Aku menguap di dalam aula theater bosan menonton pertunjukan teman-teman di ekstrakurikuler drama. Klub drama mengadakan rehearsal untuk pertunjukan akhir minggu.
"(y/n)? Nguap aja dari tadi. Kelihatannya sudah siap ya buat maju." Celetuk pembimbing klub drama itu. Aku hanya terkekeh mendengarnya. Bukan berarti diriku tidak siap, aku selalu siap.
"Maju (y/n), perlihatkan hasil latihan lo." Lanjut beliau.
Aku maju ke atas panggung dengan percaya diri. Akhir minggu ini klub kami mempertunjukkan drama musikal. Aku bisa berakting dan kebetulan suara-ku bagus, jadilah aku pemeran utamanya.
Disini aku memperlihatkan semua hal yang kuingat, bahkan tanpa melakukan improvisasi.
"Great job! Gue tahu lo nggak akan mengecewakan." Puji beliau disertai tepuk tangan anak-anak.
"Junkyu, coba lo maju." Sambung beliau memanggil lelaki bernama Kim Junkyu yang merupakan main character juga.
Kak Junkyu maju dan kami mulai bersandiwara. Canggung. Kami tidak cocok sedikitpun.
"Lo berdua kelihatan canggung banget nggak sih?" Tukas pembimbing kami yang bernama asli Koo Junhoe itu.
Aku dan pangeran sekolah--kak Junkyu--itu memang tidak pernah dekat. Sedikitpun tidak, alasannya karena kami tidak ada urusan satu sama lain.
"EHEHE." Tawa renyah kami berdua berbarengan. Aku dan kak Junkyu saling menatap kaget.
"Kalian tuh cocok tahu. Coba kalian habisin waktu berdua beberapa hari aja sebelum rehearsal terakhir kita." Saran pak Junhoe.
Mendengar kata 'cocok' , anak-anak perempuan langsung menatapku tak suka.
Aku duduk di tempatku semula. "(y/n), semangat." Ucap Heejin tanpa suara sambil mengepalkan tangannya di udara. Sementara itu, sebagian besar anak perempuan masih menatapku sinis.
Aku mengangguk mantap, "Thank's."
Tanpa kusadari, seseorang berpindah duduk di sampingku. Kak Junkyu. Lelaki itu melirikku sembari tersenyum kecil.
"Ada apa?" Tanyaku yang sudah mulai risih.
"Tadi kan pak Junhoe bilang kita habisin waktu sebentar. Kamu mau pulang sama aku?" Tawar kak Junkyu menggunakan aksen aku-kamu yang tak terasa janggal olehku, namun janggal untuk orang lain yang menguping pembicaraan ini.
Aku sadar, banyak yang menguping pembicaraan kami saat ini.
"Gue ga mau ditanyain macem-macem di rumah." Jawabku dingin.
"Ayolah, demi show hari sabtu nanti. Aku traktir es krim deh." Aku menimang-nimang ucapannya. Bukan. Bukan tentang klub drama. Melainkan tentang es krim.
"Hmm okay." Es krim nomor 1.
Aku sadar, hawa sinis memenuhi ruangan ini. Rasanya itu tertuju padaku. Lupakan.
"Baiklah anak-anak. Rehearsal hari ini saya tutup. Silahkan pulang."
Aku menenteng tote bag di bahu dengan santai kemudian segera melesat ke ambang pintu aula theater. Namun sebuah tangan mencegahku membuatku menoleh penasaran, siapa yang berani melakukan hal itu.
"Jangan pulang dulu. Kamu lupa?" Tanya kak Junkyu masih menggenggam tanganku.
Aku menepuk dahi. "Oh iya, untung kakak ingetin. Yaudah yuk."
"Kamu tunggu di depan pintu aja, aku ambil motor dulu."
Aku menuruti perkataannya saja dan menunggu di depan pintu aula theater sementara menunggu kak Junkyu mengambil motornya di parkiran.
Sementara menunggu, aku memainkan ponsel ku.
Prak! Sebuah tangan menghempas ponselku hingga terpental. Sepertinya layar ponselku akan retak. Aku bukannya kepo dengan orang yang melakukan tindakan tersebut malahan berduka atas ponsel milik ku.
Plak!
"Heh, jangan deket-deket lo sama Junkyu." Hardik seorang gadis yang baru saja menamparku.
Aku hanya diam. Malas berurusan.
"Heh, lo bisu?"
Aku masih tetap diam dengan tatapan malas.
"Heh Jalang!"
Seketika aku merasakan sesuatu bergejolak. Aku tak bisa membendung rasa ini. Aku marah.
"Mulut jalang lo tolong diurus dulu." Ucapku akhirnya angkat bicara.
"Bangsat, belom tau aja lo-"
"Mulut lo mulut orang miskin, amin." Sahutku dengan ekspresi datar kemudian pergi mengambil ponsel ku dan berlari ke arah kak Junkyu yang tak jauh dari tempatku tadi.
"Eh, kan tadi aku suruh buat tunggu di depan pintu aula theater." Ujar kak Junkyu.
"Nggak papa, gue pengen cepet-cepet pulang aja."
"Eh tunggu, mereka nggak apa-apain kamu kan?" Tanya kak Junkyu menunjuk segerombolan gadis-gadis tadi.
Aku menggeleng sambil tersenyum "nggak lah."
"Tapi pipi kamu lebam." Kak Junkyu menangkup wajahku dan memeriksa disekitar rahang. "Ada bekas cakaran juga. Sakit ya?" Sambungnya.
Aku masih setia menggeleng kepala.
Ia merogoh saku bajunya dan mengeluarkan sebuah benda, plester luka dan memasangkannya pada pipiku.
"Ayo, kita harus cepet obati lukanya." Ujarnya lagi sembari menyodorkan sebuah helm.
--
"AW!" Rintih ku. Tak kusangka perbuatan geng cabai itu bisa berdampak seperti ini.
"Eh sori-sori. Dikit lagi." Ujar kak Junkyu sibuk mengobati luka di pipi ku. "Nah selesai." Lanjutnya.
"Makasih ya."
Kak Chanwoo dan mama kemudian datang ke teras membawa nampan berisi jus jeruk.
"Kalo ada apa-apa mah cerita aja. Kok ini malah Junkyu yang cerita." Omel mama karena sedari tadi aku berusaha menyembunyikan kejadian dibalik lebam di pipiku, namun kak Junkyu yang melihatnya secara live akhirnya menceritakan hal tersebut.
"Adek sok tegar." Cibir kak Chanwoo membuatmu melotot ke arahnya.
"Nggak apa-apa tante, (y/n) mungkin takut aja." Ucap kak Junkyu tersenyum manis.
"(y/n) tengil, nggak bakal takut digituin." Mama mengangguk setuju oleh pernyataan kak Chanwoo. Sementara kak Junkyu hanya tertawa mendengarnya.
Kak Junkyu melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Tante, saya pulang dulu ya. Udah mau gelap." Padahal masih jam 3.30 sore.
"Iya Junkyu." Ujar mama mengantar sampai gerbang bersamaku dan kak Chanwoo.
Kak Junkyu menyalakan motornya, "kapan-kapan saya main lagi ya tante, kak Chanwoo. Saya pamit dulu." Ujarnya siap melaju.
"Oh iya."
"Es krim nya besok ya (y/n). Aku nggak lupa kok kalau udah janji."
Sebelum benar-benar pergi, ia melambaikan tangannya.
"Kamu nggak mau sama dia (y/n)? Anaknya baik loh." Goda mama setelah kak Junkyu sudah benar-benar menghilang.
"Tau waktu juga kalo mau main." Lanjut mama yang sepertinya menyindir kak Chanwoo yang memang hobi main dengan temannya sampai malam.
"Ih mama!"
Kim Junkyu
KAMU SEDANG MEMBACA
boyfriend ; treasure✓
Fanfiction↬ completed Bagaimana rasanya dikelilingi tiga belas laki-laki yang menyukaimu?