan cengkraman pada kemeja Ken yang sudah basah.
Setelah bermenit-menit keheningan menyelimuti mereka. Ken menjauhkan wajah Gea dan menatapnya dengan sendu. Kedua mata Gea bengkak dengan bola mata yang merah dan basah. "Kasih Aku kesempatan untuk memperbaikinya, Ya. Aku mohon sama Kamu."
Gea menunduk, mengalihkan tatapan mata Ken yang masih saja berpengaruh pada debaran jantungnya. "Akan sangat menyedihkan saat Aku kembali sama Kamu Ken. Untuk apa?" tanya Gea dengan suara datar. Ia membersit hidungnya yang terasa mampet.
"Aku mohon, Yaya. Aku mohon." Ken meraih sebelah tangan Gea yang masih bertenger di dadanya. Menggenggamnya dengan erat, penuh perasaan. "Aku janji ini tidak akan menyedihkan, Ya. Aku janji."
Gea tersenyum pedih. "Dan berapa orang lagi yang akan menyebutku 'Perek-"
Kalimat Gea terhenti saat Ken menempelkan bibirnya pada bibir Gea yang terbuka. Dengan nekat Ken melumatnya dengan putus asa. Air matanya kembali memenuhi garis matanya mendengar kalimat itu keluar dari bibir Gea secara langsung.
"Kamu akan selalu menjadi wanita berharga dalam hidupku, Ya." Ken menempelkan dahinya dengan dahi Gea. Menangkup wajah Gea dengan sayang. "Kamu akan menjadi satu-satunya wanita yang Aku cintai."
Gea memejamkan mata erat. "Sebaiknya Kamu pergi Ken. Jangan pernah mengejar atau berusaha kembali pada masa lalu. Apa yang terjadi di masa lalu, biarkan tetap disana."
"Kalau begitu biarkan Aku memberi Kamu masa depan untuk menebus dosaku di masa lalu."
"Dosa apa Ken? Kamu bukan yang memperkosa Aku, Ken. Tidak seharusnya Kamu mengakui dosa yang tidak Kamu lakukan."
Perlahan Ken menjauhkan dahinya dan menarik tubuh Gea kedalam pelukanya. Meletakan kepala Gea tepat didepan dadanya. Memberitahukan debaran gila yang jantungnya lakukan saat Ia bersama Gea. Ken menunduk, mendekatkan bibirnya disebelah telinga Gea. "Debaran itu hanya milik Kamu, Ya. Selamanya akan seperti itu. Aku bersumpah."
©©©
Nana menunduk dengan jari-jari yang memilin tali tas slempang yang di kenakanya. Sesekali Ia melirik kekasihnya yang saat ini menatapnya tajam. "Maaf."Rico menghembus nafas pelan. "Itu melanggar etika praktiku, hon. Kamu tahu itu."
"Ini yang pertama dan terakhir, janji." Nana menggeser duduknya. Merapatkan tubuhnya pada tubuh tegap Rico. Memamerkan senyum menggemaskan favorit Rico.
Berhasil.
Rico mendengus untuk menyamarkan senyum yang terbit di bibirnya. "Tahu banget sih Aku lemah sama senyum menggemaskan itu." tanganya mengusap belakang kepala Nana.
"Jadi itu laki-laki yang bernama Ken?" tanya Rico.
Nana mengangguk cepat. "Ganteng ya? Baik lagi, hon."
"Kamu tahukan Aku pria cemburuan?"
Nana tertawa. Dia mengangkat kepalanya yang semula Ia sandarkan di bahu Rico. "Tenang aja, hon. Tipe Aku itu kan om-om kaya Kamu gitu. Semi sugar daddy." goda Nana. Dia mengecup pipi Rico cepat. Menularkan senyumnya pada Rico.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, You! Again? (TAMAT)
Ficção Geral"Yaya." Kepala Gea mendongak, berusaha menghalau air mata yang merebak di sepanjang lengkungan kelopak matanya. "Lo adalah pemicu mimpi buruk gue Ken." Gea mengusap kasar air mata yang mengalir di sebelah pipinya. "Gimana gue bisa hidup dengan tena...