Gue tengah meregangkan otot-otot tubuh gue setelah selesai memindahkan beberapa kardus besar ke dalam gudang serbaguna.
"Langsung ke kelas aja, kak," Kata Doyoung yang sempat membantu gue memindahkan beberapa kardus tadi. Ia langsung berlalu setelahnya.
Pemuda kelinci tersebut masih bertingkah canggung tanpa sebab di hadapan gue. Tak ingin memperparah, gue memutuskan untuk bersikap seperti biasa terhadapnya.
Doyoung berlari kencang seolah-olah tengah dikejar waktu sementara gue pun melambaikan tangan atas kepergiannya dan berseru, "Hati-hati!"
Gue memutuskan untuk berjalan santai menuju kelas dan memilih rute yang melewati ruang guru—karena pagi ini pun jalan tersebut masih sangat sepi.
Siswa-siswi lebih tertarik untuk melewati koridor sekolah yang ramai, dimana siswa-siswi yang famous akan berjalan di tengah seolah-olah menginjakkan kaki di atas karpet merah.
Gue dibuat merinding ketika menyaksikan hal tersebut—tentu saja karena gue pernah melewati koridor sekolah. Itu lah mengapa gue lebih suka melewati ruang guru.
Meski banyak kendala—"(y/n), bisa tolong masuk sebentar? Ibu ingin berbicara," Ujar seorang guru fisika kelas satu. Baru saja gue ingin membicarakan hal ini.
Gue tersenyum sopan seraya mengangguk kemudian masuk ke dalam ruang guru. Banyak guru-guru yang tengah sibuk di meja kantor masing-masing.
Tetapi, bukan itu yang paling mengejutkan saat ini. Mata Yedam melebar ketika mendapati presensi gue yang memasuki ruang guru.
Gue mengernyitkan dahi dan menatapnya keheranan. Memang kenapa kalau gue masuk ruang guru pagi ini? Siapa yang melarang? Pikir gue.
Sang guru, bu Rose mendudukkan dirinya pada bangku kantor kemudian menghadap kami berdua yang berdiri di hadapan beliau.
"Yedam sudah saya beritahu kan tadi? Kamu sudah paham?" Tanya bu Rose. Yedam menganggukkan kepalanya dengan cepat.
Bu Rose beralih menatap gue intens kemudian dengan hati-hati berkata, "(y/n), kamu akan saya daftarkan pada lomba cerdas cermat fisika bulan depan."
Gue membulatkan bola mata tak percaya kemudian menyanggah, "K-kok saya, bu? N-nilai saya kan jelek semua!" Seru gue yang masih tak percaya.
Bu Rose menggelengkan kepala kemudian menjentikkan jarinya pada dahi gue yang kian berkerut, "Nilai fisika kamu tidak ada yang dibawah sembilan."
Bola mata gue melebar sempurna. Selama ini gue sangat malas untuk mengecek rapor gue lantaran sangat yakin bahwa nilai gue memburuk akibat sibuk dengan osis dan klub theater.
Bahkan kertas ujian yang baru saja dibagikan pun biasanya langsung gue buang ke tempat sampah begitu saja. Bagaimana gue tidak terkejut?
"Baik, saya anggap kamu setuju. Poin kedua, Yedam disini akan berperan sebagai partner satu sekolahmu. Saya harap kalian bisa kerjasama," Ujar bu Rose.
Yedam mengangguk canggung sementara gue masih mematung. "Tidak ada pertanyaan lagi?" Tanya bu Rose pada kami berdua.
Gue mengangkat sebelah tangan gue, "Kalau saya gagal bagaimana, bu? Saya tidak ada pengalaman. Tidak bisakah gantikan saya dengan orang lain?"
"Gagal itu wajar, (y/n). Perihal pengalaman, kamu bisa belajar dari Bang Yedam yang kini merupakan partnermu. Saya tidak mudah berubah pikiran," Jawab bu Rose.
Gue melemaskan bahu sementara Yedam langsung memegangi lengan gue. "Kalau begitu kami pamit untuk pergi ke kelas terlebih dahulu," Kata Yedam.
Kami melangkah keluar dari ruang guru. "Lo pake guna-guna apa? Kok bisa ikut lomba cerdas cermat fisika?" Tanya Yedam seraya menatap atap sekolah.
Gue mengendikkan bahu, "Gue ga mau ikut." Yedam langsung menjentikkan tangannya pada dahi gue, "Lo udah ditunjuk, jangan sampe kalah."
Gue menghela napas kasar, "Gue ga percaya diri bisa menang lomba cerdas cermat. Gue bukan lo yang tiap ikut lomba selalu menang, Dam."
Yedam menoyor kepala gue pelan kemudian berkata, "Bodoh kan lo? Ya udah, kapan mau belajar bareng? Gue ajarin lagi kaya kemaren."
"Serius lo?" Tanya gue, mata gue melebar seketika. Yedam membuang muka seraya mengangguk pelan, "Kalau lo senggang langsung chat gue aja."
Ia melanjutkan, "Gue pergi ke perpustakaan dulu, bye." Tungkainya berlari cepat kian menjauh membuat gue hanya bisa menggelengkan kepala.
"Temen kakak aneh."
to be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
boyfriend ; treasure✓
Фанфик↬ completed Bagaimana rasanya dikelilingi tiga belas laki-laki yang menyukaimu?