"kak hyunsuk!"
pemuda yang tengah tertawa manis tersebut menoleh ketika gue meneriaki namanya.
menyadari kehadiran gue, ia justru memalingkan wajahnya dan berjalan menghindar.
gue yang menyaksikan hal tersebut lantas berlari menghampirinya dan menarik lengan bajunya.
"kak!"
namun kak hyunsuk mengacuhkan seruan gue dan malah terus berjalan menghindar dari presensi gue.
"kakak kenapa sih?"
tak ada jawaban, namun gue masih memegangi lengannya yang terasa kekar ketika disentuh. "kak?"
merasa malas, gue menghempaskan lengannya dan pergi berlawan arah—grep!
"kok ga ngejar lagi?" tanya kak hyunsuk sembari membalikkan tubuh gue untuk menghadapnya.
"ngambek lo?" tanya gue penuh emosi. kak hyunsuk menghela napas, "tadinya, malah kamu marah balik."
"cewek mah curang," kata kak hyunsuk lagi.
"dih, gue udah susah-susah nih ke kampus kakak malah dicuekin seenak pantat lo," ketus gue padanya.
gue mendengus kesal, "mana gue masih pake seragam, kan dilihatin orang-orang."
kak hyunsuk sudah memasuki universitas dan memilih jurusan bisnis, sementara gue masih menginjak kelas tiga sma.
meski sudah berbeda sekolah begini, gue dan kak hyunsuk justru semakin dekat.
"mana yang kakak minta?" tanya kak hyunsuk. gue segera merogoh isi tas dan mengeluarkan sebuah buku.
"kata tante choi jangan dianterin lagi kalau ada barang kakak yang ketinggalan," kata gue mengulangi ucapan ibu kak hyunsuk.
"kamu kan mau anterin buku kakak karena kakak janji traktir hamburger, murah."
bletak!
tangan gue yang gatal tak segan-segan memukul kepalanya dengan botol minum membuat sang empu mengaduh kesakitan.
"aduh- iya iya. kamu ikut kakak kumpulin tugas dulu sini, nanti kita ke resto bareng."
"tapi-"
tanpa aba-aba, sang pemuda choi segera menarik pergelangan tangan gue untuk memasuki area kampus.
gue menunduk karena di dalam sana lebih banyak orang memperhatikan gue—YA KARENA GUE MASIH BERSERAGAM.
"asahi ga cariin kamu? tumben? biasanya kemana-mana bareng?" tanya kak hyunsuk.
memang benar bahwa semenjak asahi masuk kuliah, dirinya lebih protektif terhadap gue.
gue menggeleng. "asa lagi sibuk kelas, makanya gue bisa keluyuran pake seragam di kampus orang."
tentu saja asahi akan mengomel bila tahu gue pergi sebelum berganti seragam dengan pakaian lain.
kak hyunsuk mendudukkan gue pada sebuah bangku di depan pintu ruangan. "tunggu disini, kakak bakal cepet."
"kalau kelamaan gue tinggal."
setelah mengetuk pintu, kak hyunsuk memasuki ruangan tersebut.
tak selang beberapa lama, kak hyunsuk keluar dari ruangan tersebut bersama seorang pria yang telah beruban.
kak hyunsuk tersenyum sopan seraya membungkuk sembilan puluh derajat pada pria tersebut, "terima kasih, pak."
gue segera menghampiri kak hyunsuk dan membungkuk sebentar pada pria tersebut.
"adik kamu masih sma?" tanya pria tersebut kemudian tersenyum ramah pada gue.
gue menggeleng cepat hendak meralat kaprahan pria tersebut—namun kak hyunsuk memotong,
"bukan adek, pak, pacar saya."
gue membelalak terkejut. "saya pamit dulu," kata kak hyunsuk lantas menarik gue pergi.
rasa ingin protes meluap-luap di dalam kepala gue, "maksud lo apa kak—
tiba-tiba, langkah kak hyunsuk berhenti membuat gue menabrak punggung lebarnya. "aduh."
"apa kabar, suk?"
seorang pemuda semampai dengan wajah tampan berdiri di hadapan kak hyunsuk dengan senyum lebar.
ada seorang gadis di belakang pemuda tersebut yang tengah bersembunyi sembari menatap gue lamat.
"baik."
pemuda tersebut menatap gue kemudian menatap gadis yang berdiri di belakangnya.
"siapa tuh? adek lo? cakep ya, masih sma?" tanya pemuda tersebut beralih menatap gue.
gue menggeleng, "buk—
"pacar gue, gue duluan ya allen," jawab kak hyunsuk santai lantas melangkah melewati kedua manusia tersebut.
plak!
kali ini, gue memukul kepalanya dengan telapak tangan membuat sang empu kesakitan.
"aduh- kenapa lagi?" tanya kak hyunsuk sembari menghadap gue.
"lo ngapain ngaku ngaku pacar gue? gabut bener?" tanya gue kesal. kak hyunsuk cemberut, "emang ga boleh?"
"ish, lo kan bukan pacar gue."
kak hyunsuk berpikir sejenak lantas menarik pergelangan tangan gue cepat entah menuju kemana.
"buset, pelan pelan jalannya—mau kemana sih?" tanya gue sabar.
langkah kak hyunsuk terhenti pada sebuah toko bunga. ia menarik tangan gue untuk masuk kedalam dan membeli setangkai mawar.
pelayan toko tersebut bertanya, "dibungkus?—
"ga usah," potong kak hyunsuk lantas menarik gue keluar toko. gue mengomel, "mau apa sih—
kata kata gue terhenti setelah kami berada di luar toko, tepat pada saat kak hyunsuk menyerahkan setangkai mawar tersebut.
"k-kenapa—
"kakak ga mau ngaku-ngaku lagi. sejak sma—bukan, sejak pertama kali kita ketemu, kakak suka sama kamu.
kakak kira kakak cuma kagum, tapi kamu ga cuma cantik, kamu baik, pintar, lucu, kakak suka semua hal tentang kamu.
padahal kakak ga suka yang galak. tapi anehnya kakak justru tambah suka. jadi...(y/n) mau jadi pacar kakak?"
gue? cengo lah!
gue kira gue lagi mimpi.
ini seriusan?
"kakak serius," jawab kak hyunsuk seolah-olah mengerti isi pikiran gue.
gue mengangguk pelan dengan ekspresi datar menahan senyum membuat kak hyunsuk memasang tampang sumringah.
"makasih."
gue mengangguk sekali lagi. "boleh kakak peluk?" tanya kak hyunsuk.
mata gue melebar lantas melotot padanya, "gak. gue masih sma, kalo hamidun lo mau tanggung jawab?"
pemuda yang telah menjadi pacar gue tersebut lantas tertawa kecil.
"ya udah kalau gitu, ayo ke restoran burger yang kakak janjiin!" katanya kembali menarik pergelangan tangan gue.
hobi bener narik tangan anak orang?!
choi hyunsuk [ ending ]
KAMU SEDANG MEMBACA
boyfriend ; treasure✓
Fanfic↬ completed Bagaimana rasanya dikelilingi tiga belas laki-laki yang menyukaimu?