XIII

1.1K 134 1
                                    

Hah!

Suara nafas Gea menderu keras. Keringat sebesar biji jagung memenuhi dahi sebelum meluncur dan tenggelam di lengkungan dagunya. Kepalanya terasa sakit dan tenggorokanya kering.

Mimpi buruknya kembali menyapa.

Dengan lemas Gea menyibak selimut dan melangkah menuju sebuah meja panjang. Ia meneguk air banyak-banyak. Membasahi tenggorokan yang terasa sakit. Langkahnya membawa Gea pada jendela lebar yang tak berteralis. Ia melompati jendela rendah di kamarnya dan melangkah menuju ayunan di halaman belakang rumah.

Tidak ada kolam renang di rumah dengan tipe 23 ini. Tapi Gea menyukai danau di taman perumahan ini. Saat ini masih terlalu gelap untuk ke danau. Gea memilih duduk bersila di ayunan dan menikmati angin malam yang menyambutnya. Membiarkan tubuh berkeringatnya yang hanya berlapis tank top dan celana pendek menjadi terpaan angin.

"Gue benci sama lo." bisik Gea. Kedua matanya terpejam. Menikmati ayunan kayu yang bergerak pelan. Kali ini Gea membutuhkan ketenangan untuk mengajaknya kembali menjemput mimpi indah.

Mimpi indah? Batin Gea mengejek.

Gea akan memilih untuk tidak bermimpi karena tidak ada mimpi indah sejak enam tahun lalu. Dia sudah sangat bersyukur dengan tidur tanpa mimpinya selama ini. Hanya saja akhir-akhir ini, kesempatan tak bermimpi itu lenyap. Mimpi buruknya telah kembali menyapa. Menemani Gea di setiap tidurnya.

©©©

"Gea pindah ke Serpong. Saya sudah bilang kan beberapa hari yang lalu?" pagi ini Ken mendatangi studio milik Kirana. Kembali menanyakan tentang Gea. Oji melupakan satu hal bahwa hari ini adalah hari sabtu. Kemungkinan bertemu Ken sangat besar di studio ini.

"Boleh minta alamatnya?"

"Maaf Ken, Saya tidak sedekat itu sampai tahu alamat pasti Gea. Kami hanya partner kerja meski Dia karyawan Saya." elak Oji. Ia akan habis di amuk Gea.

"Bang Oji punya data karyawan kan?"

Oji menelan saliva dengan pelan. "Memang ada, tapi Saya bukan bos yang memberikan informasi pribadi karyawan Saya kepada sembarang orang Ken. Itu privasi Geanna." Oji sengaja menekan kalimat terakhirnya. Berusaha mendorong Ken mundur.

Sepertinya berhasil. Ken sedikit menunduk dengan gelisah. "Kalau begitu boleh Saya minta alamat studio milik bang Oji? Ah sebenarnya Saya sudah punya, anggap saja ini sebagai permohonan izin untuk kesana."

Senyum Oji melengkung tipis. Tertarik dengan pribadi Kenan yang pantang menyerah dan keras kepala. Dia semakin penasaran dengan kisah masa lalu Gea dan Kenan. Anak ini tidak akan berusaha sekeras ini kalau tidak ada sesuatu di masa lalu dengan Gea. Oji bahkan tidak melihat kedekatan mereka selama Gea masih di Studio dan Butik milik Kirana.

"Tentu. Kapan pun Kamu datang, kabari. Nanti Saya akan menyambut kalau tidak sibuk."

©©©

"Gege."

Tubuh Gea mematung mendengar suara menggemaskan dan satu-satunya yang memanggilnya dengan nama 'Gege'. Gea menoleh dengan kaku, berusaha menyunggingkan senyuman saat melihat Kirana juga terkejut melihatnya.

"Hai Keya, makin gemesin aja." Gea mencubit pipi gembul Key. "Bu Kiki apa kabar?" Gea mencium tangan Kirana pelan dan kaku.

"Saya baik. Kamu nih yang sombong nggak pernah main-main ke studio Ibu." Kirana menyerahkan Key pada Gea karena anak itu berontak dari stroler minta digendong.

Hi, You! Again? (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang