Gue berusaha mengatur napas gue setelah berhasil mencetak skor pada permainan bola basket, bagaimanapun juga skor yang gue cetak selalu kalah jauh dari milik Jeongwoo. "Curang, lo-nya tinggi!" Seru gue tak terima dari kekalahan. Pasalnya tinggi badan gue dan Jeongwoo memiliki perbedaan yang cukup jauh, sekitar sepuluh sentimeter.
Jeongwoo tak terima membalas, "ENAK AJA, GUE EMANG JAGO BASKET YA! MAAF AJA NIH KALO GA TERIMA!" Sementara gue? Tentu saja menutup telinga, tampaknya siswa sma bernama Park Jeongwoo ini lupa memfilter volume suaranya.
"PELANIN DONG SUARA LO! KENCENG BANGET ANJING, LIAT NOH ADEK-ADEK DISITU NANGIS GARA-GARA KAGET DENGER LO TERIAK!" Seru gue dengan telinga yang masih setia tertutup rapat sambil menunjuk anak kecil yang tampaknya terkejut akibat teriakan Jeongwoo tapi kini kian terkejut karena teriakan gue.
Jeongwoo membelalak kemudian menempelkan jari telunjuk pada bibirnya, "Sumpah kak, lo toa banget gue sendiri sampe kaget. Mending kita pergi aja dari sini."
Gue memutar bola mata dan segera pergi menuju kedai minuman, kerongkongan gue dibuat haus karena lama bermain dengan Jeongwoo. Selain menguras tenaga dan keringat, rasanya suara dan kepekaan telinga gue juga dikuras habis.
"Lo mau minum apa, Woo?" Tanya gue pada Jeongwoo sembari melihat-lihat menu.
"Susu sapi, satu." Ujarnya langsung pada kasir. Gue menatapnya kebingungan sementara Jeongwoo, "Apa? Udah buruan pesen. Kasihan pembeli di belakang kita."
Buru-buru gue memesan, kemudian kami bayar minuman masing-masing. Awalnya Jeongwoo hendak membayar seluruhnya, tapi gue mengembalikan uangnya karena merasa tak enak pada Jeongwoo. "Kenapa dibalikin uangnya, kak? Kan gue yang ngajak main kesini, yang bayar harusnya gue dong!" Ujar Jeongwoo bersungut-sungut sambil meneguk susu sapi miliknya.
"Ya suka-suka gue dong! Lo tuh aneh, lagi di kedai kopi malah pesen susu!" Balas gue. Kalau sudah berbicara dengan Jeongwoo, entah kenapa sisi kekanakan gue bisa keluar, mungkin karena sifat Jeongwoo yang masih kekanakan?
Jeongwoo ikut ga terima, "Gue ga suka minum kopi, ga terima lo?--Eh jangan pegang-pegang kak (y/n) sembarangan! Lo siapa?"
Seru Jeongwoo setelah seseorang memegang bahu gue. Gue refleks menoleh setelah orang itu melepas tautan tangannya dari bahu gue dan membalas, "Maaf, gue disuruh bang Chanwoo buat jemput (y/n) kalo (y/n) udah mau pulang. Tapi (y/n) masih asyik disini ya?"
Gue melihatnya gugup dan ga enak. Masalahnya gue masih mau main sama Jeongwoo, "Kak? Gue... masih main--"
"GA KOK, KITA UDAH SELESAI MAIN! BARUSAN GUE MAU ANTER KAK (Y/N) PULANG, SYUKUR ADA YANG JEMPUT, KAK (Y/N) BERAT SOALNYA!" Potong Jeongwoo. Gue menatapnya tidak percaya sementara ia membalas tatapan gue dengan yakin. "Ya-yaudah ya, Woo. Gue pulang dulu," Ucap gue final beranjak berdiri.
Jeongwoo mengangguk dan tersenyum, "Kapan-kapan main bareng lagi!"
Gue melambaikan tangan.
• • •
"Ini pake," Pinta kak Yoshi sembari menyerahkan sebuah helm pada gue untuk gue pakai. Setelah kami memakai helm dan menaiki motor, kak Yoshi pun segera mengantar gue pulang.
Kanemoto Yoshinori atau lebih sering disapa dengan panggilan Yoshi, remaja laki-laki berkebangsaan Jepang yang merupakan anak dari teman orang tua gue sekaligus sebagai kakak kelas gue di sekolah.
"Gimana hari lo?" Tanya kak Yoshi memulai percakapan disela-sela ributnya angin motor. Gue mengangguk kecil, "Baik, kak. Tadinya kak Chanwoo mau lari pagi bareng gue di taman, tapi dia sendiri udah sibuk dari pagi."
"Teman lo seru ya orangnya? Gue kira main sama temen cewek, gue ganggu ya?" Tanya kak Yoshi lagi. Gue buru-buru menjawab karena tak mau menyakiti kak Yoshi yang sudah repot-repot menjemput gue, "Ga kok, kak. Justru kita tadi udah selesai main."
Kak Yoshi menyunggingkan senyum, terihat dari kaca spion motornya. "Gitu ya? Bagus deh kalau gue ga ganggu. Gue ngerasa bersalah aja tadinya." Gue ikut tersenyum, "Santai aja kali."
"Teman lo tadi namanya siapa? Kelas berapa? Satu sekolah sama kita?" Tanya kak Yoshi. Gue menaikkan alis bingung, "Iya, satu sekolah sama kita. Namanya Park Jeongwoo, kelas 1-3, kenapa kak?" Tanya gue pada kak Yoshi.
"Ga apa-apa sih. Adik kelas ya? Selera lo adik kelas?" Tanya kak Yoshi.
"...Hah? AHAHAHAHAHA!"
Tampaknya toa Jeongwoo sudah menular ke dalam darah daging gue.
Kanemoto Yoshinori
Halo-Halo!
Gimana keadaan mood kalian hari ini? Semangat ya, jangan lupa makan!
Fanfict ini bakal cukup panjang, mungkin bisa sampai tahun depan. Aku juga ga kepikiran bakal sepanjang ini, karena rencana awal cuma sekitar 30 episode (?) Tapi ga apa-apa kan? Kalian ga bosen kan? Jangan bosen ya!
Jangan lupa vote & comment !
See ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
boyfriend ; treasure✓
Fanfic↬ completed Bagaimana rasanya dikelilingi tiga belas laki-laki yang menyukaimu?