III

2.3K 205 3
                                        

Sepasang mata coklat madu milik Gea kembali terbuka. Keringat dingin memenuhi tubuhnya. Lagi-lagi mimpi buruk kembali menyapa Gea. Kawan lamanya. Dengan malas Gea bangkit dan mengulurkan tanganya ke arah nakas. Meraih botol yang berisi air putih.

Gea meneguk setengah botol air putih. Meredakan rasa hausnya akibat mimpi buruk yang kembali menyapa malamnya.

Bagaimana bisa?

Dua kata itu memenuhi pikiran Gea sejak pulang dari studio milik Kirana. Gea mengerang kesal menyebut nama Kirana. Wanita yang sudah Ia anggap sebagai Ibu yang sangat Ia hormati ternyata adalah Ibu dari Kenan.

Bagaimana bisa?

Nah, kata itu kembali muncul.

Selama dua tahun Ia bekerja di studio dan juga butik milik Kirana, Ia tahu kalau Kirana memiliki 3 anak. Dan yang Gea ketahui adalah Bella dan Key. Juga satu lagi yang belum sempat di beri nama karena keguguran tujuh tahun lalu.

Kesal karena banyaknya pertanyaan di kepalanya, Gea memilih meraih jaket tebalnya. Dia melangkahkan kakinya menyusuri jalanan yang tampak sepi. Warung pedagang nasi goreng yang ada didepan indekosnya sudah menggulung tendanya.

"Neng Gea mau kemana jam segini?" tanya seorang laki-laki akhir 50-an dengan senyum hangatnya.

"Mau ke minimarket didepan Be." Kependekan dari Babe. Gea memang akrab dengan Babe Agus.

"Mau beli apa jam 1 pagi begini neng?" tanya istri Babe Agus, Nyak Ida.

"Gea haus, Nyak. Air dirumah habis, mari."

Gea memang membeli minum. Sekaleng bir dan sekotak pocky. Aneh memang. Tapi ini menjadi rutinitas yang Gea lakukan saat mimpi buruknya menyapa. Duduk bersila di bangku besi depan minimarket dengan sekaleng bir dan sekotak pocky.

"Kenan brengsek."

©©©

Kirana menyambut kedatangan Ken dengan heran. Bukan merasa tak senang karena anak sulungnya selalu berkunjung selama satu minggu lebih saat jam makan siang atau sepulang dari kantor. Hanya saja ini bukan Ken yang Ia tau. Ken versi dewasa jelas lebih suka menghabiskan waktu dengan bekerja atau mengurung diri didalam perpustakaan dirumah.

"Aku bawa pudding kesukaan Key, mom." Tangan Ken mengangkat sebuah kotak dengan nama sebuah restoran pastry terkenal.

"Ini hanya perasaan mommy kamu memang masih kangen sama mommy atau ada niat lain Kamu sering main ke sini?" sepasang mata Kirana memicing.

Sedikit gelagapan Ken tertawa pelan. "Aku memang lewat sini jadi sekalian mampir mom. Nggak boleh?"

"Boleh. Boleh banget malah. Mau kerja disini juga boleh." cibir Kirana. Ia melangkah menuju ruanganya dilantai dua.

"Key mana mom?"

"Tadi rewel mau ikut Gea ke studio sebelah." Tubuh Ken seperti tersengat setiap nama Gea disebut.

"Mommy kenal Gea dimana? Kok bisa percaya banget sih sama Dia?"

Kirana mendongak dari gaun yang sedang Ia kerjakan. "Gea itu anak baik. Hebat loh Dia, kerja sendiri buat biaya kuliah."

"Mana mungkin."

"Nggak percaya?"

Ken menelan saliva gugup. Ia pikir Dia hanya berbisik, ternyata suaranya masih bisa di dengar oleh Kirana. "Bukan itu maksud Ken. Ini lho Gibran ngabarin kerjaan." ucap Ken beralasan.

Hi, You! Again? (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang