"(y/n) mau kemana?" Tanya seorang pemuda. Ia menepuk pundak gue pelan dari belakang membuat gue langsung menoleh menghadapnya.
"Bang Jaehyuk? Tumbenan lo ga terlambat?" Tanya Doyoung yang masih berdiri di tempatnya, lantas ia menggenggam tangan gue.
Jaehyuk menghela napas kasar, "Diancem nyokap motor gue bakal dijual sama beliau." Tangannya mengusap mata kemudian menyibak rambut.
Sepertinya seluruh anggota OSIS kenal pada Yoon Jaehyuk, siswa yang sering terlambat namun tak pernah sekalipun mendapatkan surat peringatan.
Aneh bukan?
"Lo mau kemana?" Tanya Jaehyuk pada gue lagi, kini lengannya yang berat ia letakkan di atas kepala gue. Gue menepis lengannya.
"Gue mau cari bahan-bahan ini," Kata gue seraya menyerahkan notes kecil berisikan nama-nama barang yang harus segera gue dapatkan.
Jaehyuk menerimanya, kemudian membaca isi kertas tersebut satu persatu. Tak lama ia bertanya pada Doyoung, "Lo dapet bagian apa?"
Doyoung memandangi notes miliknya. "Alat-alat perkakas," Jawab pemuda tersebut. Jaehyuk memandangi kami, "Lo berdua buru-buru?"
Gue dan Doyoung mengangguk bersamaan. "(y/n), mau gue tebengin kagak lo? Biar Doyoung cari bagiannya sendiri," Tawar Jaehyuk.
"Lo bawa kendaraan?" Tanya gue balik. Jaehyuk mengangguk seraya memamerkan kunci motor mahal miliknya.
"Ya udah, gue ngikut lo deh Jae. Dobby, lo ga apa-apa pergi sendiri kan?" Tanya gue lagi kali ini pada Doyoung. Pemuda gembul tersebut mengangguk kecil.
Dia kelihatan sangat menggemaskan saat ini sehingga tangan gue tak tahan untuk mencubit gemas pipi tembam-nya yang kini merah merona.
Sang empunya pipi langsung membelalak terkejut pasalnya gue mencubitnya ketika gue tengah kesal. Namun, kali ini gue lakukan sembari tertawa.
Ia mematung di tempat, mungkin bingung harus berlaku seperti apa setelah ini. "G-gue pergi dulu ya. See you bang," Ujarnya kemudian berlari.
Gue mengernyitkan dahi, "Anjir dia ga pamit ke gue juga?" Protes gue setelahnya. Sementara, Jaehyuk menggelengkan kepala.
Ia memukul pelan pucuk kepala gue dengan kepalan tangannya. "Jadi orang kok bolot," Sindir Jaehyuk seraya berjalan meninggalkan gue.
"Heh!"
• • •
"Turun gih, jangan dipikirin mulu. Kalo tiba-tiba naksir mampus gak tuh?" Celetuk Jaehyuk ketika motornya telah sampai di depan sebuah toko pernak-pernik.
Gue turun dari motornya dan melepas helm yang ia berikan begitupula dengan Jaehyuk setelah ia berhasil mengambil tempat parkir.
"Elo pake ga jelas," Kata gue seraya mencebikan bibir bagian bawah. Jaehyuk mendekatkan wajah kami kemudian menyentak dahi gue, "Ga usah dipikirin."
Gue mengangguk, tunggu saja sampai ia membocorkannya sendiri karena gue tahu persis bahwa mulutnya super ember alias sulit dikendalikan.
Tungkai kami melangkah memasuki toko pernak-pernik tersebut. Banyak barang-barang menggemaskan di dalam sana membuat gue ingin memborong seluruhnya.
Sementara gue memilih-milih, Jaehyuk dan bibirnya tak berhenti bertingkah. Mulutnya terus-terusan mengoceh merapal segala peristiwa yang ia alami sejak kemarin hingga pagi ini.
"Kemarin gue jatuh dari sepeda," Ujar Jaehyuk sembari mengusap rambutnya ke belakang. Gue mengangguk kecil kemudian bertanya, "Luka?"
Jaehyuk menggeleng, "Enggak sih, cuma pantat gue agak encok kayanya. Hari ini kaki gue dipake buat jalan dikit juga agak nyeri."
Gue menatapnya, "Lo mau duduk aja? Sakit banget kan?" Jaehyuk menggeleng cepat, "Emm ga kok! Lihat gue bisa kayang nih!"
Dia langsung duduk di lantai, udah siap buat kayang di tempat. Namun, gue segera menarik pergelangan tangannya untuk berdiri. Masa gue biarin dia kayang?
Gue menjentikkan jari pada dahinya kemudian berkata, "Ga usah bertingkah ya, monyet. Gue mau bayar ini dulu, lo tunggu dimana aja asal ga jauh."
Jaehyuk mengangguk.
Setelah mengeluarkan uang, gue segera mengambil barang belanjaan dan keluar dari toko tersebut. "Sini gue bawain," Ujar Jaehyuk yang rupanya menunggu di luar.
"Gue bisa sendiri," Kata gue namun ia segera mengambil alih semua plastik tersebut dan membuat gue merasa tak enak padanya.
"Ga apa-apa," Ujar Jaehyuk seraya berjalan menuju motornya. Seolah-olah ia dapat membaca pikiran gue saat ini. Ia meletakkan plastik-plastik tersebut.
"Lapar ga?" Tanya Jaehyuk seraya memasangkan helm pada kepala gue. Gue mengangguk kecil, "Lapar, tapi gue buru-buru."
Bahu Jaehyuk melemas. "Yah," Gumamnya sangat kecil seraya menghembuskan napas pelan. Gue mengernyitakan dahi, "Kenapa?"
Jaehyuk bergeming sejenak, "Gue kan mau ngajak nge- date."
to be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
boyfriend ; treasure✓
Fanfic↬ completed Bagaimana rasanya dikelilingi tiga belas laki-laki yang menyukaimu?