"(y/n) ga makan dulu?" tanya mama pada gue yang tengah buru-buru merapikan dasi sedemikian rupa sembari mengenakan kaus kaki. Rasanya mau mati saja karena pasalnya saat ini meunjukkan pukul dua belas siang pada jam dinding kamar gue—yang artinya gue terlambat.
"Ga usah ma, (y/n) udah telat." Buru-buru gue menyeret tas serta kak Chanwoo yang telah berjanji untuk mengantar gue ke sekolah hari ini. "Ya ampun /n) masih pagi juga," Keluh kak Chanwoo seraya mengusap wajahnya yang masih mengantuk.
Gue mencak-mencak sambil menghentakkan kaki di lantai rumah, "Udah siang ini, buruan *NJR*T nanti gue ga bisa masuk ke sekolah." Setelah gue perhatikan, langit siang ini cukup gelap, apakah akan turun hujan?
Kami akhirnya berangkat menuju sekolah gue dengan mobil kak Chanwoo, tak lupa gue membawa payung untuk berjaga-jaga. Tidak lucu kalau gue kehujanan dan sakit keesokan harinya.
***
Gerbang utama sekolah berwarnakan hitam telah tertutup rapat pada siang ini, walau tak biasanya sampai digembok seperti hari ini. Tak peduli lagi dengan apa yang terjadi, gue buru-buru turun dari mobil dan melangkahkan kaki menuju gerbang.
Tak lama mobil kak Chanwoo pergi meninggalkan sekolah gue yang masih berdiri kokoh dengan cat putih minimalisnya. Gue mencari-cari pekerja yang biasanya lewat pada siang hari—kebetulan aku kenal dekat dengan mereka semua. Namun, tak satupun dari mereka lewat.
"Loh, Jung (y/n) kan?" Panggil seseorang yang tiba-tiba berdiri di sebelah gue dan tersenyum lebar sampai matanya menyipit nyaris terpejam, bukankah menggemaskan? Tapi gue kaget ternyata orang ini juga bisa terlambat.
Gue membelalakkan mata seraya berseru, "Kak Hyunsuk?!" Oh tuhan, terima kasih karena akhirnya bukan hanya gue yang terlambat sendirian. Gue langsung menarik kedua sudut bibir gue sampai pipi gue mengembang.
Kak Hyunsuk tertawa kecil melihat reaksi gue, "Kok kayaknya senang banget gue ada disini? Ada apa?" Gue tersenyum, "Kakak juga terlambat ya? Asik ada temen! Tumbenan kak? Biasanya kan kakak berangkat pagi?"
Kak Hyunsuk menaikkan sebelah alis, membuat gue ikut menaikkan sebelah alis keheranan. Sejenak ia mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru tempat tersebut kemudian menunjuk sesuatu di dalam ruangan satpam, "(y/n) coba lo lihat jam di ruang satpam."
Gue sedikit mengintip pada jam dinding di ruang satpam walau keheranan—tunggu (?). "Jam dinding nya mati ya kak? Kok masih pukul enam sore? Apa gue harus pergi beli baterai dulu ke toko sebelah?"
"INI PUKUL ENAM DINI HARI (Y/N)! Lihat langit masih gelap, kita yang kepagian. Bikin gemes aja!" Seru kak Hyunsuk seraya mengusap-usap rambut gue. Ia menyambung, "Jam di rumah lo salah?"
Gue melongo seraya mengangguk, pantas saja kakak dan mama tampak santai. "T-terus kita masuknya gimana kak? Pasti pekerja sekolah lagi pada berak." Kak Hyunsuk merogoh sesuatu dari saku celananya—sebuah peniti.
"Biar ga ganggu mereka bertelor," Ujar kak Hyunsuk sembari berusaha membuka gembok dengan sebuah peniti yang ia dapatkan dari saku celananya. Gue hanya menonton aksinya, pasalnya kak Hyunsuk tampak lihai seperti mantan buronan.
"Nah kebuka!" Serunya, kemudian berusaha melepaskan
"Heh maling!" Seru seorang pria tua berlari menuju kami, refleks Kak Hyunsuk langsung mengangkat kedua tangannya lebar-lebar. Gue curiga kalau kak Hyunsuk ini benar mantan buronan di daerah rumahnya.
"E-ENGGAK PAK! SUMPAH!" Seru kak Hyunsuk masih dengan kedua tangan yang terangkat lebar. Sementara dalam hati gue sudah mampus-mampusin kak Hyunsuk, abis raut wajahnya minta di mampus-mampusin.
"Mau apa kamu buka gerbang sepagi ini?" Tanya pak satpam tegas, namun melembut ketika melihat presensi gue. "Ada keperluan pagi non (y/n)? Tumbenan berangkat pagi? Saya bukakan gerbang ya."
Ujar beliau langsung membukakan gerbang lebar-lebar—apa gue bilang, gue punya hubungan yang baik dengan pekerja-pekerja sekolah karena pasalnya gue sering membantu mereka seperti menyiram tanaman, menyapu halaman, dan lain-lain.
Hal tersebut membuat gue menjadi dekat dengan mereka. "Silahkan masuk non— Kamu yang pendek tetap berdiri disini!" Pinta pak satpam pada kak Hyunsuk dengan tegas. Gue buru-buru memegangi lengan kak Hyunsuk, "Saya berangkat sama kakak ini, pak."
"Tapi non... y-ya sudah, tapi kalau saya lihat kamu seperti itu lagi, saya tidak segan untuk lapor ke guru bimbingan konseling!" Sinis pak satpam sebelum akhirnya kak Hyunsuk berterima kasih.
"Galak banget buset, ga paham sama satpam yang itu. Kok beliau bisa baik banget sama lo /n)? Sampe mau-maunya ngebebasin gue," Tanya kak Hyunsuk panjang lebar membuat gue tersenyum simpul, "Emangnya kakak mau ditahan terus disitu?"
"Bukan gitu, tapi beliau galak sama semua murid. Mungkin setelah ini lebih galak lagi ke gue. Tapi beliau bisa gitu lembut ke lo," Ujar kak Hyunsuk panjang lebar. "Yaudah yuk ke kelas."
Sambung kak Hyunsuk seraya menggenggam tangan gue lembut dan memasukkan kedalam saku hoodie-nya—membuat gue mematung. kak Hyunsuk menaikkan sebelah alisnya seolah bertanya, "Ada apa?"
Gue tetap terdiam di tempat.
Tak selang berapa menit, "EH MAAF! refleks!" Pekiknya langsung melepaskan genggaman tangannya dari gue.
lah as*y reflek mana yang begitu.
"A-aku ke kelas dulu ya k-kak! D-dah!" Seru gue buru-buru kabur dari tempat itu sebelum kak Hyunsuk sempat menjawab.
Sial, malu banget!
Choi Hyunsuk
Hai! Maaf lama ga up, fokus streaming boy dulu ya! Ayo kita semangat! Jangan lupa jaga kesehatan!
please vote & comment ! luv u all!
KAMU SEDANG MEMBACA
boyfriend ; treasure✓
Fanfic↬ completed Bagaimana rasanya dikelilingi tiga belas laki-laki yang menyukaimu?